"Gue kasih lo tantangan, gambar paus di tangan lo pake silet yang ada di sana."
Felix mematung. Wajahnya memucat dengan tubuh yang semakin bergetar hebat. Ketakutannya, mengapa bisa diketahui oleh gadis itu? Setahu Felix, ia tidak pernah menceritakan apapun mengenai phobia-nya terhadap silet ataupun benda tajam lainnya.
Demi apapun, bagaimana mungkin ia bisa menyelesaikan tantangan kali ini jika melihat benda tajam saja sudah mampu membuat kedua lututnya lemas?
"Lix? Oke?" Han paham dengan ekspresi Felix yang tiba-tiba berubah. Lelaki berpipi gembil itu menepuk pelan pundak temannya, bermaksud untuk menenangkan lelaki kelahiran Aussie tersebut.
Tentu Felix yang mendengar pertanyaan tersebut segera menggelengkan kepalanya dengan lemah. Mau bagaimanapun, hal ini adalah sesuatu yang mustahil dilakukan olehnya. Terutama ia harus menggambarkan seekor paus pada tangannya.
"Yi, lo udah gak waras?" Haechan membuka suaranya, beralih dari mengobati luka pada tubuh Jinyoung.
"Gue udah gak waras kok." Somyi terkekeh. "Semenjak gue ketemu Han."
Han mengernyit saat mendengar namanya dipanggil. Lantas ia menoleh dan menatap gadis di monitor itu dengan ekspresi tak terbaca.
"Lo gak peka atau gimana?" Somyi menopang pipinya, tersenyum manis ke arah Han yang masih menatapnya dengan ekspresi seolah melihat sesuatu yang menjijikan. "Gue suka lo dari lama. Tapi lo terus ngomongin cewek sialan itu."
Han paham sekarang.
Kemungkinan besar hal ini terjadi karena rasa cemburu yang Somyi rasakan kepada Yoora. Mungkin saja, Somyi mencoba mencari tahu mengenai Satan untuk meminta bantuan agar Han jatuh hati padanya. Dan kebetulan, Satan menaruh dendam terhadap Yoora dan yang lainnya. Satan memanfaatkan Somyi untuk membunuh mereka semua dengan iming-iming akan mengabulkan keinginan gadis itu.
Namun sayangnya, Somyi belum tahu seberapa cerdasnya iblis sialan itu. Memanfaatkan kedengkian yang ada di dalam hati hanya untuk keuntungannya sendiri tanpa memberikan kembali keuntungan pada pihak yang telah menguntungkannya.
"Waktunya habis lho?"
Felix menggigit bibirnya keras. Ia tidak bisa melakukan ini. Tubuhnya semakin bergetar, bahkan saat Renjun dengan penuh rasa kasihan memberikan silet tersebut ke telapak tangan Felix.
Oh, benar-benar malang. Lelaki itu harus menerima tantangan yang tidak bisa ia tuntaskan sama sekali.
"Gue...," Felix menggantungkan kalimatnya. Tangan pemuda itu terasa lemas. Bahkan silet yang ada di dalam genggaman jatuh pada tanah. "Gak bisa."
BYUR!
"Sayang banget ya?"
Aliran air pada lemari kaca itu membesar, membuat isinya semakin bertambah hingga sampai pada dada korban yang ada di dalamnya. Semuanya panik. Dua orang teman mereka dalam bahaya sekarang.
Hwang Hyunjin yang ada di lemari kaca tersebut, dan Lee Felix yang jatuh pada lubang yang tiba-tiba saja terbuka. Mereka dapat melihat lubang tersebut berisi air, tapi mereka tidak tahu makhluk apa yang menghuni air tersebut.
Felix mencoba menggapai-gapai tangan Jaemin yang sigap terulur padanya, namun jarak antara pemuda itu dengan tangan Jaemin begitu jauh, tak memungkinkan ia untuk menggapainnya. Felix semakin panik, terutama saat merasakan sesuatu merayap pada kakinya.
"AGH!"
"LIX!"
Semua orang yang ada di sana semakin panik saat mendengar pekikan dari Felix. Renjun dengan brutal mencari apapun yang mampu menarik Felix keluar dari sana, sedangkan Jinyoung mencoba sebisa mungkin membuka pintu bersama dengan Ryujin. Han berpikir keras, dan Jeno membantu Jaemin yang masih mencoba meraih tangan Felix, serta Haechan.
Namun upaya mereka semua tidak membuahkan hasil sedikitpun. Sosok Felix tak lagi ada di dalam lubang tersebut, digantikan dengan warna merah yang mengotori air di dalamnya. Jaemin menangis kencang, memukul permukaan tanah dengan keras. Ia benci ini. Ia benci saat dirinya tidak bisa membantu Felix sama sekali, bahkan di detik terakhir pemuda itu hidup.
"KEPARAT! LO GAK BILANG KALAU YANG GAK BISA NYELESAIN TANTANGAN BAKALAN MATI!" pekik Ryujin, murka terhadap Somyi yang terlihat menikmati penderitaan mereka dari balik layar monitor tersebut.
"Emang nggak kok. Tadi gue gak sengaja nyenggol tuas pembuka nya yang ngakibatin Felix harus jatoh ke dalem aquarium penuh piranha sama lintah peliharaan gue." Somyi masih tetap santai, seolah kejadian barusan bukanlah sesuatu yang berat. "Oh? Sorry."
Jleb!
Renjun terdiam. Ia menatap benda yang menancap pada dadanya. Detik berikutnya, pemuda tersebut terbatuk, mengeluarkan darah dari dalam mulutnya. Pandangan Renjun mengabur, dan tak lama ia jatuh.
Semuanya mematung. Kejadian tersebut terasa begitu cepat di mata mereka. Anak panah melesat, sebelum akhirnya bersarang tepat pada jantung milik pemuda tersebut.
Waktu terasa melambat, bahkan udara terasa semakin menipis.
Bagaimana mungkin, dalam beberapa menit telah jatuh dua korban? Terlalu cepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
DGS ( 2 ) - Death or Death? [ ✔ ]
HororBook two of Death Game Series; Death or Death? Sosok mengerikan itu kembali, membawa mimpi buruk yang tiada akhir. Pilihan satu-satunya hanyalah mati, atau mereka akan tetap dikelilingi oleh rasa takut yang begitu menyesakkan dada.