53. Cukup Terimaku saja bukan Mencintaiku

61 8 0
                                    

Jangan Lupa Tekan (⭐)

Meski saat ini masih pukul 6 pagi aku, Nino, Abi, dan tentunya Romi sudah berkutat di dapur. Rasa kantuk masih menyerangku begitu pula dengan Abi dan Romi. Matahari saja masih belum memancarkan sinarnya di pagi hari ini.

Aku hanya duduk di meja makan sambil menelungkupkan wajahku kedalam tanganku. Mataku tertutup namun masih bisa mendengar percakapan teman-temanku yang lain karena nyatanya aku tidak tertidur hanya sekedar memejamkan mata saja.

Nino memotong-motong wortel, kentang, dan seledri karena katanya dia akan membuat sop. Aku mengangguk lalu membantunya memotong beberapa sayuran.

Pukul 08.00

Setelah makan bersama kami duduk di ruang tengah villa sambil menonton televisi yang ukurannya sekitar 32 inc. Mereka berebut memilih siaran tv mana yang akan ditonton. Disty bersikeras ingin menonton infotainment sedangkan Arsel ingin menonton film kartun saja.

Radha duduk disebelahku dengan sebuah bantal di pangkuannya, "aku mau ngomong penting sama kamu bisa?" Bisiknya padaku agar tidak ada yang mendengar pembicaraan kami.

Aku menengok ke arahnya lalu memandang wajahnya sebentar, "ngomong aja kali. Sekarang?"

"Nanti sore kamu bisa?" Bisiknya di telingaku.

"Terus yang lain?"

"Aku maunya berdua sama kamu aja tapi kalau mereka ikut yaudah gak papa."

"Iya nanti aku cari alasan buat pergi sama kamu. Berdua."

Radha tersenyum manis penuh kemenangan padaku, "makasih."

"Sama-sama."

Ruang tengah villa ini sangat penuh dengan keramaian karena ocehan-ocehan tidak berbobot oleh teman-temanku. Mau bagaimana lagi, mereka sudah terlanjur ikut berlibur bersamaku. Aku tidak menyesal tetapi aku merasa bahagia karena masih bisa menghabiskan waktu bersama mereka. Meski kami sudah di universitas berbeda, setidaknya kami tidak pernah lupa jika kami saling bersahabat satu sama lain.

Tak ada rasa canggung atau malu-malu. Satu hal yang ada yaitu keceriaan.

Pa Brem menghampiri kami dengan sedikit tergesa, "Nak Radha ada tamu di depan kalau gak salah namanya Alea."

Nino bangkit dari posisi duduknya, "nah datang juga ternyata tu cewek. Itu tuh orangnya yang gue bilang nabrak mobil Radha."

"Yaudah biar gue sama Nino yang ke depan. Ayo No." Ajak Radha lantas diberi anggukan oleh Nino.

Tak ada yang beranjak dari posisinya masing-masing terkecuali Nino dan Radha yang keluar menemui Alea. Kami semua duduk sambil menyaksikan siaran tv yang sedari tadi channelnya terus-terusan diubah oleh Disty dan Arsel. Dalam masalah rebut-merebut, tidak akan ada yang bisa mengalah diantara mereka.

"Jalan ke mall yuk." Ajak Risya ke tempat favoritnya itu.

Romi cepat-cepat menyangkal keinginan Risya itu padahal sedari tadi ia hanya uring-uringan saja di sofa yang ada di ruang tengah villa Radha ini, "Ya ampun Sya kayak di Jakarta gak ada mall aja."

"Emang mau kemana ?" tanyaku.

Risya berpikir sejenak aku kira dia mengheningkan cipta, "mau ke Trans Studio Mall Bali kan baru buka tuh. Ayo Kia." Risya mulai melakukan trik jitunya jika menginginkan sesuatu yaitu dengan merengek di tanganku. Kekanakan memang, tetapi itulah bedanya.

"Ayo gue juga mau ke salon. Sumpek banget ni rambut udah lama gak di creambath." Keluh Disty sambil menggaruk rambutnya.

Abi berdecit geli melihat Disty yang menggaruk rambutnya asal, "jorok banget sih lo jadi cewek."

Semesta Untuk Kiara [COMPLETED]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang