Chapter 7; Snow

4K 517 363
                                    

Jimin bangun lebih awal dari Yoongi pagi itu, ia melirik istrinya yang masih bergelung di bawah selimut, kelelahan karena baru pulang pukul satu pagi karena lembur. Jimin keluar dari kamar tanpa membangunkan Yoongi, setelah membasuh wajah dan sikat gigi lalu pergi ke dapur dan minum untuk membasahi kerongkongannya yang kering. Mata sipitnya yang masih sayu nampak memandang kosong gelas di tangannya.

'Aku harus apa hari ini?' Jimin ternyata kebingungan. Akhir pekan pertamanya setelah menikah, ia jadi bingung karena tidak bisa lagi berbuat seenak jidat.

"Ah, aku harus mencuci." Jimin bergumam datar kemudian berjalan menuju ruang cuci yang ada di samping kamar mandi dekat dapur. Di keranjang, cucian sudah menumpuk, jelas karena belum ada kegiatan mencuci sejak pindah kemari. Keduanya bahkan terlalu sibuk untuk sekedar pergi ke Laundry. Jimin memilah pakaian yang boleh dan tidak untuk dicuci di mesin, ia bergumam jengkel tentang pakaian Yoongi yang nyaris semuanya mesti diperlakukan hati-hati, ia tetap memisahkannya meskipun bibirnya terus menggerutu.

Pria itu dengan cuek melepaskan semua pakaiannya dan memasukannya ke dalam mesin cuci yang sudah dinyalakan. Hanya menyisakan celana pendek saja.

"Ah, apakah wanita itu tidak akan bangun dan membuat sarapan?" Gumam Jimin dengan datar. Ia melirik rendaman baju yang dipisahkan lalu menghela napas, tapi ia mengerjakannya, duduk di sebuah kursi pendek dan mencuci pakaian-pakaian yang 80% milik Yoongi dengan tangan.

Jangan tuduh Jimin tukang cuci! Begini-begini kan Jimin itu pernah kuliah di luar negeri, apa-apa harus dilakukan sendiri meskipun kalau masak Jimin tidak mau coba-coba. Jimin selalu memilih dipukuli daripada harus berhadapan dengan wajan dan kompor.

Jimin yang memunggungi pintu itu tidak sadar kalau pintu ruang cuci terbuka, menampakan Yoongi dengan wajah mengantuknya yang berantakan. Suara halus dari mesin cuci dan riak air dari keran di hadapannya membuatnya semakin tidak sadar keberadaan wanita itu.

"Jimin," panggil Yoongi yang melihat punggung telanjang Jimin yang berhias tato itu.

"Kau sudah bangun?" Jimin berbalik kemudian menyuruh Yoongi untuk membilas cucian yang sudah ia selesaikan. Yoongi langsung cemberut, Jimin menghela napas kemudian menyeret wanita itu ke kamar mandi.

"Kau tidak bilang padaku semalam akan lembur," Jimin berujar ketika keduanya berdiri di depan wastafel. Cermin menampakan bayangan pria itu tengah membasuh wajah mengantuk Yoongi dengan hati-hati.

"Aku awalnya tidak tahu." Yoongi menguap lagi, Jimin menyuruh wanita itu untuk ke kamar mandi di kamar mereka untuk sikat gigi. Yoongi mengangguk dan bergumam terimakasih. Setelah Yoongi pergi Jimin membilas cucian tangan tadi dan memasukannya pada pengering di mesin cuci.

Yoongi muncul kembali dan Jimin menyuruh wanita itu untuk mendekat.

"Yak! Kau mau apa?" Yoongi memeluk dirinya sendiri ketika Jimin menarik ujung bawah gaun tidurnya ke atas. Pria itu melirik malas kemudian dengan datar berkata kalau pakaian Yoongi harus dicuci.

"Cepatlah, jangan sok malu di depan suamimu sendiri," cibir Jimin, akhirnya Yoongi menyerah dan membiarkan Jimin membuka pakaiannya lalu memasukannya ke mesin cuci. Jimin bergumam tentang Yoongi yang syukurnya sudah memakai bra.

"Kalau dalaman cuci sendiri, ingat jangan masukan ke mesin cuci." peringat Jimin kemudian sibuk lagi dengan cuciannya. Yoongi mendengus. Ia akui, dirinya memang payah kalau urusan begini, Yoongi cuma tahu caranya menyelesaikan proyek dan meningkatkan harga saham.

Meskipun Jimin kurang ajar, tapi harus diakui kalau pria itu ajaib, apa saja bisa dia lakukan (kecuali memasak), dari mencuci sampai berkelahi.

"Rendam saja pakaian dalammu di sana," Jimin menunjuk baskom yang tadi dia gunakan, terletak di dekat keran yang memang diperuntukkan untuk mencuci tangan.

Parallel Lines 2 [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang