Yoongi tahu ada yang salah ketika melihat Jimin bersama Jackson. Awalnya, ia ke sana untuk menemui Jackson karena pria itu mendadak mengajaknya bertemu, katanya untuk terakhir kali. Yoongi lega karena sejujurnya ia sudah tidak tahan bersama pria itu karena jelas, ia sudah bersuami dan pria itu terlalu lancang menggunakan segala kuasanya untuk memaku Yoongi bersamanya.
Wajah Jimin benar-benar tidak ramah, rahangnya yang tajam nampak mengeras, begitu dengan sepasang mata sipitnya yang selalu setajam elang.
Biasanya raut itu tidak akan bertahan lama setelah pandangannya bertemu dengan Yoongi.
Biasanya.
Tapi tidak kali ini.
Yoongi mendapati dirinya menggigil ketika Jimin berujar dengan nada suara terlampau dingin.
"Apakah aku harus undur diri agar kalian memiliki waktu untuk mengobrol dengan nyaman?"
Tidak, tidak. Yoongi ingin menggeleng keras dan menarik lengan pria itu agar mereka pergi. Tapi, tidak bisa, Yoongi kelu dan tubuhnya membatu karena suatu fakta yang akan membuat Jimin benar-benar marah.
Ia tidak jujur.
"Lain kali ingatlah benar-benar kau sudah punya suami, Min Yoongi."
Lalu Jimin berlalu tanpa menoleh lagi, tidak pada Yoongi sekalipun yang tengah menahan tangis karena panggilan pria itu yang tidak seperti biasa. Dulu, dirinya yang kukuh untuk tidak dipanggil selain dengan marga aslinya, tapi wanita itu kini benci ketika Jimin tidak memanggilnya dengan nama belakang pria itu di depan namanya.
"Yoongi," panggil Jackson.
Yoongi menghela napas panjang.
"Aku menuruti kemauanmu karena kerjasama perusahaan dan karena aku masih menghormatimu," ujar Yoongi membuat Jackson terdiam.
"Aku sudah bilang dari awal, aku tidak memiliki apa pun yang kau inginkan. Aku hanya mencintai Jimin."
Yoongi sudah berujar tegas sejak pertemuan pertama mereka. Namun, Jackson terlalu bebal dan pantang menyerah tidak pada tempatnya. Setelah ini rasanya Yoongi tidak memiliki kepedulian yang tersisa terkait kerjasama perusahaan yang bisa saja hancur. Bagaimana bisa ketika hatinya sama hancurnya? Yoongi hanya bisa memikirkan Jimin saat ini.
.
.
.
"Kenapa pernikahan itu banyak dramanya sekali?" Jimin menggerutu ketika langkahnya sampai di ruang divisi keuangan. Dia langsung menghempaskan bokongnya pada kursi kerjanya secara kasar, membuka laci mejanya lalu mengambil keripik kesukaannya untuk dibuka lalu dikunyah dengan serampangan.
Suasana hatinya benar-benar buruk. Tapi, Jimin terlalu rasional untuk meninggalkan pekerjaan hanya karena butuh suasana tenang untuk hatinya yang baru saja retak.
"Kau darimana Jim?" Tanya Taehyung heran.
"Kebun binatang,"
"Hah? Serius?" Nah kan sahabat Aliennya ini memang Abnormal.
"Ya, aku habis menemui Anjing,"
"Memangnya di kebun binatang ada Anjing? Kau pasti hanya ke Petshop saja kan?" Ujar Taehyung dan Jimin pun hanya memutar malas bola matanya.
Terserah si Alien itu saja lah.
.
Jimin tidak heran Yoongi mencarinya meskipun ini masih jam kerja. Wanita itu menggunakan kekuasaannya untuk masuk ke ruang divisi keuangan sehingga kini sedang berdiri di samping meja kerjanya. Para anggota divisi yang lain masih sibuk dengan pekerjaan masing-masing, tapi Jimin lebih dari tahu kalau mereka membuka telinga lebar-lebar penuh antisipasi dan antusiasme yang lancang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Parallel Lines 2 [Completed]
FanficMereka berdua masih sama saja. Yang satu kurang ajar dan satu lagi arogan. Tapi sekarang keduanya sudah terikat dalam pernikahan. Lalu, apakah kata 'sama' itu benar-benar tidak akan berubah? Tapi bagaimanapun keduanya, mereka tetaplah Park Jimin dan...