"Aku sudah melewati banyak keraguan sampai ke titik ini dan melewatinya begitu susah payah. Aku tidak memilikinya lagi ketika kalian berkoar dan membuatku memikirkannya juga. Tolong, jangan buat aku berpikiran seperti itu lagi, kalian membuatku menyakiti hati istriku," Jimin menjeda panjang setelah ucapannya, melihat reaksi bagaimana para reporter itu terkesiap bahkan ada yang menangis melihat kesungguhan dari ucapannya.
"Aku tidak tahu bagaimana bisa semua hal seperti ini terjadi karena aku menikahi wanita yang aku cintai. Aku menikah dengan Min Yoongi, bukan Taeyang Group, jadi aku mohon untuk tidak mencampuradukkan keduanya karena aku tidak ingin kekacauan di rumah tanggaku yang masih baru, hanya karena ketidakmampuanku dalam amanat untuk menjadi direktur utama sementara,"
"Hanya itu yang ingin aku katakan. Terimakasih."
"Ah iyaa, dan juga," Jimin melirik ponselnya kemudian menunjukannya pada reporter.
"Kukira kalian melebih-lebihkan tentang kiprahku di dunia tinju, aku hanya senang melakukannya, dan komentar mengenai fotoku di sini tidak seburuk itu, banyak yang mengatakan kalau aku terlihat sangat seksi." Jimin menyeringai kemudian berjalan pergi dari panggung konferensi. Ia tidak mengindahkan para reporter itu yang terus mengajukan pertanyaan. Nampaknya, Jimin malah membuat mereka semakin penasaran, bukannya puas karena jawaban.
"Setelah ini jadwalmu kosong Oppa,"
"Tentu saja karena aku yang memintanya, Kook-ah. Aku harus pergi ke rumah sakit untuk menemani istriku check up, kau tahu sendiri dia tidak mau pergi tanpaku. Kau bisa kembali ke kantor setelah ini, aku akan mengecek bayi-bayiku."
Jungkook menggelengkan kepalanya pelan melihat Jimin berjalan tanpa beban menuju basement. Pria itu sungguh aneh, di sisi lain terlihat sangat frontal dan kasar, namun ia tidak ragu untuk mengiyakan semua yang diinginkan istrinya yang tengah mengandung. Cukup mengagetkan, Park Jimin tumbuh dewasa karena sebuah pernikahan.
.
.
.
"Apa-apaan wajahmu itu?"
Jimin mengerutkan keningnya heran melihat Yoongi langsung marah-marah ketika dirinya datang menjemput di rumah. Bukannya disambut dengan pelukan atau ciuman, malah makian yang ia dapat.
"Kau kenapa sih? Tidak jelas sekali"
Yoongi tersungut sebal dan menunjukan layar ponselnya di mana siaran konferensi pers Jimin tadi, nampaknya wanita itu menontonnya berulang-ulang.
"Apa yang salah? Aku tidak telanjang di sana," datar Jimin dan dengan senang hati Yoongi menggeplak kepalanya.
"Yak! Kau ini ibu hamil macam apa? Jaga tingkahmu dan jangan berkelakuan barbar pada suamimu sendiri," seru Jimin tak terima.
"Kau ini sialan," Yoongi malah balik marah padanya dengan hidung kembang kempis.
"Apa-apaan kau wanita gendut? sebut suamimu sendiri seperti itu,"
"Kau memang seperti itu dan Park Jimin! Aku bukan wanita gendut!"
"Perutmu menggembung,"
"Kau pikir ini salah siapa idiot!"
"Salahmulah." Jimin berkata enteng dan Yoongi benar-benar ingin sekali menenggelamkan suaminya itu ke sungai Han. Wanita itu mengusap-usap perutnya dan berkata lirih berkali-kali pada bayinya seperti menggumamkan mantra.
"Jangan jadi seperti ayahmu, jangan jadi seperti ayahmu." semacam itulah.
Jimin memandangnya dengan wajah tersinggung. Ia lalu mengecek waktu pada jam di pergelangan tangan kirinya kemudian mendengus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Parallel Lines 2 [Completed]
FanficMereka berdua masih sama saja. Yang satu kurang ajar dan satu lagi arogan. Tapi sekarang keduanya sudah terikat dalam pernikahan. Lalu, apakah kata 'sama' itu benar-benar tidak akan berubah? Tapi bagaimanapun keduanya, mereka tetaplah Park Jimin dan...