[19] Boom

67 11 3
                                    

Setelah pamit dengan ayah Re, ketiganya lalu berjalan beriringan menuju area luar rumah sakit dengan alibi mencari udara segar.

"Semuanya tuh nggak nalar, Bim! Mana ada rem bisa dol tiba-tiba kayak gitu?!" Ucap Kevi.

Bima terdiam. "Mending kita ke sana. Ngecek CCTV bagian parkir motor," usulnya.

"Langsung ke sirkuit aja," ucap Kevi.

Mereka pun bergegas menuju ke parkiran untuk mengambil motor masing-masing. Kevi melaju lebih dulu. Rasanya ada yang aneh dengan kejadian ini. Bagaimana bisa rem motor Re dol padahal sebelumnya motor dalam keadaan baik-baik saja?

Sesampainya di sana, ketiganya berjalan menghampiri salah satu petugas tempat tersebut. Keadaan  sepi karena hari sudah menjelang malam.

"Bisa tunjukin kita di mana ruang CCTV?" Tanya Bima to the point.

"Maaf, tapi adek ini ada keperluan apa ya?" Tanyanya bingung.

"Nggak usah banyak tanya! Mending sekarang lo tunjukin di mana ruang CCTV!" Bentak Bima.

"Tapi saya tidak bisa dengan gampang menyilahkan kalian ke ruang tersebut. Adek sekalian ini siapa? Ada urusan apa sebenarnya?" Tanya petugas tersebut menolak

Kini giliran Kevi yang mendekat. Tangannya terulur untuk menarik kerah baju petugas tersebut.

"Daripada lo ntar mati babak belur, mending buruan anter kita!" Gertak Kevi.

Petugas tersebut meronta, mencoba melepaskan cengkeraman Kevi. "Sekali tidak ya tidak!"

Bugh!

Satu pukulan mendarat di pipinya. "Kalo lo nggak mau ngasih tau di mana, ya udah nggak apa-apa. Kita bakalan cari sendiri," ucap Kevi tajam.

Laki-laki tersebut lalu mendorong tubuh petugas itu dan meninggalkannya pergi. "Lo berdua jaga dia. Biar gue sendiri yang ke dalam," interupsi Kevi.

Bima dan Wawa menganggukkan kepala.

"Mau kemana kamu?!" Teriak petugas yang tangannya sudah ditahan Wawa.

"Mau ke Jonggol! Jelas-jelas mau ke ruang CCTV. Gimana sih Bapak ini! People Indonesia itu aneh ya. Pinter tapi bego!" Ucap Wawa.

"Terus Adek orang mana?" Tanya petugas itu sinis.

"Ya Indonesia lah! Tapi saya kan bukan golongan mereka yang suka menanyakan hal retoris! Nggak penting!" Jawab Wawa yang tidak bisa santai. Bawaannya pengen ngegas.

"Sudah lepaskan saya! Kalian ini memang anak yang tidak tau sopan santun! Mana ada orang dilarang malah memaksa?!" Berontaknya.

"Lo bisa diem kagak?!" Tanya Bima melotot.

Petugas pun terdiam karena tatapan Bima barusan.

Di samping itu, Kevi berjalan menelusuri koridor dan mencari ruangan berplang CCTV. Tak lama kemudian, ia pun menemukannya.

Ruangannya dikunci! Terpaksa Kevi harus mendobrak supaya dapat masuk.

Bruak!

Bruak!

Bruak!

Bruak!

Akhirnya pintu pun terbuka. Kevi langsung masuk ke dalan dan duduk di kursi yang mengarah ke komputer. Tangannya menggerakkan kursor. Cahaya layar terpantul di matanya. Satu demi satu tayangan ia tonton. Sampai pada tayangan yang menunjukkan dua orang berjaket hitam-hitam dan berjalan ke arah motor Re berada. Ia melambatkan tayangan. Matanya jeli, mencoba mengenali siapa pelakunya.

MEMORETHA ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang