Chap1

6.6K 339 44
                                    

Maaf mungkin ceritanya masih gaje, typo dimana-mana.
Maaf soalnya ini ff pertama ku.

Sorry for typo, don't forget to vote and comment.

.
.

Di kampus Sunbury, dipenuhi oleh sekumpulan mahasiswa yang sedang melakukan aktivitas mereka tidak terkecuali Mean dan teman-temannya.

"Mean, Mean," suara teriakan para perempuan terus saja menggema di telinga Mean.
Jangankan menyapa para gadis itu, menoleh saja tidak.
Bukan Mean namanya kalau tidak angkuh, plus sombong.

Plan masuk lorong kelasnya, bersama Coo (Cooheart) mereka berteman dari orok (kecil).
Mereka ke mana-mana selalu bersama kayak lem sama perangko yang tak terpisahkan, kelas pun harus sama.
Saking senangnya mereka, Plan tanpa sengaja menabrak sosok pria tinggi, pucat bak mayat hidup di depannya itu.

"Yakkk!" suara ketus Mean.

Plan mendongak ke arah sumber suara yang ditabraknya itu, ia melihat sosok pria tinggi yang ada di depannya itu. Tapi, Mean yang dilihat malah memasang muka datar tanpa ekspresi.
Plan bingung, niatnya mau minta maaf tapi malah terbengong karena melihat sosok datar di depannya tersebut.

.
.

Mean memasuki mansionnya, para maid berjejer di depan pintu menyambut tuan muda mereka. Mean pun berjalan duduk di sofa dekat dua sosok yang paling dikenal dan disayanginya itu, Kris dan Sammy. Ya, mereka adalah orang tua Mean.

Kris Phiravich--ayah Mean, adalah sosok tinggi, putih, berwibawa, dan masih gagah di usia yang hampir 50 tahun.
Mempunyai perusahan di segala bidang, termasuk universitas sanbury tempat Mean kuliah adalah milik keluarga Phiravich.

Sammy Phiravich---Ibunda Mean masih terlihat anggun, cantik, dan elegan di usia 40 tahun.

Mean selalu mendapatkan apapun yang dia mau dengan mengangkat tangannya saja, para maid atau bawahan Ayahnya itu, pasti berlari ke arahnya. Mungkin karena Mean sudah terbiasa dari kecil, Mean selalu mendapatkan apa yang dia mau makanya Mean menjadi angkuh dan sombong.

Tok! Tok!

"Planie, Planie," panggil Coo sedari tadi. Coo terus saja mengetuk pintu kamar Plan, tapi yang dipanggil tidak merespon.

Ya, Plan biasa dipanggil Planie oleh orang-orang terdekatnya, itu hanya panggilan khusus untuk Plan.

Akhirnya Coo pun geram, dan menendang-nendang pintu kamar Plan sampai si empu pemilik kamar menjadi emosi. Sudah emosi sama Mean ditambah lagi Coo yang dari tadi tidak mau diam, Coo yang terus saja berteriak dan nendang-nendang pintu kamar Plan.

Cklek!

Suara pintu dibuka.

Pletak!

Bunyi kepala Coo, Plan memukul kepala Coo menggunakan bukunya tapi sayang yang dipukul malah cengengesan sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal. (Emang sahabat mah gitu yaaa.)

Plan dan Coo pun masuk ke kamar Plan. Plan ngoceh-ngoceh tak jelas sama Coo tentang si jangkung yang ditabraknya di lorong kampus waktu itu.

Flashback

"Maaf! Saya tid-" ucapan Plan terhenti di kala mean berkata.

"Yakkk! Anak rusa! Apa kau tidak lihat jalan, ahh?! Apakah kau tersesat dari rombongan?" hardik Mean. Setelah mengatakan itu Mean pun berjalan melewati Plan dan juga Coo.

Mr.Arogan ✔[Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang