17. Marry Me?

11 3 0
                                    

Wendy mendengus sambil melirik pada Jean yang sibuk bermain lempar tangkap bola di lapangan. Ia tak habis pikir, setelah kemarin bermain hujan bersama, hari ini Jean seolah tidak mengenalnya. Lagi-lagi cowok itu menghindarinya. Apa sih maunya Jean? Mau main tarik ulur, ya?

"Tangkep, Wen!" Yuri berteriak agar Wendy fokus.

Wendy segera menangkap bola yang berputar ke arahnya, kemudian melempar bola untuk mengenai Karen yang ada di tim lawan. Meleset, Karen berhasil menghindar dan bola ditangkap oleh Roseanne.

"Ah!" Wendy mengerang kesal.

Peluit berbunyi, waktu bermain sudah selesai dan tim Wendy kalah, padahal nyaris saja Wendy bisa menyamakan skor mereka. Kompak, mereka sama-sama mengerang kesal karena kalah. Berbeda dengan tim lawan yang bersorak kegirangan. Jam olahraga sudah habis, sekarang waktunya untuk mereka berganti pakaian.

"Sayang banget, dikit lagi padahal," ucap Yuri sambil melingkarkan tangan ke bahu Wendy.

"He'eh," jawab Wendy sambil menyeka keringat di dahinya.

Saat hendak mengambil baju di loker, Jean benar-benar tidak sengaja menabrak Wendy. Saat berjalan mundur sambil bergurau dengan teman-temannya, Jean menyenggol bahu Wendy sedikit.

"Ngapain sih, lo, ah!?" Wendy mencoba ngegas berharap akan digas balik oleh Jean.

"Sorry."

Bukannya meladeni Wendy seperti biasanya, Jean malah pergi begitu saja. Bahkan, ia meninggalkan teman-temannya yang tadi dan pergi sendirian. Sontak saja, semua perhatian langsung tertuju pada Wendy. Temannya jadi bertanya-tanya apa yang sedang terjadi antara Jean dan Wendy.

"Kalian kemaren beneran pacaran, ya? Terus udah putus?" tanya Vino to the point.

Dalam sekejap, teman-temannya sudah membuat lingkaran, membuat forum diskusi dengan Wendy yang menjadi topik utama. Sebenarnya, sejak awal masuk sekolah setelah libur semester, Wendy dan Jean sudah jarang berinteraksi seperti biasanya. Jika setiap hari selalu adu mulut bahkan sampai adu jotos, sejak libur semester berakhir, dua orang ini bahkan sepertinya enggan berbicara satu sama lain. Atau mungkin Jean yang menjaga jarak dengan Wendy.

"Udah tau nggak cocok, kenapa malah maksa pacaran, sih?" celetuk Malvin. "Suasana jadi nggak enak nih gara-gara kalian berdua."

"Iya ih, lo sebenernya ada apa sama Jean?" tanya Yuri yang masih melingkarkan tangan di bahu Wendy.

"Nggak kenapa-kenapa."

"Bohong!"

Teman-temannya kompak menyangkal pernyataan Wendy. Kalau tidak ada apa-apa, kenapa suasana jadi secanggung ini. Di kelas pun, jika Wendy sudah maju, atau bergabung dengan yang lain, Jean akan pergi dan menghilang begitu saja.

"Nggak kenapa-napa, gue bilang." Wendy masih membantah bahwa ada apa-apa antara dirinya dan Jean. "Noh, Shana sama Kaisar juga diem-dieman, kenapa nggak kalian bantu aja mereka?"

"Beda, Wendy." Kali ini Bara sang ketua kelas ikut bersuara. "Shana sama Kaisar, itu cuma antara mereka berdua, nggak ngaruh sama anak-anak lain. Ya, karena dari awal mereka nggak terlalu ngaruh ke anak-anak."

"Terus apa pengaruhnya gue sama Jean di kelas?"

"Gini ya, Wendy." Vino lagi-lagi buka suara. "Kalian berdua sebelumnya sama-sama aktif di kelas, walaupun lo aktifnya pas ribut doang, tapi itu berguna banget buat cairin suasana."

"Intinya gini Wen, pas anak-anak stres gara-gara belajar, terus nonton lo sama Jean berantem, itu jadi hiburan tersendiri biar otak jadi nggak stuck."

"Nggak mau coba diomongin dulu?" saran Yuri.

Blush OnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang