Rengkuhmu selalu kurindu, namun kau selalu enggan menatapku
***
Aku menutup pelan pintu kamar. Kutaruh PR yang baru saja kuselesaikan. Tak lupa ponselku. Aku beranjak ke kamar mandi. Menggosok gigi, mencuci muka, dan mengambil air wudhu.
Begitu selesai dengan kegiatan wajib sebelum tidurku, aku mengambil ponsel dan earphoneku. Ku tarik selimutku sampai perutku. Aku mulai memilih lagu untuk kunikmati malam ini. Sedang asyik memilih, sebuah pesan masuk.
Misteri i
Selamat malam Lika.Aku tercenung beberapa saat. Jariku mulai menekan huruf demi huruf di layar ponselku.
Malika
Selamat malamAku menjawab singkat. Berharap pesan itu hanya sapaan. Hingga pesan berikutnya masuk.
Mister i
Bagaimana harimu?Malika
Menyenangkan. Kamu?Mister i
Tak semenyenangkan dirimu yang bisa menghabiskan waktu seharian dengan ayahmuAku mengernyitkan dahi. Darimana dia tahu aku seharian bersama ayah. Iseng aku mengirimnya balasan.
Malika
Kamu juga bisa menghabiskan waktu dengan ayahmuMister i
Ia bahkan enggan menatapku dan mengetahui keberadaankuMalika
Bagaimana mungkin?Mister i
Semua ada kemungkinannya Lika. Sudahlah.Malika
Bagaimana kamu melewati hari-hari seperti itu? Maksudku, hari-hari tanpa seorang ayah?Mister i
Sama seperti kamu melewati hari tanpa ibumuJemariku berhenti sejenak. Hari-hari tanpa ibu sungguh menyedihkan. Dulu, saat keluargaku masih utuh, setiap pagi ibu selalu membangunkanku, menyiapkan sarapan untukku, memberi nasehat untukku, dan memarahiku kalau nilai kujelek. Tapi itu hanya tinggal kenangan.
Kalau sekarang, aku mau tidak mau harus mandiri. Tiap hari memasang alarm agar tidak telat salat subuh. Tiap ulangan juga tidak perlu menutup telinga ketika dapat nilai jelek. Tetapi, aku rindu ibu.
Malika
Itu sungguh menyedihkan mister iMister i
Tapi aku tetap bahagia Lika. Aku masih punya satu alasan untuk tersenyum.Malika
Apa?Mister i
KamuDeg! Tiba-tiba jantungku berdebar. Kalimat itu sama seperti yang dikatakan ayah setiap aku bertanya "Apa ayah nggak sedih saat tahu ibu pergi?". Dengan tersenyum ayah menjawab,"Ayah sedih, sayang. Tapi ayah masih punya kamu untuk ayah jadikan alasan tersenyum."
Malika
Apa aku boleh bertemu denganmu?Nekat aku membalas demikian. Berharap dia mau bertemu. Tetapi tak ada balasan. Mungkin dia masih enggan menunjukkan diri. Lagi-lagi aku harus menunggu.
***
Di sebuah ruangan berukuran 5x4 meter, seorang lelaki tengah berbaring. Tangan kirimya ia jadikan sandaran, sedang tangan yang lain tengah memegang ponsel.
Dipandanginya sebuah foto yang ia pasang di meja kecil samping kasurnya. Sebuah foto berukuran 10R. Sebuah benda yang menjadi bukti bahwa ia dulu memiliki apa yang di sebut keluarga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Malika
Teen FictionMalika tak dapat memungkiri pesona yang dimiliki oleh Abqari Agam Alger. Seorang anak basket yang beberapa kali mewakili sekolahnya di olimpiade matematika. Namun meskipun ia memiliki perasaan lebih kepada kakak kelasnya itu, ia tidak berani mengung...