Wendy menatap lesu ujung sepatunya. Jangan tanya kenapa, ia juga bingung kenapa dirinya sangat uring-uringan seperti ini hanya karena Jean. Padahal sebelumnya ia sangat ogak untuk melihat wajah Jean walau hanya dalam hitungan detik. Tapi, apa sekarang? Wendy malah dibuat uring-uringan karena sejak pembicaraan terakhir mereka, cowok itu seperti terang-terangan ingin menjauh dari Wendy. Bahkan, untuk bertengkar seperti hari sebelumnya pun Jean enggan.
Seolah mendukung Wendy untuk tetap lesu, matahari memilih untuk bersembunyi di balik awan gelap yang disertai angin. Ia menghela napas berat sambil terus melangkahkan kaki untuk keluar daro gerbang sekolah. Sudah waktunya pulang, tidak ada yang harus ia lakukan lagi di sekolah, jadi Wendy tidak punya alasan untuk berlama-lama berada di sekolah.
Wendy mendongak, menatap langin yang gelap sambil menikmati hembusan angin. Ia pun tersenyum saat merasakan satu persatu air hujan mulai menetes mengenai wajahnya. Perasaan Wendy mendadak berubah karena hujan yang mengguyur tubuhnya mulai turun dengan deras. Senyumnya makin jadi, ia melanjutkan perjalanan pulang tanpa terbesit niat untuk berteduh.
Sebenarnya, Wendy bukan tipe orang yang sangat menyukai hujan atau tipe orang yang khidmat menikmati hujan diiringi dengan lagu sendu yang menyayat hati. Bagi Wendy, hujan maupun panas sama saja. Ia bisa menikmati dua cuaca ini dengan caranya sendiri. Beginilah cara Wendy menikmati hujan, menikmati setiap air yang mengguyur tubuhnya sambil mengobati inner childnya.
Wendy yang semasa kecilnya memiliki daya tahan tubuh yang lemah hanya bisa menonton Jean dan Arghi yang berlari kesana kemari di bawah hujan. Ia tak pernah diizinkan untuk hujan-hujanan dan bermain seperti anak-anak lainnya saat hujan. Dan inilah waktu yang untuk mengobati inner childnya. Sesampainya di rumah, Wendy cukup bilang ia kehujanan, simple.
"Jadi inget Jean," gumam Wendy sambil melompat ke genangan air yang mulai terbentuk karena hujan. "Andai waktu itu dia nggak ngejek gue lemah, pasti sekarang akur-akur aja."
Wendy kembali mengingat saat dimana permusuhannya dengan Jean dimulai. Saat itu hujan juga, Jean yang saat itu hanya menggunakan celana dalam dan baju tanpa lengan mencibir dan mengatai Wendy lemah hanya karena tidak ikut hujan-hujanan. Sejak itu, Wendy kecil selalu merasa kesal jika bertemu dengan Jean yang mengatainya lemah.
Sementara itu, dari jarak yang tidak terlalu jauh, Jean terus memperhatikan Wendy yang melompat kesana kemari hingga membuat genangan air terciprat. Jean juga hujan-hujanan, sesekali tersenyum karena Wendy yang terlihat sangat bahagia setelah seharian ini lebih banyak diam.
Jean tahu, setelah ini, gadis yang sedang melompat di genangan air itu akan sakit. Masuk angin, sakit kepala hingga muntah-muntah karena daya tahan tubuhnya yang lemah. Tapi, Jean merasa tak punya hak untuk melarang gadis itu setelah pembicaraan terakhir mereka.
"Awas!" teriak Jean sambil mengacungkan tangan ke depan.
Tapi terlambat, Wendy sudah jatuh terjerembap ke dalam lubang galian renovasi jalan. Ia mengira itu hanya genangan air biasa, hingga tanpa ragu melangkahkan kaki ke sana. Sekarang, kaki kiri Wendy sudah masuk ke dalam lubang dan ia pun terjatuh.
Tanpa pikir panjang, Jean langsung berlari menghampiri Wendy yang berusaha mengeluarkan kakinya sambil meringis. Tentu saja kakinya luka, ditambah lagi kakinya basah terkena air, bisa bayangkan sendiri seberapa perihnya luka di kaki Wendy sekarang.
"Jelas-jelas ada lubang, malah sengaja lompat ke sana," omel Jean sambil membantu Wendy mengeluarkan kaki.
Wendy mendongak, menatap Jean dengan mata yang setengah terpejam kemudian mungusap mukanya yang dibasahi air hujan. "Ya mana gue tau ada lubang di sini."
"Goblok, sih."
"Kok malah ngatain?!"
Jean mengabaikan Wendy, sekarang ia fokus menatap kaki Wendy yang sudah berhasil di keluarkan dari lubang. Tepat di bagian tulang keringnya, terdapat goresan yang mengeluarkan darah cukup banyak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blush On
Teen FictionWendy pikir, blush on miliknya sekarang adaah yang paling cocok. Namun, ternyata ada blush on lain yang lebih cocok untuk pipinya. Tapi, ini bukan sekedar tentang blush on.