Chapter 31; End Or Beginning?

3.1K 489 369
                                    

Yang dilakukan Jimin setelah menyelesaikan urusan dengan Kenzo adalah adalah mendatangi kantor Namjoon yang ternyata sedang kedatangan tamu, Jung Hoseok.

Jimin mengutarakan niatnya untuk melakukan tuntutan perihal pencemaran nama baik dan menanyakan pada sahabat istrinya itu bagaimana caranya dan apa yang mesti ia lakukan agar tuntutan tersebut tidak bisa ditolak oleh Hakim.

Namjoon mendukungnya, begitupula Hoseok yang langsung memberikan Jimin semangat agar tidak bisa digoyahkan.

"Kau habis darimana, kenapa kau kacau sekali?"

Jimin meringis kecil kemudian mengatakan jika dirinya sehabis dari membereskan suatu masalah kecil.

"Memangnya tidak bisa diselesaikan dengan diskusi?"

"Kalau bisa aku pasti sudah melakukannya, Namjoon Hyung." Jimin berujar disertai dengan senyuman paksa.

"Tapi rumor tentangmu benar-benar mengerikan. Kau serius pernah terlibat di arena street fighting?" Tanya Hoseok penasaran.

Jimin mengangguk membenarkan.

"Aku memiliki teman agak abnormal yang menyeretku sampai ke sana." Dia beralasan, setengah benar setengah tidak benar. Tidak benar karena kalau Jimin tidak pernah terlihat berkelahi oleh Kenta, hidupnya di Jepang pasti akan tentram. Tapi, sayangnya tidak.

Pada akhirnya, kebiasaan memang tidak bisa dijauhi semudah mengatakan keinginan, melainkan sesulit berusaha mewujudkan.

"Sebenarnya aku sudah lama ingin menanyakan ini," Hoseok berujar, terlihat ragu dan sangat aneh karena biasanya pria itu tidak begitu.

"Tentang apa?" Tanya Jimin.

"Masa lalumu di Jepang, apakah semengerikan itu? Maksudku, aku yakin rumor tentangmu juga berasal dari sana."

Jimin terdiam.

Hoseok dan kepeekaannya yang melampaui batas.

Luar biasa.

Apa yang harus Jimin katakan? Dia bahkan tidak ingin mengingatnya sama sekali.

.

.

.

Jimin tidak kembali ke perusahaan dan dia pun meminta izin pada Min Seunghyun untuk langsung pulang.

'Kau benar-benar seenaknya!' seru sang kakek mertua di sambungan telepon.

"Kau bilang aku boleh berbuat sesukaku," protes Jimin. Dia meringis kemudian karena merasa punggungan bergesekan dengan sandaran kursi mobil saat dirinya bergerak sedikit.

"Aku sedang tidak baik-baik saja. Lukaku kacau, jadi sampai nanti pak tua."

'Yak yak!'

'Tuuut'

Jimin terkekeh singkat kemudian keluar dari mobil. Berjalan santai menuju lift untuk sampai ke apartemennya.

Benar sekali.

Dia izin ketika memang sudah sampai di rumah.

Sungguh teladan.

Jimin memencet bel kemudian bergumam 'aku pulang'. Dia melangkah masuk setelah pintu ia buka. Mengendarkan pandangan, ia tidak menemukan Yoongi di ruang santai ataupun dapur.

"Ah, dia tertidur." Yoongi dalam posisi duduk dengan mata terpejam di sofa yang ada di ruang kerja. Jimin menghela napas panjang kemudian memindahkan istrinya itu ke kamar dengan gendongan bridal.

Ia bertanya-tanya di mana adiknya, ketika dicari ke seluruh apartemen, tidak ada.

Tapi ketika dia mengambil minum di kulkas yang melompong, disimpulkannya Dahyun sedang pergi berbelanja.

Parallel Lines 2 [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang