Part 24

1.6K 59 2
                                    

Satria dan ridho menyusuri hutan belantara yang lebat, mereka berjalan sudah sangat lama dan akhirnya merek menemukan seorang pemuda yang tengah mencari kayu bakar seorang diri.
"hei sat, lihat lah! Disana ada seseorang yang tengah mencari kayu bakar.....ayo kita tanya dia, dimana pos tentara terdekat" ajak ridho pada satria
"kuy lah, kayaknya juga dia baik" jawab satria
"permisi dek" kata satria dengan suara baritonnya, membuat pemuda tersebut terlonjak kaget.
"pelan dong sat, kasihan tuh anak orang kaget" celetuk ridho
"eh maaf dek, kalo boleh tau namamu siapa? Apa kah kami bisa boleh minta tolong?"tanya satria
"nama saya Anggara Pratama Dirgantara pak, biasa dipanggail angga....apa yang bisa saya bantu pak?
Jawab angga
"tolong tunjukkan kami jalan menuju pos tni terdekat, tenang saja kita ini pasukan khusus tni yang di sedang dalam misi, tapi kami terpisah dari pasukan" jelas ridho to the point
"baiklah saya tau pos tni terdekat...tapi ada syaratnya" kata angga
"apa syaratnya?"tanya ridho langsung
"bisakah abang melatih saya untuk menjadi tentara seperti kalian?"
"astaga...hanya itu, baiklah denhan senang hati" balas satria semangat
Namun baru beberapa langkah berjalan, mereka dikagetkan dengan beberapa musuh yang sedang berpatroli
Dor satu tembakan terkena satria, satria yg tidak siap pun tersungkur kebelakang dan kepalanya berbentur dengan batu besar di belakangnya. Tak ingin berlama- lama ridho pun membalas nya hingga musuh mereka rumbang seketika.
"sat sat, bangung satria" kata ridho sambil mengguncangkan tubuh satria yang sudah terbaring dengan darah yg mengalir di kepalanya dan mata yang mulai tertutup.
'Dek maafin mas' batin satria dan perlahan semua yg dihadapannya menggelap. Karena keberadaan mereka yang tak jauh dari pos milik kostrad tni ad, beberapa anggota pun segera menghampiri mereka. Setelah memberitahu identitasnya dengan satria, anggota tersebut segera membantu ridho dan satria.
>>>>>>>>>>
Sementara di ruang tamu rumah dinas satria, seorang wanita tengah terduduk sambil memeluk sebuah foto dan menggenggam sebuah surat. Wanita itu terus menangis, hingga membuat bayi kembarnya menatapnya heran. Bahkan walaupun sahabat wanita itu sudah menenangkannya.
"sabar zen....kemarin kamu yang kasih semangat ke uti, masa sekarang uti pergi ke rumah mertuanya giliran kamu yang nangis sih"ucap dila menenangkn zenita. Sementara firman bermain si kembar.
Flashback
"Mbak sama abang main disini dulu ya, bunda mau beresin baju dulu" ucap zenita pada anaknya
Saat sedang merapikan baju,  tanpa sengaja sebuah kertas terjatuh dari lipatan baju.
'kertas apa ini' batin zenita, ternyata kertas tersebut adalah sebuah surat yang ditulis oleh satria sebelum pergi bertugas.

Untuk istriku
Assalamualaikum
Dek kalau kamu temuin surat ini berarti ada sesuatu yang terjadi sama mas di saat sedang bertugas.
Maaf kan mas kalau mas tidak dapat pulang dengan nyawa untukmu dan anak anak kita, yakinlah mas sudah berusaha agar bisa kembali untuk tertawa bersama kalian, tapi mas tidak bisa merubah takdir Sang Maha Kuasa
Maaf dek
Tetaplah menjadi wanita tegar, lanjutkan hidupmu demi sikembar. Beritahu mereka tentang ayahnya, didik mereka menjadi anak anak yang berguna bagi agama, bangsa dan negara.
Jangan terlalu larut dalam kesedihan dek, aku hanya bisa tenang jika kamu bisa melanjutkan hidupmu dengan senyuman.
Lanjutkan tugasmu Melati Pagar Bangsaku, jaga negara ini dan amankan semua yang ada di dalamnya
Aku mencintaimu dek dan tolong sampiakan sayang ku kepada si kembar.
Wassalamualaikum

Dari suamimu, Satria

Flashback off
"maafin saya mbak, saya nggak bisa bawa pulang satria" ucap fitman merasa agak bersalah
"ti tidak pa papa bang, sa saya ya yakin sa satria pa pasti akan ke kembali" balas zenita sesegukan
Si kembar yang melihat ibunya menangis sesegukan ikut merasakan kesedihan yang sama hingga mereka pun ikut menangis
"tuh zen, anakmu juga ikut sedih kalau lihat kamu sedih...kasihan mereka,  mereka masih butuh kamu zen" kata dila menyabarkan zenita
"udah sekarang kamu makan ya, dari pagi kamu belum makan" lanjut dila
"i iya... Makasih ya dil, kamu sudah menenangkan ku" balas zenita
"kitakan sahabatan zen, udah sans lah" kata dila sambul merangkul pendak sahabatnya itu.  Sementara firman yang melihat itu pun tersenyum dan kembali bermain dengan si kembar setelah menenangkan mereka
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Maaf ya, udah lama banget nggak up
Tunggu kelanjutannya

Kisah Cinta Abdi Negara (revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang