2. Hurt

3.9K 369 7
                                    

Tok...tok...tok...

"Tzuyu...,nak...keluarlah!" Tuan Park terus mengetuk pintu kamar putrinya itu yang tertutup rapat.

"Jangan buat ayahmu ini khawatir nak..,Tzuyu sayang bukalah..!!" Tapi   tidak ada respon sama sekali dari penghuni di dalamnya.

"Semua ini salah saya tuan. Sebaiknya saya pergi saja.." Sana menundukkan kepalanya.

"Itu tidak benar..,bukankah kau tidak mempunyai siapa-siapa lagi? Jadi tinggalah disini, dan jangan panggil aku tuan. Panggil saja 'ayah', kau sekarang sudah jadi bagian keluarga ini..!" Tuan Park memeluk tubuh gadis itu dengan lembut.

"Hiks...hiks..hiks..., ta-tapi Tzuyu?" Sana menangis dalam dekapan pria itu.

"Sudahlah..dia juga akan mengerti nantinya, kemarahannya hanya sementara. Dia adalah anak yang baik jadi bertemanlah dengannya ya?" Ujar tuan Park sambil mengusap pucuk kepala Sana.

"Iya..terima kasih banyak tuan..emmm maksudku ayah" Sahut Sana sembari tersenyum. Pria itu membalas senyuman gadis di depannya, lalu kembali mengetuk pintu kamar Tzuyu.

"Tzuyu....tzuyu...buka pintunya nak...jangan keras kepala seperti ini..!" Tetap tidak ada jawaban.

"Kalau begini caranya..ayah akan dobrak pintu inii..!!" Tuan Park mulai khawatir dengan keadaan Tzuyu. Sejak kemarin setelah pulang dari pemakaman, dia belum keluar kamar.

*Brakkk..!!*

Dorongan keras dari Tuan Park Jinyoung berhasil merobohkan pintu itu.

"Tzuyu..!!!!?" Park Jinyoung menghampiri Tzuyu yang terkapar dilantai.

"TZUYU...!!!! KAU KENAPA NAKK...!??" Didekapnya gadis itu lalu didendongnya.

"Ada apa dengan Tzuyu?" Sana terlihat khawatir.

"Sepertinya dia demam,,tubuhnya sangat panas...Ya tuhann..Tzuyu..!" Park Jinyoung membawa anak gadisnya itu menuju mobil dan pergi kerumah sakit, diikuti oleh Sana.

*****

"Bagaimana keadaannya dokter?" Tanya Park Jinyoung pada dokter yang merawat Tzuyu.

"Dia hanya demam biasa anda tidak perlu khawatir. Istirahat yang cukup akan membuatnya cepat pulih. Tapi saya rasa ini bukan hanya sakit fisik, sepertinya ada trauma psikis. Apa benar begitu?"

"Emm..iya" Jawab Park Jinyoung.

"Sebaikknya anda lebih memperhatikan putri anda mulai sekarang, psikis nya dapat kapan saja mempengaruhi kesehatannya!"

"Iya baik dokter, terima kasih"

****

"Sana tolong jaga Tzuyu sebentar disini, ayah mau kebagian administrasi dulu"

"Baiklah" Sana lalu duduk di samping ranjang Tzuyu. Gadis itu masih belum sadar juga.

"I-ibu..ibuuu...!" ucap Tzuyu lirih,  tapi matanya masih terpejam.

"Tzuyu..?!" Sana langsung menggenggam tangan Tzuyu yang dingin itu.

"Tzuyu..maafkan aku.." Air matanya membendung, siap untuk menetes.

"Aku memang gadis bodoh..hiks..hiks.." Dia tidak bisa lagi menahan tangisnya. Genggaman tangannya semakin kuat pada Tzuyu. Kini gadis yang terbaring itu mulai tenang lagi.

Tapi sebuah air mata menetes dari pelupuk mata yang masih terpejam itu. Sana menyadari hal itu , dan mengusap air mata Tzuyu.

"Kau begini karena aku Tzuyu...,buanglah rasa 'sakit' mu itu dengan membenciku. Aku akan menerimanya.." Sana menatap Tzuyu lekat-lekat, dipandangnya wajah cantik gadis itu. Dia bertekad akan menjaganya walau Tzuyu membencinya.

Karena terlalu lama menunggu dia tertidur di samping ranjang Tzuyu, tangannya senantiasa menghangatkan tangan dingin Tzuyu.

*****

Tzuyu membuka matanya perlahan, agak silau karena lampu kamar ini. Tapi perlahan semuanya normal. Sampai dirasakannya ada yang menggenggam tangannya. Rasanya hangat.

"Sana..? Kenapa dia disini? Lalu dimana aku?" Tzuyu melepaskan genggaman Sana.

"Pembunuh itu memegang tanganku yang bersih ini? Hahh..aku harus mencucinya seharian.." Dia mengusap-usap tangannya yang tadi digenggam Sana.

Dia lihat pergerakan Sana, gadis itu terbangun dari tidurnya.

"Tzuyu..? Kau..kau sudah sadar?" tanya Sana dengan tersenyum lebar.

"Kenapa kau disini?" Tapi Tzuyu tidak membalas senyumannya.

"Umm..itu..apa kau sudah baikan?"

"AKU BERTANYA KENAPA KAU DISINI..? KELUARR...!!!" Tzuyu berteriak pada Sana yang tampak akan menangis lagi. Untung itu adalah kamar khusus jadi hanya ada satu pasien disana.

"Ma--maafkan aku..., aku akan keluar" Dia beranjak keluar dengan wajah tertunduk.

Sana tak kuasa menahan tangisnya.

"Ehh..Sana? kenapa kau menangis nak?" Tuan Park melihat Sana keluar dari kamar Tzuyu.

"Tidak apa-apa ayah..aku hanya bahagia karena Tzuyu sudah sadar.." Sana memaksakan senyumannya itu.

"Benarkah??" Pria itu tersenyum lebar lalu masuk ke dalam kamar Tzuyu. Dia memeluk putrinya erat, tapi anak itu tidak menunjukkan senyum sedikitpun. Dia menatap tajam ke arah Sana yang berdiri di ambang pintu. Sana yang ditatap begitu malah tersenyum ke arah Tzuyu, walau air matanya masih saja menetes.

Dia sudah bertekad akan menerima segala kebencian yang diberikan Tzuyu padanya.






To be continued....



Forgive Me [SaTzu] EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang