δέκα-

2.7K 436 61
                                    


G
U
E
Ŕ
Ŕ
À







Pertemuan para Petinggi

"Bagaiman ini?! Kita harus melakukan sesuatu, jika tidak kita akan kalah dalam peperangan"

"Iya itu benar! Kita harus meminimalisir korban jiwa. Percuma jika kita memiliki hampir semua golongan tapi kemampuan mereka masih dibawah rata-rata!"

"Tenanglah kita selesaikan ini dengan kepala dingin" ungkap yunho berusaha menenangkan para petinggi kerajaan.

"Cepat keluarkan keputusan! Anak mu jungjaehyun memiliki kemampuan langka dari golongan saber. Buat dia semakin kuat. Kemampuan seperti itu tidak patut untuk disia-siakan"

"Dimana yunho yang aku kenal dulu? Kenapa sekarang kau menjadi lebih lunak?! Ingat kau itu raja!"

Yunho menghela nafas panjang. Sungguh dalam diskusi ini ia merasa sangat terpojokan. Keempat petinggi memaksanya untuk mengeluarkan keputusan entrenamiento yaitu keputusan tentang pelatihan besar-besaran untuk para prajurit tak terkecuali rakyat. Dulu saat terjadi peperangan di masa kepemimpiman ayahnya dan akhirnya ayahnya mengeluakan keputusan tersebut tapi yang yunho lihat seperti seorang raja yang menyiksa rakyatnya. Semua hanya untuk kemenangan. Mereka yang mengikuti entrenamiento harus memiliki prensip "muerte por victoria" atau Kematian demi kemenangan. Artinya mereka semua dipastikan akan mati. Jika mereka selamat juga akan dibunuh karena mereka yang mengikuti pelatihan ini sudah melakukan perjanjian darah. Setetes darah mereka akan ditaruh dalam satu wadah yang menandakan mereka semua adalah satu. Tidak adil? Memang. Itulah kerasnya entrenamiento. Tapi karena pelatihan itu kerajaan ini Memenangkan peperangan. Haruskah yunho melakukan hal itu sama seperti ayahnya?.

"Tapi ini sangat beresiko" ucap yunho pelan. Tanganya sudah terkepal menahan amarahnya karena merasa terpojokan.

"Beresiko? Tapi kita bisa memenangkan peperangan!"

"Kami akan menunggu hingga besok saat matahari terbenam. Kau harus mengeluarkan keputusan sesegera mungkin" salah satu petinggi beranjak meninggalkan tempat rapat.

"Aku selalu percaya padamu yunho. Jangan kecewakan aku" setelah mengatakanya. Ketiga petinggi lain meninggalkan yunho sendiri.

-🔅🔅🔅-

Tubuh jungwoo terasa kaku dengan keadaan berbaring disebuah kasur. Ia memandang sekitar, ini bukan kamarnya ten. Saat jungwoo bangun kepalanya terasa berputar-putar membuat perut jungwoo mual.

"Huekk.." Dengan cepat Jungwoo berlari menuju kamar mandi memuntahkan semua isi perutnya. Matanya sayu. Lucas sialan! Jungwoo mengusap mulutnya membersihkan sisa air liurnya. Jungwoo berusaha berdiri menuju pintu, ia ingin pergi dari tempat ini.

Tapi sayang saat jungwoo berusaha membuka pintu itu teryata pintunya terkunci membuat jungwoo mengeram kesal.

"Lucasss!!!" teriaknya dari dalam kamar. Tanganya terus mendorong pintu itu dengan keras sesekali memukul pintu tersebut.

"Jungwoo" sebuah suara begitu saja melewati pikiranya membuat tubuh jungwoo mendadak kaku. Suara itu benar-benar terdengar nyata dan sangat jelas.

"Siapa disana?" Tubuh jungwoo berbalik ke belakang, iris matanya yang coklat memperhatikan setiap sudut kamar tersebut dengan wajah yang takut.

"Aku akan datang" Jungwoo tersentak lalu tertunduk menutup kedua telinganya. "Siapa?!!" suara jungwoo semakin meninggi.

'GUEŔŔÀ ✒ LUWOOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang