32. Bertemu Davina

55 5 0
                                    

Jangan Lupa Tekan (⭐)

"Aku mau ketemu Davina. Plis ajak aku ketemu sama dia." Permintaanku ini membuatku ditatap Darpa sedemikiannya.

🌺🌺🌺

Sebuah rumah mewah terpampang di depan mataku. Aku tahu pemilik rumah ini. Dan inilah tujuanku. Ingin bertemu dengan salah seorang yang juga tinggal di rumah besar ini.

"Ayo" ajak Darpa padaku.

Aku mengikuti langkah kakinya itu. Kami berjalan beriringan. Darpa membuka pintu rumah ini dengan kunci cadangan yang ada di tasnya. Pintu terbuka. Suasana gelap terlihat sebelum Darpa menyalakan lampu di ruang tamunya ini.

Dibawanya dirku ke lantai dua rumah ini. Dibukanya perlahan pintu kamar seseorang. Digenggamnya tanganku masuk ke kamar ini. Kamar milik Davina.

Aku tidak bisa menggambarkan bagaimana perasaanku saat ini ketika memasuki kamar ini. Dinding kamar ini sangat banyak ditempel foto-foto polaroid Davina dengan seseorang. Orang yang sangat ku kenal sebelum Darpa. Itu adalah foto Davina dan Radha. Foto ketika mereka berada di Bali. Di satu sekolah yang sama. Ada juga foto yang memperlihatkan saat mereka bermain-main di pantai.

Di atas kasur terlihat seseorang yang sedang terbaring lemah tak berdaya. Di tangannya mengalir cairan infus. Ku lihat matanya sedang terlelep. Sepertinya dia sedang tertidur.

Ku dekati wajahnya itu. Aku duduk di samping kasurnya sedangkan Darpa hanya berdiri memandanginya. Ternyata benar dia adalah Davina. Terlihat jelas wajah cantiknya kini tampak lesu.

Memasuki kamar ini membuatku seperti orang linglung. Yang tadinya memiliki seribu pertanyaan untuk Davina kini aku bahkan tidak mampu mengucap sepatah kata pun. Semua berkecamuk di otakku.

Apa yang terjadi dengan Davina? Sedang sakit apa dia? Bagaimana masa lalunya dengan Radha? Mengapa ia mengatakan jika aku mencintai Radha? Apakah dia tidak tahu jika aku berpacaran dengan Darpa dan sangat mencintainya. Semua pertanyaan itu seakan lenyap di otakku. Kemarahan, kekesalan, kesedihan, kegalauan semua lenyap tak berbekas.Tak ada yang bisa ku pikirkan saat ini.

Menatap sendu tidurnya. Rambutnya yang hitam tampak kusut. Wajahnya yang cantik terlihat lesu. Tubuhnya mulai merapuh karena tergerogoti penyakitnya itu.

Darpa memalingkan wajahnya. Ku lihat setetes air matanya turun tanpa bisa ditahannya. Di usahakannya agar aku tidak melihat air matanya itu. Tapi aku tahu itu. Ku peluk dirinya dari belakang. Tanganku menjalar memeluknya erat. Baru pertama kalinya aku melihat Darpa meneteskan air mata. Meski tidak bersedu-sedu seperti ku. Tetap saja jika seorang pria hingga meneteskan air mata itu artinya dia benar-benar sedang mendapat luka yang begitu dalam.

Aku tidak tega melihatnya seperti itu. Selama ini Darpa terus saja mengutamakan kebahagiaanku tetapi aku bahkan tidak tahu dia sedang memikul beban begitu berat. Aku bahkan tidak bisa merasakan kesedihannya. Dia tahu semua yang membuatku senang tapi aku tidak tahu apa yang membuatnya sedih.

Ku lepas pelukanku itu, "dia tidur mungkin lain kali akan ada waktu aku ngobrol Davina."

Darpa mengangguk.

"Pa." Suara lirih terdengar dari belakang kami. Spontan pandanganku teralih padanya.

Davina rupanya terbangun. Entah memang bangun atau terbangun karena kedatanganku. Aku tidak tahu apa perasaannya ketika melihatku sedang berada di kamarnya saat ini apalagi bersama dengan adiknya yaitu Darpa.

Semesta Untuk Kiara [COMPLETED]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang