εννέα-

2.7K 438 124
                                    


G
U
E
Ŕ
Ŕ
À









Jungwoo memperhatikan lebih dalam, hatinya benar-benar bahagia. Orang yang ia lihat adalah kakeknya. Tanpa basa-basi jungwoo meletakan pisau yang ia pegang kakinya melangkah menemui kakeknya. Bahkan pelupuk matanya sudah berlinang air mata.

Grep...

"Mau kemana kau?!" seseorang memegang lengan jungwoo menbuat langkahnya terhenti. Jungwoo menengok siapa yang memenagang lenganya. Sial! Itu Kepala Dapur. Kim Hanbin.

"A-aku emm ingin menemui..." Raut wajah jungwoo nampak kebingungan. Matanya melihat sekitar sesekali melirik kakeknya yang sedang berbicara bersama seseorang.

"Ayolah kakek lihat aku!" batin jungwoo. "Kembali ke tempatmu!" Bentak hanbin membuat jungwoo menunduk takut. Tapi jungwoo tidak menyerah, ia mendongakan kepalanya. "Aku ingin menemui orang itu!" Jungwoo berbicara dengan nada yang sedikit tinggi. Jarinya menunjuk kakeknya. Hanbin memperhatikan siapa yang jungwoo tunjuk, keningnya berkerut tapi setelah itu hanbin kembali memandang jungwoo "Kau berani membentak ku? Dengar kau baru saja bekerja disini bahkan belum ada satu hari! Tidak sembarang orang bisa keluar tanpa seizin ku dan sebelum orang itu benar-benar sudah menyelesaikan tugasnya disini! Ingat itu!" Seketika nafas jungwoo tercekat. Tiba-tiba saja hanbin menyeretnya kembali ke posisinya dan memperhatikan jungwoo. Ia benar-benar diawasi. Kepala jungwoo menunduk, satu tetes air matanya turun dengan cepat ia menghapusnya. Pandangannya kembali ke arah kakeknya berada. Tapi..

Kakeknya sudah pergi!

"T-tidak-kakek...." Jungwoo mengigit bibirnya kembali menunduk. Jungwoo menangis tanpa suara. Ia meremat pisau yang berada ditanganya.

"Aku tak menyuruh mu menangis!" Suara bentakan membuat ia tersentak kaget. Hanbin berteriak tepat disampingnya. Jungwoo kembali melakukan pekerjaanya. Disisi lain winwin memperhatikan jungwoo sedari tadi. Tapi ia tidak berani ikut campur. Kepala dapurnya sangat galak.


-🔅🔅🔅-


Suara pedang yang saling beradu terdengar sangat nyaring ditelinga. Ya tempat latihan. Mark dan lucas sedang berlatih bersama.

Mark merintih kesakitan "Bajingan! kau berniat memotong tanganku ha!" Mark berteriak, pasalnya lucas terlalu serius dalam latihan ini. Lucas hampir saja memotong tangan mark beruntung saja mark bisa menghindar tapi tetap saja tangan mark terkena sayatan pedang yang cukup panjang.

Lucas menetralkan nafasnya. Memandang mark yang sedang memeganggi tanganya. Apa yang ia lakukan!

"Maaf, aku tak bermaksud seperti itu" ucap lucas menyesal. Ia terlalu terbawa emosi saat berlatih dan hanya dibalas decikan oleh mark. Mark berjalan menjauh dari tempat latihan tanpa mengatakan apapun pada lucae, ia harus mengobati tanganya.


Prangg!!


Lucas menendang tumpukan pedang yang tersusun dengan rapi membuatnya menjadi berceceran ditanah. Entah kenapa pikuran lucas sedang kacau. "Kendalikan dirimu lucas" Lucas tertunduk diatas tanah. Lalu mengusap wajahnya pelan.


"Jungwoo..." gumanya pelan. Nama itu melintas begitu saja dipikiran lucas. Ia berdiri, keluar dari tempat latihan- menemui jungwoo.

'GUEŔŔÀ ✒ LUWOOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang