Re memandangi Ram dengan raut menahan tawa.
"Ciee cocok cieee," ejek Re menoel-noel lengan Ram.
Cowok itu mendengus keras dan menyentang tangan Re. "Dah, jalan lagi."
"Mau kemana sih?" Tanya Re menggapai tangan Ram untuk kembali ia genggam.
Cowok jangkung itu malah menundukkan kepala, mensejajarkan tingginya dengan Re yang lumayan jauh. Kini kepalanya sudah berada di samping telinga Re. Ia pun membisikkan sesuatu.
Re menganggukkan kepala sambil tersenyum lebar.
"Kamu kuat kan jalan kaki?" Tanya Ram memastikan.
"Selagi ada Abang, Eneng kuat kok," jawab Re tertawa keras.
"Udah ketawanya?" Tanya Ram datar.
Entah kenapa bersama Ram membuatnya banyak tertawa. Tidak perlu candaan receh, cukup mendengar perubahan nada bicaranya saja sudah mampu membuatnya tersenyum.
Kini mereka sudah sampai di taman pinggir danau. Letaknya tak begitu jauh dari rumah Re. Meski sedikit kesusahan, Re tetap duduk di tanah yang ditumbuhi rerumputan dengan satu kakinya diselonjorkan.
Ram mengambil gitar yang tadinya dibawa oleh Re. Tangannya mulai memetik senar-senar yang tersusun.
Re memicingkan mata, "Lo bisa gitar? Gue kira nggak bisa."
Entah mengapa, pikiran Ram melayang ke masa di mana ia mengenal seorang gadis. Tangannya pun mulai memetik senar lantas bersenandung.
Lihatlah luka ini
Yang sakitnya abadi
Yang terbalut hangatnya bekas pelukmuMungkin, ini adalah kesalahannya. Seharusnya ia tak mengenal gadis itu. Seharusnya ia tak membiarkan gadis itu masuk ke dalam hidupnya yang sudah rumit. Insiden itu berawal dari pertemuan tak disengaja yang berujung dengan sirnanya penglihatan Ram. Ia masih ingat betul senyum riangnya. Ia juga masih ingat raut ketakutannya kala itu.
Aku tak akan lupa
Tak akan pernah bisa
Tentang apa yang harus memisahkan kitaRam tidak mengerti, sebenarnya apa yang membuat gerombolan itu menyerangnya kala itu. Kehadiran gadis itu di tengah mereka.
Di saat kutertatih
Tanpa kau di sini
Dan tetap kunanti
Demi keyakinan iniIa merasa hancur dan tidak berguna saat pertama kali pandangan dunia memburam. Menggelap tanpa cahaya. Ditambah ketidakrelaan papanya. Namun, ia tahu. Segala sesuatu akan menjadi indah ketika kita yakin bahwa akhirnya memang indah.
Jika memang kau terlahir hanya untukku
Kau akan kembali pada tubuh ini
Ku akan tua dan mati dalam pelukmu
Untukmu seluruh nafas iniRe pun ikut memejamkan mata. Larut dalam syair lagu.
Kita pernah lewati
Rasa yang pernah mati
Bukan hal barru bila kau tinggalkan akuRe tidak bisa mengatakan jika ini adalah satu perasaan yang istimewa. Mungkin hanya sekadar nyaman belaka. Akan tetapi, ada kalanya rindu mengusik ketenangan hatinya. Rasa apa ini?
Tanpa kita mencari
Jalan untuk kembali
Takdir cinta yang menuntunmu kembali padakuBahkan ia tak harus mengelilingi buana untuk mencari tahu sebuah jawaban. Semua jawaban ada pada hati dan keyakinan.
Jika memang kau terlahir hanya untukku
Bawalah hatiku dan lekas kembali
Ku nikmati rindu yang datang membunuhku
Untukmu seluruh nafas ini
KAMU SEDANG MEMBACA
MEMORETHA ✔
Teen FictionIbunya yang selalu memikirkan karier dan ayahnya yang mendua menjadikannya gadis urakan tak terurus karena kurang kasih sayang. Bersama empat temannya, Revina Destha lalui masa remajanya yang tak punya aturan. Sampai suatu hari, ia bertemu dengan la...