5. Sebuah Pilihan

388 60 25
                                    

Kini Amel berada di sebuah cafe menunggu kehadiran Diva, setelah kejadian semalam Amel berniat untuk menceritakan hal tersebut pada sahabatnya, yah mereka memang sudah memutuskan untuk menjadi sahabat.

Cukup lama Amel menunggu, hingga dering telfon merebut perhatiannya, sebuah nama tertera di layar telefon 'ANJAY'

Yah! Diva menelfonnya dengan segera Amel mengangkat telefon tersebut.

"Hallo mel, sorry gue gabisa dateng, Kak Andra ada di Rumah Sakit" Ucap suara diseberang sana dengan penuh rasa bersalah.

"Hah! Sakit apa?" Tanya Amel penasaran.

"Ga tau nih, tadi pagi demam banget, mana papa sama mama keluar kota lagi." Gerutu Diva melalui telefon genggamnya.

"Yaudah ga papa, moga aja kak Andre lekas sembuh" Ucap Amel.

"Um- Mel, bisa temenin gue disini gak? Gue agak takut soal yang kemaren itu.." Lirih Diva dengan berjuta harapan agar sahabatnya mau menemani dirinya, sedikit mengingat sosok kemaren. Bukankah Amel berkata bahwa sosok tu menempel pada kakaknya? Yang besar kemungkinanya, sosok itu juga berada seruang lingkup dengannya.

Amel tampak menimang, kalo dia pergi kesana pasti akan melihat berbagai macam arwah dengan kondisi fisik menakutkan, tapi kalo gak kesana kasian juga sahabatnya sendiri.

Otak Amel memutuskan untuk tidak pergi ketempat sialan tersebut, namun hati kecilnya tak bisa ia ajak kompromi.

"Yauda, Amel kesana sekarang, Rumah Sakit mana?" Ucap Amel pada akhirnya.

"Rumah Sakit Permata Jingga, Thanks ya Mel, gue tutup." Ujar Diva dengan sedikit kelegaan.

Amel menghembuskan nafas pasrah dengan kejadian yang akan menimpanya selanjutnya, bertemu dengan banyaknya sosok mereka tak pernah menjadi keinginan Amel.

Sedikit info, RS Permata Jingga adalah sebuah rumah sakit elit nan megah,siapapun yang pergi untuk berobat sudah dapat dipastikan dari kalangan atas, yang tentu saja memiliki uang bejibun. Tak menutup kemungkinan, Amel akan bertemu mereka dalam jumlah yang banyak tentunya.

Amel memutuskan segera pergi menggunakan mobil VW KODOK merah, mobil klasik, antik namun memiliki nilai esteika yang tinggi, tak lupa sebelum beranjak ia membayar pesanannya.

Amel memutuskan segera pergi menggunakan mobil VW KODOK merah, mobil klasik, antik namun memiliki nilai esteika yang tinggi, tak lupa sebelum beranjak ia membayar pesanannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Itu mobilnya Amel ya.

Perjalanan menuju rumah sakit cukup lancar, mengingat bahwasannya jalanan kota jakarta saat ini tidak terlalu macet, disepanjang perjalanan Amel terus bernyanyi mengikuti alunan musik yang berasal dari radio.

Hanya cukup 20 menit, kini Amel telah sampai di tujuan.

Amel hendak menaiki lift dan pergi menuju lantai 10, kamar VVIP nomor 4.

Diperjalanan menuju lift, bahkan sampai didalam lift, mereka menjahili Amel.

Saat akan menaiki lift Amel merasa ada yang menarik tangannya, Amel mendengus pelan dan melihat siapa yang berusaha menarik perhatiannya, dilihatnya sosok anak kecil yang tampan, tapi tetap saja anak kecil tersebut bukan lagi manusia.

DARKNESSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang