Chapter 37; One Year Kiss

3.8K 500 234
                                    

Seperti tahun kemarin, Taeyang Group mengadakan pesta perayaan ulang tahun perusahaan. Kali ini yang ke-51 dan Jimin pun, ikut sibuk mempersiapkan hal itu meskipun pekerjaannya hanya menyuruh dan meralat yang kurang tepat.

Kali ini, pesta ulang tahun tersebut akan dilaksanakan di salah satu ballroom hotel kenamaan yang berada di Seoul. Pesta tersebut juga menjadikan Min Seunghyun memiliki kesempatan untuk menunjukkan Min Yoongi dalam wujud ibu hamil ke hadapan publik.

Kentara saja, hal itu dinanti-nanti sebab bayi yang berada di dalam perut wanita itu sudah paten menjadi pewaris Taeyang Group selanjutnya.

Tahun ini pesta tidak aneh-aneh dan lebih simpel dari tahun kemarin. Jimin berkali-kali harus menghadapi kerusuhan divisi keuangan yang lagi-lagi banyak dari mereka menjadi panitia.

"Tidak salah? Sungjae berpacaran dengan Min Sooyeong yang sombong itu?" Jimin berujar dengan ekspresi sangsi yang langsung direspon oleh kawan-kawannya dari divisi keuangan dengan heboh. Membenarkan jika sekarang, Yook Sungjae menjadi calon cucu menantu dari Min Seunghyun.

Jimin terang-terangan memandang Sungjae prihatin lalu menepuk bahu pria tinggi itu (sok) simpati.

"Selamat datang di Neraka, teman senasib." Katanya yang langsung membuat Sungjae bergidik ngeri. Namun selebihnya dia tidak benar-benar memahami ucapan Jimin. Wajar, dia baru berpacaran dengan Joy selama satu bulan, jadi belum tahu benar seluk beluk keluarga Min yang terhormat.

Jimin sih percaya jalan Sungjae tidak akan sesulit dirinya, Min Seunghyun tidak begitu mengagungkan Min Sooyeong. Pilih kasih yang tak susah payah ditutupi oleh si pria tua. Apalagi, latar belakang Sungjae juga tidak terlalu biasa-biasa saja.

Jelas sekali kalau biasa-biasa saja, Min Sooyeong mana sudi.

"Oh iya Jim, kau akan membawa Direktur ke pesta itu kan?" Tanya Eunkwang antusias. Jimin menjawabnya dengan anggukan malas.

"Apa keluargamu akan datang juga?" Tanya Sungjae penasaran.

Jimin mengernyitkan dahi sejenak.

"Kurasa.. ya?"

.

.

.

Esok harinya Jimin bangun seperti biasa dan bersiap-siap seperti biasa. Namun, tujuannya kali ini bukan kantor melainkan hotel tempat pesta yang berlangsung malam nanti. Ia harus memeriksa dan memastikan semuanya sudah siap.

Jelas sekali, pekerjaan itu dia labeli dengan merepotkan.

Untuk Park Jimin, apa sih yang tidak merepotkan?

"Nanti kujemput jam lima sore,"

Yoongi mengangguk.

"Sudah membawa setelanmu?"

Jimin menghembuskan napas dengan wajah datar yang terlihat menyimpan kesal pada sesuatu.

"Kakekmu itu yang menyiapkannya, aku bahkan tidak tahu bentuknya bagaimana." Jimin mendengus kemudian mengingat satu minggu yang lalu, Min Seunghyun mendadak menyuruhnya ke ruangan pria itu lalu seorang pria dengan make up tebal diminta mengukur proporsi tubuhnya untuk ukuran sebuah pakaian.

"Kakek juga memberikanku sebuah gaun, dia bilang mendesain khusus untuk ibu hamil," suara Yoongi menyadarkan Jimin dari lamunan.

"Ah, seperti biasa. Pria itu selalu menjadi yang paling semangat." Datar Jimin.

.

Pria Park yang sudah duduk di kursi Direktur utama selama kurang lebih empat bulan itu nampak berdiri di sisi ballroom hotel yang sudah disulap sedemikian rupa menjadi aula pesta yang kesan mewahnya tidak berlebihan.

Parallel Lines 2 [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang