Shin Ryujin pernah mengatakan kalau dia bekerja di balik layar, bukan? Ya, memang begitulah faktanya. Buktinya saja, Ryujin tidak benar-benar pergi dari tempat tersebut. Ia memilih duduk diam di tempat yang sedikit jauh dari mereka, memikirkan beberapa kemungkinan yang akan terjadi. Entah itu pada Rachel ataupun pada Jaemin.
Ayolah, Ryujin tidak sebodoh itu untuk ditipu begitu saja. Ia sadar bahwa si pelaku adalah salah satu dari mereka. Tapi gadis tersebut tidak tahu pasti siapa dan mengapa orang tersebut mengontrak Lucifer.
Sejujurnya, ini bukan masalah yang mudah, tentu saja. Jika atasannya tahu mengenai hal ini, sudah dipastikan bahwa atasannya akan turun tangan dan masalah akan semakin runyam.
"Ryu, gue gak terlalu suka di sini."
Ryujin mengalihkan atensinya pada Siyeon yang telah memeluk tubuhnya sendiri.
"Suasana nya suram. Gue gak suka."
Ryujin akui, suasana di rumah sakit ini terasa lebih aneh daripada rumah sakit yang lain. Terutama siang telah berganti. Ryujin bisa merasakan atmosfer di sekitar rumah sakit semakin menyeramkan.
Jarum jam telah menunjukkan pukul tujuh malam. Tidak terasa memang. Dan dia masih belum mendapatkan kabar bahwa operasi Song Rachel sudah selesai.
Terlalu lama,
Menurutnya.
"Ryu...."
Ryujin melirik ke arah Siyeon serta Yoora yang telah menempelkan tubuh mereka ke arah Ryujin. Tak jauh dari sana, tepatnya pada sebuah ruangan, denyitan pintu terdengar, disusul dengan mata merah yang mengintip.
Bulu kuduk Ryujin meremang. Dia mengusap pelan tengkuknya. Entahlah, ini terasa begitu menyeramkan bagi Ryujin.
Memang tidak biasa nya Ryujin seperti ini saat saling bertatapan dengan makhluk tidak kasat mata, namun rasanya bertatapan dengan sosok yang sedang mengintip itu membuat nyali nya menciut lima puluh persen. Ryujin merasa tidak nyaman.
Terutama saat ia merasa bahwa tidak hanya satu pasang mata yang sedang mengamatinya.
Tidak, bukan karena sosok itu menyeramkan, tapi karena aura membunuh yang begitu terasa dari sosok itu. Ryujin tidak tahu pasti apakah sosok itu benar-benar ingin membinasakannya, atau hanya sebuah firasat tak berdasar yang muncul dari dalam diri Ryujin. Apapun itu, tentu bukanlah hal baik.
"Pindah tempat aja kalau gitu," usul Yoora, mencoba mengalihkan atensi nya dari sepasang mata yang sedang mengintip tersebut.
"Gue penasaran sih sebelumnya." Ryujin mengalihkan atensi nya ke luar jendela, dimana sesosok bayangan hitam merayap melewati jendela tersebut. "Sebenernya ini rumah sakit, atau--" gelengan kepala Ryujin lakukan. Menghela nafasnya, lantas berdiri untuk pergi dari tempat tersebut. "Bukan apa-apa."
Somyi mengetuk-ngetukkan jemari tangan pada meja dihadapannya. Manik hitam si gadis menatap Song Rachel yang masih tertidur di kasurnya dengan sangat lelap.
Operasi sudah selesai semenjak tujuh jam yang lalu. Namun entah kenapa, Rachel sama sekali tidak membuka matanya walau dokter memperkirakan gadis itu akan bangun lima jam setelah operasi. Tapi ya, manusia tidak akan tahu yang pastinya juga.
Pukul dua dini hari, Somyi masih harus berjaga untuk Rachel. Chaewon kembali ke apartement untuk mengambilkan pakaian ganti si gadis, tetapi Chaewon sama sekali belum menampakkan batang hidungnya lagi. Sedangkan para lelaki kembali untuk beristirahat sebelum akhirnya berganti untuk menjaga Rachel.
Jangan tanya mengapa tidak ada orangtua ataupun kerabat yang menjaga Rachel. Gadis itu adalah seorang anak yatim piatu yang hidup merantau demi meraih cita-cita yang diharapkan. Naasnya, kejadian seperti ini harus terjadi. Dan hal itu pula yang membuat teman-temannya sepakat untuk berjaga secara bergiliran.
Beberapa saat keheningan melanda, Somyi memutuskan keluar untuk mencari udara segar. Karena menurut sang gadis, udara di dalam terlalu pengap walau telah dipakaikan AC.
Krieett
Beberapa menit setelah Somyi pergi, pintu ruangan Rachel kembali terbuka. Sesosok bayangan mengintip di sana, menyeringai penuh rasa puas seolah-olah menemukan korban berikutnya.
Sosok itu berjalan menghampiri ranjang sang gadis, menatap sesaat, sebelum akhirnya mencabut selang infus dan Cardiopulmonary Resuscitation yang dikenakan Rachel dengan paksa. Setelah itu, ia segera pergi dari sana, meninggalkan Song Rachel yang tampak kesulitan bernafas dengan monitor di samping yang perlahan menunjukkan sebuah garis lurus.
KAMU SEDANG MEMBACA
DGS ( 2 ) - Death or Death? [ ✔ ]
TerrorBook two of Death Game Series; Death or Death? Sosok mengerikan itu kembali, membawa mimpi buruk yang tiada akhir. Pilihan satu-satunya hanyalah mati, atau mereka akan tetap dikelilingi oleh rasa takut yang begitu menyesakkan dada.