(4)

102 16 2
                                    

Kapan aku mendapatkan
kebahagian itu, ya Tuhan?

*****

Ketika Aida kembali kekelas pak Keken sudah tidak ada, mungkin ada sesuatu yang harus ia urus.

"Ren, lo kenal John?" tanya Felicya yang baru saja kembali duduk.

"Loh emangnya kenapa? Jangan bilang lo suka sama dia. Duh Aida mendingan lo cari yang laen aja deh asal jangan sama bebep jon. Dia tuh bebepnya gue" jawab Reni yang membuat Aida mengerutkan keningnya.

"Lo pacaran sama si John? Kok gue gak tau sih"

"Ya belum si, tapikan siapa tau nanti dia nembak gue gitu kan. Oh iya lo kenapa nanyain bebep jon?"

"Ya gapapa si soalnya tadi gue ketemu sama dia dan dia juga udah tau nama gue, pas gue tanya katanya dia tau nama gue dari lo" jelas Aida.

"Oh itu, dia kan sering ngeliat kita berdua nah dia sempet nanya tentang lo gitu sih. Eh tapi lo jangan kegeeran ya, awas aja nyampe lo rebut bebep jon dari gue"

"Oh pantesan, ya engga lah Ren gue juga gada kepikiran kesitu kali"

"Nah bagus deh, Pantesan lo ketoilet aja lama banget"

***

Kringgg....

Bel berbunyi begitu nyaring pertanda bahwa jam belajar mengajar telah selesai.

"Da gue balik duluan ya soalnya kakak gue udah jemput didepan"

"Oh oke, tiati ya"

"Sipp! Dadah Aidakuu"

Aida hanya membalasnya dengan senyuman, ia harus segera pulang karena jika ia pulang terlambat pasti ibunya akan memarahinya.


Sesampainya di rumah...

"Heh sekarang cepet kamu beliin bahan makanan yg udh saya catat disini, kulkas udah kosong. Udah ga ada lagi yang bisa dimasak" ucap Rere.

Aida baru saja sampai dirumah tapi ibunya sudah melemparkan kertas yang berisi daftar belanjaan yang harus segera ia beli. Ibunya juga menyerahkan selembar uang berwarna merah. Ketika Aida melihat daftar belanjaannya ia terkejut karena uang yang diberikan ibunya tidak akan cukup untuk membeli semua belanjaan ini.

"Bu ini banyak banget, uangnya pasti gak akan cukup untuk beli semuanya"

"Saya gak mau tau! Kamu gak boleh pulang sebelum kamu membawa semua belanjaan itu tanpa kurang sedikitpun"

"I-iya bu"

"Dasar anak pembawa sial" celetuk Rere ketika Aida berjalan menjauh.

Aida bingung harus bagaimana, tapi jika ia tidak membeli semua belanjaan ini ia tidak boleh pulang dan ia juga tidak tau harus kemana.

Aida pun akhirnya mencoba untuk pergi ke toko pembelajaan yang ada didekat rumahnya. Setelah semua barang sudah didapatkannya, Aida segera menuju ke kasir.

Aida merasa cemas ketika barang belanjaannya mulai ditotal tapi ia hanya bisa menggigit kuku saja sambil menunggu.

"Semua jadi dua ratus tigapuluh delapan ribu lima ratus kak"

"Hah?" Aida terkejut karena total harga yang disebutkan oleh mas pelayan kasir itu sangat besar sedangkan ia hanya membawa uang seratus ribu saja.

"Duh gimana ya mas, saya cuma bawa uang seratus ribu doang"

"Apa belanjaannya mau dikurangin kak?"

"Mm tapi.."

"Jadiin satu aja sama punya saya mas. Biar saya yang bayar semuanya"

Tiba tiba saja seorang pria yang berseragam sama seperti Aida berdiri disampingnya. Pria itu menyerahkan minuman yang dibawanya kepada pelayan kasir lalu mengeluarkan beberapa lembar uang berwarna merah dari dompetnya. Ia membayar
Minumannya beserta semua belanjaan milik Aida lalu ia pergi berjalan keluar, Aida pun langsung mengikutinya untuk sekedar mengucapkan terimakasih.

"Eehh, makasih ya udah nolongin gue. Gue janji bakal ganti duit lo" ucap Aida ketika berhasil menyamai langkah pria tadi.

"Hmm"

Pria itu hanya membalas perkataan Aida dengan satu kata bahkan ia tidak menunjukan ekspresi apapun.

"Oiya kayanya kita satu sekolah ya soalnya seragam kita sama. Btw nama lo siapa?"

"Zian"

Setelah mengucapkan namanya, pria itu langsung meninggalkan Aida dan melangkah menjauh tanpa menatap Aida sedikitpun.

"Huh dasar nyebelin, dasar cowok muka datar, irit ngomong, dasar es batu. Untung cakep, kalo jelek udah gue timpuk tuh muka pake ni kantong belanjaan" Aida menggerutu ketika cowok itu sudah terlihat jauh darinya.

Aida pun segera pulang kerumah untuk menyerahkan semua belanjaan itu kepada Rere, ibunya.

"Assalamualaikum"

Aida masuk dan melihat ibunya yang sedang menonton televisi. Aida pun menghampirinya dan berniat untuk salim kepadanya, namun ketika Aida mengulurkan tangannya Rere sama sekali tidak menghiraukannya.

"Bu ini belanjaannya" Aida menyerahkan dua kantung plastik besar yang sedari tadi dibawanya kepada Rere.

"Wah, dapet duit darimana kamu bisa beli belanjaan ini semua?"

"Aku pakai uang temanku dulu bu"

"Hm bagus, kaya juga ya temanmu itu. Lain kali saya akan nyuruh kamu lagi untuk belanja, tapi saya akan memberi daftar belanjaan yang lebih banyak lagi daripada yang ini"

"Jangan bu.."

"Ah sudahlah cepat kamu bereskan rumah ini. Rasanya udah kayak kapal pecah"

"Iya bu"

Tiba-tiba kak Tia  muncul dengan wajah yang ditekuk.

"Loh kamu kenapa sayang?" tanya Rere yang langsung menghampiri Tia.

"Bu, Aku diundang keulang tahun temenku besok tapi aku gapunya dress yang bagus bu"

"Loh dress yang ada dilemarimu itu kan banyak sayang"

"Iyasi bu tapikan itu udah pernah dipake semua masa aku pake lagi si bu"

"Hm yaudah nanti malam kita beli dress untuk pergi keulang tahun temanmu itu ya"

"Hah beneran bu? Aaaa Tia jadi tambah sayang deh sama ibu"

"Iya dong kamu kan kesayangannya ibu. Heh kamu ngapain masih disitu? Cepet bereskan rumah ini"

Aida segera melangkah pergi dari tempatnya berdiri tadi. Lagi dan lagi Aida harus menahan perasaan sedih itu ketika melihat ibunya yang begitu menyayangi kakaknya. Tanpa ia sadari air matanya menetes, ini adalah air mata keberkian kali yang Aida keluarkan. Aida segera menghapus air matanya itu karena sebanyak apapun air mata yang ia keluarkan tidak akan bisa merubah sikap Rere kepadanya.

INI AKU!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang