Jangan bangunkan singa yang sedang tidur.
***
Malam sepi menyelimuti Re yang sedang mengendarai motornya pelan. Lampu jalan membisu menerangi wajah Re yang tertutup helm. Ruko serta rumah redup seakan pergi menjauhinya tanpa sepatah katapun.
Matanya menajam ketika melihat laki-laki berjalan diremangnya malam sendirian. Ia melajukan motor sedikit cepat menghampiri sosok itu.
"Ram! Kok sendirian?" Tanya Re membuka kaca helmnya.
Yang ditanya menoleh kebingungan.
"Gue anter yuk!" Ajak Re.
"Nggak ngerepotin?" Tanya Ram tidak enak hati.
Re menggeleng dan menarik pelan tangan Ram. Laki-laki itu lalu naik ke motor Re. Mereka pun pergi menyisakan asap kecil.
"Abis darimana?" Tanya Re dibalik helmnya.
"Abis beli nasi bungkus buat Mama. Dia dateng," jawab Ram.
"Loh emang lo nggak tinggal sama dia?" Tanya Re penasaran.
"Nggak," jawab Ram pelan.
Re menatapnya dari kaca spion. Ia tidak bertanya lagi dan terus memacu motornya sampai depan bengkel yang ia datangi tadi siang. Ram lalu turun dan mengucapkan terima kasih.
"Lain kali jangan pergi malam-malam sendirian. Kamu cewek, nggak baik," pesan Ram sebelum masuk ke rumah yang teras depannya dijadikan bengkel.
Re mengendikkan bahu tidak peduli dan pergi dari sana. Ia menghela napas pelan melihat rumahnya yang suram bak tiada kehidupan. Setelah mematikan mesin motor, ia turun dan membuka pintu pelan. Hanya ada lampu redup yang menyala. Re yakin bahwa ibunya tidak pulang malam ini. Atau memang sengaja karena kebahagiaan sesungguhnya bagi ibu Re bukanlah keluarga. Tapi tumpukan kertas penuh tinta.
Malam kesekian terulang, tubuh tinggi ayahnya terbaring di sofa depan televisi dengan wajah kelelahan. Laki-laki ini selalu menunggu kepulangan anak gadisnya. Re berjongkok menatap wajah sayu itu dan bergumam.
"Jangan lakukan ini Ayah. Re tidak tega."
Cepat-cepat Re berdiri dan menggeleng, "Gue ada alasan buat benci Ayah."
Re menaiki anak tangga dan masuk ke dalam kamar. Ia hempaskan tubuh lelah ini tanpa berniat mengganti pakaian yang sudah kucel dan kantuk mulai menuntunnya ke dunia bawah sadar.
***
Kelima remaja itu sedang tertawa di belakang sekolah ditemani sekaleng cat, sekotak telur, dan ember hitam.
"Nggak-nggak. Please deh sumpah baunya badek gila," tawa Re menjauh ketika Kevi berniat mendekatkan telur busuk tersebut.
Bima dan Roy sedang mencampur cat dan telur busuk tersebut menjadi satu.
"Lo dapet telur sebanyak ini darimana?" Tanya Wawa heran.
"Samping rumah gue kan ternak ayam. Gagal panen, daripada mubazir. Mending gue sedekahin," jawab Rou tertawa.
"Asyiap," ucap Bima.
Mereka lalu membawa ember itu ke sekolah mengendap-endap. Sampai di toilet anak IPS, masing-masing bersembunyi dan menunggu target lewat.
"Biasanya Seban kalo jam segini ke toilet," ucap Roy di samping Re.
"Lah lo nguntit?" Kejut Kevi.
"Bukan goblok! Gue kan satu kelas sama dia. Gimana sih?" Jawab Roy mendelik.
"Diem woy, targetnya udah otw," bisik Bima bersiap-siap mengangkat ember.
KAMU SEDANG MEMBACA
MEMORETHA ✔
Teen FictionIbunya yang selalu memikirkan karier dan ayahnya yang mendua menjadikannya gadis urakan tak terurus karena kurang kasih sayang. Bersama empat temannya, Revina Destha lalui masa remajanya yang tak punya aturan. Sampai suatu hari, ia bertemu dengan la...