Chapter 4; Before Wedding Day

4.3K 530 331
                                    

Sehari sebelum pernikahan, Jimin pulang ke rumah orang tuanya di Busan. Sepulang kerja Jimin tidak kembali ke flat, melainkan langsung pulang ke Busan dengan motornya.

Jadi, pagi itu Jimin terbangun di kamarnya, di rumah orang tuanya, di Busan.

"Chim Oppa! Bangun!"

Jimin mengerang malas saat adiknya mengguncang-guncang tubuhnya yang berbaring dengan tanpa perasaan. Jihyun dan Dahyun saling berpandangan, Jihyun mengisyaratkan pada adik kembarnya itu untuk membangunkan kakak mereka dengan cara biasa. Dahyun mengangguk, mengambil ember berisi air dalam kamar mandi dan langsung mengguyur Jimin dengan air satu ember penuh.

Dan berhasil, pemuda itu bangun.

Tapi,

"Yaaaaak! Park Jihyun! Park Dahyuun!"

Dia juga murka, dan saudara kembar itu hanya kabur sembari tertawa. Jimin mendengus dan mengacak surainya yang sudah seperti rambut singa. Tubuhnya basah kuyup di pagi awal musim semi? Benar-benar hancur mood-nya sampai ke titik terbawah.

Ketika siang, dengan tampilan seadanya Jimin berjalan menuju pantai, seperti biasa dengan kantung berisi bir dingin dan juga keripik singkong pedas kesayangan. Mentang-mentang cuaca sudah tidak terlalu dingin, ia hanya kenakan celana pendek dan juga kaus oblong berwarna merah. Warga sekitar rumah menyapanya ramah, memberi selamat perihal pernikahannya yang akan dilaksanakan esok hari, para ibu-ibu memuji pesonanya yang bisa menggaet wanita kaya raya. Jimin hanya meringis dengan wajah datar ketika ibu-ibu itu memukuli tubuhnya pelan dengan lantunan pujian yang baginya tidak masuk akal. Maksudnya, kenapa dirinya harus dipuji sedemikian itu hanya karena menikahi seorang direktur utama sebuah perusahaan?

Ah, Park Jimin yang mengganggap enteng segalanya. Dia lupa beberapa hari lalu sempat bimbang sebab cercaan yang mengular. Setidaknya, di lingkungannya ia tidak dipandang remeh, pujian tak masuk akal itu lebih baik ketimbang cacian dan penghakiman tanpa dasar. Karena itu, Jimin menikmati lingkungan di mana tempatnya tinggal sebab mereka menilai setelah mengenal.

Jimin menikmati hembusan angin pantai sembari duduk di atas bebatuan, batu itu seolah menjadi markasnya ketika datang ke pantai dekat rumahnya ini. Bau asin dari air laut sudah berteman dengannya cukup lama, Jimin merasa sedikit rindu sebab di Seoul tidak ada pantai. Dan mungkin saja, setelah pernikahannya, ia akan semakin jarang pulang ke Busan.

"Apa yang sedang dilakukan wanita itu?" Mengingat Yoongi membuat Jimin reflek mengucap tanya. Ia tidak tahu ada di mana Yoongi saat ini, apakah itu di Seoul atau malah sudah berada di T resort. Jimin tidak tahu dan tidak berniat tahu, toh besok juga pasti ketemu.

"Jimin Hyungnim!"

Jimin menoleh ke arah namanya dipanggil, dilihatnya geng preman 'Camar Hitam' yang katanya sudah berkembang menjadi gangster itu bergerombol ke arahnya. Jimin tersedak karena mereka semua seolah seperti hendak mengeroyoknya, wajah preman dengan tampilan preman, bergerombol dan menuju satu orang? Apalagi kalau bukan mau menghajar secara keroyokan?

"Hyungnim! Lama tidak bertemu. Kudengar kau akan menikah dengan direktur Taeyang Group waktu itu?"

Tapi kenyataannya mereka malah menunduk hormat ketika berada di dekat Jimin yang masih duduk tenang.

"Iya. Memangnya kenapa? Kau mau datang juga?"

"Memangnya boleh?" Dongguk bertanya dengan ragu.

"Datang ya datang saja, asal jangan mengacau, lalu pastikan tampilan kalian rapi dan jangan pamerkan tato. Kalau datang hanya untuk mencari keributan, aku pastikan Camar Hitam hanya akan tersisa debu saja." datar Jimin tak mau ambil pusing. Para Camar Hitam nampak senang dan berjanji akan datang ke pernikahan Jimin besok, juga memberikan hadiah yang tidak akan Jimin lupakan.

Parallel Lines 2 [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang