Chap3

3.7K 285 23
                                    

Sorry for typo, don't forget to vote and comment.

________________

Mean pov

Setelah hampir 30 menit lebih, kami di dalam mobil akhirnya kami pun sampai di depan rumahnya. Kesan pertamaku saat melihat rumahnya, tidak terlalu besar ataupun kecil. Rumahnya berukuran sedang memiliki 2 tingkat tapi tidak terlalu besar. Cat warna putih, dihiasi dengan bunga-bunga dan memiliki pohon-pohon hijau di sebagian tamannya terlihat indah, menyegarkan dan hidup di mataku. Saat aku lagi asyik-asyiknya mengagumi rumahnya, tiba-tiba dia keluar dari mobilku dan membuyarkan lamunanku.
Buru-buru aku mencekal tangannya.

"Aku belum mengizinkanmu untuk pergi!" kataku.

Tapi dia langsung menghentakkan kakinya dan itu lucu menurutku. Entah sadar atau tidak aku langsung menciumnya. Dia seperti mematung. Aku merasakan detak jantungku, berlompat ria di dalam tubuhku. 2 menit kemudian, dia mendorongku. Dia melihatku sekilas, hanya hitungan detik, aku membalasnya dengan seringaian, dan dia berlari masuk ke dalam rumahnya.

Setelah melihat punggungnya menghilang, barulah aku masuk mobilku, dengan senyum yang merekah dan tak henti-hentinya dari bibirku. Selama aku pacaran dengan beberapa wanita, tidak pernah aku merasakan hal seperti ini, ini yang pertama kalinya buat diriku. Aku merasakan detak jantungku masih berpacu dalam dadaku seakan ingin keluar saja. Setelah berperang dengan hatiku, aku masuk mobilku dan meninggalkan rumahnya.

Mean Pov End

*Kampus*

Bel berbunyi, dan itu tandanya pelajaran akan segera dimulai.
Plan dan Coo pun mengeluarkan buku pelajarannya beserta alat tulisnya. Pelajaran pun berlangsung sampai tak terasa bel berbunyi tanda pelajaran telah selesai.

"Plan, ayo kita ke kantin. Aku sudah mati kelaparan!" ajak Coo sambil menarik tangan Plan

"Ayo," balas Plan lalu hendak berdiri.

Baru saja Plan dan Coo akan berdiri, mereka berdua dikagetkan dengan kedatangan Mean dan teman-temannya. Kesel Plan belum hilang karena kejadian kemarin, tapi Mean sudah datang dengan wajah tanpa dosanya, Mean bahkan selalu memasang wajah datarnya.

'Apakah dia tidak pernah tersenyum?' batin Plan.

"Anak rusa, ayo ikut denganku!" kata Mean dingin.

"Tidak mau!" ketus Plan dengan tegas.

"Aku tidak menerima, penolakan!" jawab Mean datar.

"Tapi aku ada janji dengan, Coo!" jawab Plan tak kalah ketus.

"Plan, aku bisa pergi sendiri kok! Kamu pergi saja dengan mereka." Kata Coo. "Ya sudah, aku pergi dulu, soal makan siang kita bisa pergi besok-besok," seru Coo lagi hendak meninggalkan Plan.

Plan tahu ada raut kecewa di wajah Coo karena Plan sangat mengenal Coo, itu karena mereka sudah berteman cukup lama 'orok'. Baru beberapa langkah Coo berjalan, Plan kaget dengan suara salah satu dari teman Mean.

"Kalau mau, kamu bisa ikut makan siang dengan kami?" ajak salah satu teman Mean.

Plan kenal orangnya, karena Coo sering menceritakannya pada Plan. Dia Tittle, orang yang dikagumi oleh Coo dari dulu dan Plan bisa melihat wajah Coo berbinar karena senang.

"Apakah Negosiasinya sudah selesai? Kalau begitu ayo kita pergi!" ketus Mean karena tidak suka terlalu lama menunggu, 'itu membosankan' menurut Mean

Mereka semua pun pergi ke kantin bersama-sama. Sesampainya di kantin, semua mata memandang Plan. Bukan! Bukan Plan tapi, Mean! Mereka melihat Mean dan Plan beriringan menuju kantin kampus dengan Mean yang menarik tangan Plan. Plan bergidik ngeri melihat mereka semua, mereka menatap Plan dengan tatapan 'membunuh' mereka semua seakan ingin membunuh Plan hari itu juga,

Mr.Arogan ✔[Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang