11. Malam Jumat 2

189 23 27
                                    


"

Tuan Choi..., kalo hari ini saya tidak bisa. Sudah ada rencana. Woohyun saja bagaimana? Dia kan sudah sering memotret untuk acara Yena."

"Myung, tolonglah! Kau tahu kan Yena itu keras kepala sekali. Aku sudah menawarkan Woohyun, tapi Yena tidak mau. Katanya feel fotonya berbeda."

"Tapi aku sudah ada janji... Lagipula kenapa mendadak begini sih???"

Myungsoo frustasi. Dia tidak peduli kalau baru saja berbicara secara tidak formal terhadap salah satu klien setianya.

"Tuan Choi, aku tidak peduli. Kalau memang mau menggunakan jasa Lumière, silahkan dengan Woohyun saja. Aku tidak bisa."

"Myung, apa kau mau ku laporkan pada Appa mu?"

"Itu curang!!!! Ah, kenapa klien ku justru teman dari Appa ku begini sih???"

"Lakukan atau kulaporkan rahasiamu!!!"

"Baiklah..." Myungsoo menghela nafas panjang. Ia belum siap kalau Appa nya tahu soal rahasianya. Dan si tua Bangka sialan itu tidak sengaja mengetahui rahasia Myungsoo. Menyebalkan bukan?
"Beri aku waktu sebentar untuk menghubungi Sungyeol."



Myungsoo meraih ponselnya. Ia menghubungi Sungyeol. Pasti Yeol kecewa sekali. Seharusnya malam ini mereka memiliki pergi kencan. Jam 22.30 mereka seharusnya menonton midnight movie.

Sejak beberapa hari belakangan, Sungyeol terus saja mengajak Myungsoo untuk pergi berkencan ke taman bermain. Karena pekerjaan yang sedang padat, Myungsoo mengusulkan untuk menonton saja. Sungyeol mau berkompromi, dan meminta mereka untuk pergi malam ini juga.

"Hallo, Myungie... Aku masih bersiap-siap. Bukannya kita berangkat jam 8 malam?" suara ceria Sungyeol menyambut telinganya. Membuat rasa bersalahnya menumpuk semakin besar.

"Yeol... Kita tunda kencan kita ya?"

"Kenapa?? Kamu ada pekerjaan mendadak ya?" biarpun pengertian, nada kecewa terdengar jelas dalam kalimat Sungyeol tadi.

"Aku ada pekerjaan mendadak yang tidak bisa digantikan. Tengah malam mungkin baru bisa sampai rumah. Nanti aku akan menemuimu. Oke? Maafkan aku ya??"

"Baiklah... Aku tunggu di tempatku, ya? Kamu pegang kuncinya kan?"

"Oke. Aku pegang kuncinya kok. Bye sayang..."

Sungyeol langsung memutuskan panggilan itu tanpa membalas sapaan Myungsoo. Dia tahu kalau namja gembil itu pasti sedang marah, sedih, ngambek atau justru gabungan dari semuanya.

Tentu saja Sungyeol tidak akan melarang Myungsoo bekerja. Mereka sudah sama-sama dewasa dan tahu susahnya memulai bisnis. Tapi tetap saja perasaan kecewa pasti menghinggapi hatinya. Mungkin nanti Myungsoo akan dimarahi habis-habisan begitu sampai di tempat Sungyeol.




Myungsoo sampai di kediaman tuan Choi. Anak bungsunya, membuat pesta besar-besaran untuk menyambut kedatangan sahabatnya yang baru pulang dari luar negeri. Dan ini semua terjadi secara mendadak. Makannya Myungsoo baru diberitahu barusan. Bahkan sampai tuan Choi sendiri yang menjemputnya.

Baru saat ini Myungsoo menyadari, bahwa orang kaya itu menyebalkan dan dapat berbuat semena-mena. Ini hanya sebuah pesta, ada ribuan fotografer diluar sana yang bisa mengabadikan momen mereka dengan apik. Tapi ketika mereka mulai menggunakan kekuasaannya, orang biasa seperti Myungsoo bisa apa?

Myungsoo bersikap profesional dengan memasang muka seramah mungkin. Tentu saja itu palsu dan sekedar pencitraan. Dia sedang menahan kesal di dalam hatinya. Gara-gara acara bodoh ini, kencannya harus dibatalkan.




Tolongin Aku Mas!!!! ~ MyungYeol Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang