6. Kencan Pertama (2)

196 8 1
                                    

Jangan Lupa Tekan (⭐)

Kami menuju sebuah cafe yang berada di persimpangan jalan. Kami hanya berjalan kaki menuju sana. Berjalan kaki kurang lebih 10 menit untuk sampai ke cafe ini dari villa paman Ghino.

Radha membawa ku duduk di meja yang berada di luar cafe. Katanya biar bisa liat turis-turis ganteng dan cantik. Dia bilang aku harus puas-puasin liat turis-turis ganteng disini karena di Jakarta jarang ada.

Ingin rasanya aku mengatakan pada Radha kalau aku tidak perlu memperhatikan turis-turis itu. Aku hanya ingin memperhatikan Radha. Iya, hanya dia. Memperhatikan setiap inci wajahnya yang entah sejak kapan menyita perhatianku.

Bagiku ini terlalu cepat. Aku tidak menyangka rasa cinta akan menyerang ku begitu cepat. Kami baru saling mengenal. Dan mengapa aku sudah menyukainya?

Dia memang seorang pencuri. Pencuri hatiku.

"Sebelumnya aku udah reservasi disini. Aku udah pesanin kamu pasta. Kamu bisa makan pasta kan? Jangan bilang kamu gak bisa makan selain masakan Indonesia." Senang rasanya bisa mendengar kalimat yang cukup panjang keluar dari mulutnya itu.

"Tenang aja aku gak bakal buat kamu rugi. Aku bakal makan semua yang ada." kali ini aku sudah bisa berbicara dengan menatap kedua bola matanya.

"Justru kalau kamu makan semua, aku jadi rugi. Bisa-bisa kita disuruh cuci piring."

Aku tertawa mendengarnya.

"Tapi ada satu yang gak boleh kamu makan."

"Apa?" Tanyaku.

"Makan hati."

Senyum simpul kembali keluar dari bibir manisnya itu. Apakah dia serius atau mencoba bercanda aku tidak tahu. Yang pasti aku tidak tertawa sedikit pun.

Tempat ini memang benar-benar ramai terutama jika mendekati senja seperti ini. Banyak turis yang berlalu-lalang di samping kami. Aku menikmati makanan ku dengan baik. Tetapi sebenarnya aku lebih menikmati momen ini. Momen dimana Kiara dan Radha duduk berdua untuk makan bersama.

Hari yang sedari tadi menunjukkan terangnya kini mulai berganti gelapnya senja.Suhu yang semula hangat bertukar menjadi dinginnya malam.
Rasa yang tadinya tidak ada kini tumbuh menjadi rasa yang istimewa. Entah apa yang akan terjadi selanjutnya.
Cerita apa yang akan tiba. Aku nantikan saja.

🌛🌛🌛

Aku dan Radha sudah menghabiskan makanan kami masing-masing. Kemudian dia mengajakku ke sebuah toko antik khas Yunani. Toko yang menjual berbagai macam seperti aksesoris.

Ketika di Jakarta, aku tidak terlalu tertarik dengan kehadiran toko atau barang antik. Tetapi berbeda dengan kali ini, semua barang yang ada di sini aku merasa seperti memiliki maknanya masing-masing.

Aku tertarik melihat sebuah gantungan-gantungan kunci yang terbuat dari kayu. Aku memilih beberapa dari berbagai model yang ada. Aku berencana untuk membelikan itu sebagai salah satu oleh-olehku. Karena dari sekian banyak barang itu salah satu barang yang harganya tidak terlalu mahal.

Aku merasakan ada hawa seseorang sedang berdiri di belakangku. Belum lagi sempat ku menoleh, ternyata ada sebuah kalung  yang tengah dipasangkan dileherku. Refleks aku menundukkan kepala dan menyentuh kalung itu.

"Kamu jangan tolak ini. Anggap aja ini tanda perkenalan kita." Jelasnya padaku dengan kedua mata yang langsung menatap mataku.

"Maaf Radha, tapi aku rasa ini terlalu berlebihan sebagai perkenalan kita. Aku gak bisa terima ini. Kita berteman bukan karena ikatan kalung ini."

Semesta Untuk Kiara [COMPLETED]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang