Han menengadahkan kepalanya menatap ke arah langit kota Seoul yang tampak tidak bersahabat. Awan gelap mulai menutupi langit yang beberapa menit lalu masihlah berwarna biru, disusul dengan suara gemuruh yang menggema. Han mendecak pelan, tak suka akan pertanda turunnya hujan membasahi bumi.
Kota Seoul tampak begitu sepi hari ini. Mobil-mobil yang biasanya berlalu lalang melewati halte terlihat berkurang. Tak ada pejalan kaki yang juga berlalu lalang. Sepi, dan menambah kesan tak menyenangkan bagi Han. Apalagi sedaritadi ia merasakan ada seseorang mengamati dari jauh.
Tak ingin berpikir hal negatif, Han mencoba untuk mengabaikan perasaannya.
Tuk Tuk Tuk
Ketukkan pada kursi besi halte mengalihkan atensi Han. Di sampingnya, terlihat seorang gadis dengan rambut sebahunya tengah duduk di sana, menatapnya datar dan sedikit tidak bersahabat?
Mungkin?
"Ada apa? Ada yang mau lo bilang ke gue?"
Gadis itu tak menggubris pertanyaan Han. Ia masih sibuk mengetukkan jari telunjuknya pada besi yang ia duduki saat ini.
Merasa percuma bertanya padanya, Han mencoba untuk tidak kembali bertanya dan fokus pada jalanan yang kian sepi setiap menitnya.
Ah, Han harap gadis itu bukanlah sesosok makhluk tak kasat mata yang sedang mencoba berinteraksi dengannya. Sudah cukup ia melihat seramnya Lucifer. Tidak dengan yang lain.
"Jangan tinggalin Hyunjin sendirian."
Kening Han berkerut. Ia kembali menoleh ke samping, dimana gadis itu duduk.
"Fuck." Han mengumpat, mengusap wajahnya gusar.
Tidak ada.
Gadis itu tidak ada di sana lagi.
"Ngapadah lo, njer?"
"BANGSAT!"
Tanpa pikir panjang, Han menampar pipi pemuda yang berdiri dihadapannya itu dengan brutal.
Renjun bergeming menatap Han yang sibuk menampari pipi dari Lee Haechan. Keningnya berkerut, heran.
"Udah, anjeng, udah. Berasa ngadepin perawan yang lagi PMS, asu."
"NYET."
Tak lama kemudian Jeno, Jinyoung, Jaemin, Felix, Seungmin, dan Sanha datang menghampiri mereka. Disusul oleh Rachel. Dan di akhiri dengan Hyunjin yang sampai tak lama setelah Rachel.
Semua yang ada di sana saling pandang satu sama lain, tak mengerti atas hadirnya seorang Hwang Hyunjin di sini.
Tidak, bukan berarti mereka tidak mengizinkan Hyunjin untuk ikut, hanya saja....
Bukankah seharusnya Hyunjin sedang berkencan dengan Hyun?
"Jangan tanyain kenapa gue di sini. Hyun ngebatalin kencannya karena ada keperluan tiba-tiba. Gue gabut, dan milih untuk ke sini. Syukur-syukur kalian masih di sini," celetuk Hyunjin, seakan tahu apa yang ada di dalam pikiran temannya saat ini.
"Tumbenan dia ngebatalin kencan kalian."
Hyunjin mengedikkan bahunya tidak acuh, dan mengambil langkah masuk ke dalam bus yang baru saja tiba di depan halte.
Jangan tinggalin Hyunjin sendirian.
Han menolehkan kepala lagi, mencari sumber suara yang menggema di telinganya. Namun tak ada siapapun di sana. Sepi, dan kosong. Hal ini membuat Han merengut heran sebelum akhirnya berjalan masuk ke dalam bus.
"Harusnya kamu kasih tau Hyunjin mana."
Gadis itu melirik sosok disampingnya. "Kalau bukan paksaan dari lo, gue gak akan muncul di depan mereka barang satu kalipun."
KAMU SEDANG MEMBACA
DGS ( 2 ) - Death or Death? [ ✔ ]
HorrorBook two of Death Game Series; Death or Death? Sosok mengerikan itu kembali, membawa mimpi buruk yang tiada akhir. Pilihan satu-satunya hanyalah mati, atau mereka akan tetap dikelilingi oleh rasa takut yang begitu menyesakkan dada.