Ryujin menyesap cokelat hangatnya pelan. Cuaca kota Seoul benar-benar tidak mendukung semenjak satu minggu yang lalu, membuat Ryujin begitu malas untuk keluar rumah. Bahkan pergi untuk kuliah sekalipun.
Rasanya bergelung di dalam selimut lebih menyenangkan daripada harus pergi ke tempat kuliah dan bertemu dengan ratusan makhluk tak kasat mata yang selalu mengganggunya. Termasuk dua makhluk yang sejak beberapa hari lalu mengikutinya kemanapun ia pergi, serta memaksa gadis itu untuk melakukan hal yang sebenarnya malas untuk Ryujin lakukan.
Ting Tong
Ryujin kembali mencebikkan bibirnya tatkala indera pendengaran gadis itu mendengar suara bunyi bel. Dengan setengah hati, sang gadis mengambil posisi berdiri, lantas membuka pintu apartement nya tersebut.
Tak ada siapapun di sana.
Ryujin merengut heran, dan menunduk. Mendapati sebuah kotak hitam dengan sebuah surat di atasnya.
Awalnya Ryujin enggan mengambilnya karena indera penciuman si gadis mencium aroma yang sudah sangat ia kenal, namun ia segera mengambil kotak tersebut dan masuk kembali ke dalam karena tak ingin tetangganya curiga atas perilakunya.
Ryujin mendecih. Rasanya ia enggan membuka kotak tersebut, apalagi saat kedua netranya menangkap sebuah cairan kental yang merembes keluar dari kotak tersebut.
"Ayolah, ini bukan pekerjaan gue," celetuk Ryujin seraya melirik kedua makhluk dihadapannya dengan sebal.
Salah satunya tersenyum manis. "Tapi Exorcist juga ditugasin untuk ngusir Satan, yakan?"
"Keberadaan Satan udah hilang dari beberapa tahun yang lalu, Ra."
Gadis itu menggeleng. "Ada orang yang berhasil ngelepas belenggunya Satan."
"Are you fucking kidding me?!" Ryujin semakin merengut mendengar penuturan dari hantu cantik dihadapannya ini. Baiklah, kita panggil Yoora.
"Lebih baik lo baca dulu suratnya, Ryu. Gue yakin si pengirim punya maksud tertentu. Dan juga, gue penasaran isi kotak itu."
"Apapun isinya, itu bukan hal bagus. Mungkin potongan tangan, atau potongan kaki, atau beberapa organ dalam, atau bahkan potongan kepala? Gue gak tau," jawab Ryujin, melempar masuk kotak hitam tersebut ke dalam tempat sampah. Setelah mengambil surat tersebut tentunya. Sebelum akhirnya si gadis membaca rangkaian kata yang tertulis di sana.
"Lo mau main-main sama gue ternyata."
Jinyoung dan Renjun bungkam. Bibir keduanya tak mampu lagi bersuara saat sebuah video singkat terputar dengan otomatis di ponsel mereka.
Di dalamnya, terputar sedikit cuplikan mengenai orang bertopeng kelinci tengah memotong lengan seorang gadis yang tidak mereka ketahui identitasnya. Jangan tanyakan kenapa mereka tahu itu adalah seorang gadis walaupun mereka tidak tahu identitas korban yang sebenarnya. Renjun dan Jinyoung dapat mengetahui dari teriakan kesakitan dari sang korban. Begitu sakit dan menyayat hati, seolah-olah meminta mereka untuk menyelamatkannya.
Tak dapat dipungkiri, kedua tangan Renjun dan Jinyoung bergetar setelahnya. Walaupun sangat singkat, video itu berhasil membangunkan kembali trauma mereka semasa SMA.
Renjun dan Jinyoung panik.
Untuk apa orang itu mengirimkan video seperti ini kepada mereka?
"Ren, Young!"
Jeno tiba-tiba menggebrak pintu kamar mereka berdua. Wajah tampannya menjadi pias. Dengan tergopoh-gopoh, ia mendekati kedua temannya itu dengan ponsel yang ada di genggaman.
"U-udah tau, Jen."
"Bukan itu! Hyunjin!"
"Kenapa sama Hyunjin?" Jinyoung menyadarkan dirinya dari segala trauma itu, mengalihkan seluruh perhatiannya terhadap Jeno yang sudah terlihat sangat khawatir.
"Hyunjin nangis histeris waktu selesai nonton video itu!"
KAMU SEDANG MEMBACA
DGS ( 2 ) - Death or Death? [ ✔ ]
HorrorBook two of Death Game Series; Death or Death? Sosok mengerikan itu kembali, membawa mimpi buruk yang tiada akhir. Pilihan satu-satunya hanyalah mati, atau mereka akan tetap dikelilingi oleh rasa takut yang begitu menyesakkan dada.