C 56

2.4K 59 0
                                    

= Rasa Baru =
.
.
.
"Kita suami istri, itu berarti beban kita pikul bersama bukannya masing-masing. Itu sama saja dengan kita tidak menghargai pasangan"

-o0o-







Setelah mengetahui kalau kini dia telah hamil. Naya langsung bergegas kerumah sakit keesokan harinya untuk memeriksakan kondisi janinnya dengan diantar mang Eza.

Sampai sekarang Naya tidak memberitahu akan kondisi dirinya yang tengah berbadan dua kepada Nathan. Karena dia belum siap untuk menerima reaksi suaminya tersebut. Dia masih merasa ada yang mengganjal dalam hatinya. Sehingga dia memilih merahasiakan semuanya dari Nathan, keluarganya, bahkan Wika yang paling dekat dengannya.

Kaki kecilnya melangkah menuju pintu kaca itu. Pintu dimana semua perjuangan hidupnya akan benar-benar dimulai.

Naya memasuki rumah sakit, menuju ruangan tempat pemeriksaan ibu hamil. Saat kakinya sudah dilorong ruangan pemeriksaan ini, pandangan pertama yang terlihat adalah dimana semua calon ibu duduk dengan perasaan bahagia dan didampingi suami mereka. Miriskah kalau Naya datang hanya seorang diri? Tak apa, karena ini adalah keputusannya sendiri.

Naya pun duduk disebelah salah satu ibu yang tengah memegangi perut buncitnya.

"Maaf dek" sela ibu disebelahnya membuat Naya menoleh kearahnya. "Adek mau periksa juga?" Tanyanya lagi

"Iya bu, saya mau periksa" jawab Naya singkat dengan senyuman

"Udah berapa bulan?" Tanya ibu itu lagi sambil tersenyum hangat

"Mungkin baru beberapa minggu bu, ini aja saya baru mau periksa" jawab Naya ramah

"Selamat ya dek" ucapnya. "Nama ade?" Tanyanya lagi

"Naya bu" jawab Naya, lagi. Masih sopan

"Jangan panggil ibu Nay, panggil ka Ana aja ya?" Pintanya yang kini Naya tahu Namanya adalah Ana

"Baik ka Ana" ucap Naya dengan senyuman hangat

"Bu Erliana Hardan, silahkan masuk" seru salah seorang suster dari ruang pemeriksaan tersebut

"Saya sus" ucap ka Ana, kemudian mengalihkan pandangannya kembali ke Naya. "Kakak duluan ya Nay" pamitnya

"Iya ka" seru Naya sambil tersenyum hangat

Lama menunggu akhirnya pemeriksaan Naya pun dilakukan.

"Dengan ibu Naya?" Tanya Dokter yang kini duduk dihadapan Naya

"Iya dok" jawab Naya ramah walau dalam hati agak gugup

Apa yang akan dokter ini lakukan ya? Kok aku gugup gini? Gumam hatinya

Seolah tahu apa yang tengah Naya pikirkan membuat dokter Yuli senyum bahagian karena melihat reaksi Naya yang nampak gugup.

"Ibu tidak usah khawatir. Ini hanya pemeriksaan biasa saja kok bu" seru dokter Yuli dan membuyarkan lamunannya Naya dengan senyum menghiasi wajahnya

"Baiklah dok" ucap Naya yang masih agak gugup

"Kalo gitu, silahkan ibu berbaring ya" ajak dokter Yuli kearah ranjang rumah sakit dan berapa alat yang entah apa namanya Naya sendiri juga tidak tahu.

"Bu Naya" seru dokter Yuli yang nampak masih memperhatiakn monitor hitam putih itu

"Ya dok, kenapa?" Tanya Naya sambil memperhatiakan monitor yang Naya sendiri tidak tahu bagaimana membacanya

"Apa ibu melihat titik kecil itu?" Tanya dokter Yuli sambil memandang kearah Naya kemudian mengalihkan lagi pandamgannya kearah monitor sambil menunjukkan titik hitam yang dia maksud tadi

Pernikahan DiniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang