Wendy berbaring di tempat tidur sambil bernyanyi mengikuti lagu yang diputar melalui youtube dari tv kamarnya. Matanya belum bisa diajak untuk beristirahat, Wendy malah galau karena terbawa-bawa lagu yang sedang ia putar, membuatnya teringat lagi dengan Arghi yang ternyata sudah memiliki pacar yang jauh lebih cantik dari Wendy.
Saat ada yang menggedor pintu kamarnya, Wendy sedikit terkejut karena jujur saja ia sedikit takut sendirian di kamar yang asing ini. Mungkin karena tidak terbiasa juga matanya tidak mau diajak tidur. Wendy segera berjalan menuju pintu dan saat berdiri tepat di depan pintu, kakinya terasa mengganjal seolah sedang menginjak sesuatu. Wendy berjongkok untuk mengambil kertas dan pena yang tergeletak di lantai. Seseorang di luar sana sepertinya menyelipkan ini lewat celah bagian bawah pintu.
"Udah tidur?"
Wendy langsung tahu siapa yang menulis ini. Tentu saja Jean, Wendy bisa mengenali tulisan milik cowok itu karena jujur saja, ia lumayan sering mencontek pr Jean saat di sekolah. Tentu saja lewat perantara Yuri, mana mau Jean memberi contekan pr pada Wendy.
"Belum."
Setelah menjawab singkat, Wendy menyelipkan kertas yang ia pegang melalui celah pintu. Setelah itu, ia duduk bersandar pada pintu untuk menunggu balasan pesan manual lewat kertas tersebut.
Sebuah kertas kembali muncul dari celah pintu. Wendy segera mengambil kertas itu dan membacanya. Walaupun fakta Wendy dan Jean yang akur seperti ini sedikit aneh, tapi Wendy tidak mempermasalahkannya sekarang. Wendy pikir, sekarang ia butuh teman di agar dirinya tidak merasa kesepian di ruangan asing ini.
"Mau request lagu dong, Dangerously punya Charlie Puth."
"Di kamar lo emang nggak ada tv?"
Setelah membalas pesan Jean, Wendy segera bangkit mencari remot dan mencari lagu yang di request Jean. Wendy juga tahu lagu ini dan menurutnya tidak terlalu buruk untuk diputar sekarang dari pada ia malah makin galau karena mendengar lagu galau Indonesia yang sialnya sangat relate dengan Wendy saat ini.
"Ada, tapi, Bang Arghi lagi streaming Red Velvet."
"Sejak kapan Bang Arghi suka Red Velvet?"
"Sejak kenal sama Juwi."
"Lo pergi aja deh, mendadak gue nggak mood buat ladenin lo."
Wendy menyelipkan kertas itu dengan kasar, kesal karena info tidak penting yang diberitahu Jean barusan. Ini membuat Wendy semakin menyadari dirinya bukan apa-apa di mata Arghi. Belum sempat Wendy bangkit dari posisinya, kertas pesan mereka kembali menyembul.
"Lah, kenapa? Gue nggak ngapa-ngapain padahal."
Jean harap-harap cemas menanti balasan dari Wendy. Takutnya, Wendy sudah pergi dan mengabaikan kertas yang ia selipkan. Kepala yang ia sandarkan ke pintu kamar Wendy sesekali menoleh untuk melihat balasan dari Wendy.
"Males ah, abang lo bikin kesel."
"Dia ngapain emang?"
"Ngapain dia bawa Juwi, sih?"
"Kan, pacarnya?"
"Ngapain dia pacaran sama Juwi? Nggak menghargai gue banget."
"Lo siapanya Arghi, BTW?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Blush On
Teen FictionWendy pikir, blush on miliknya sekarang adaah yang paling cocok. Namun, ternyata ada blush on lain yang lebih cocok untuk pipinya. Tapi, ini bukan sekedar tentang blush on.