Dia, malaikat penolongku?
*****
"Ren" panggil Aida kepada Reni yang sibuk menulis.
"Hm?"
"Mm.. gajadi deh"
"Ish tuh kan, lo mah kebiasaan deh bikin gue jadi penasaran gitu"
"Hehe, ya maap"
"Gue gabakal maapin lo sebelum lo cerita tadi lo mau ngomong apa. Please deh Ai digantungin tuh gaenak" ucap Reni yang kini mengehentikan kegiatan menulisnya.
"Yauda yauda. tapi lo harus janji ya, lo gaboleh heboh ataupun teriak-teriak gajelas pas denger cerita gue"
"Iya iya elah"
"Jadi kemarin malem tuh gue hampir dijambret--"
"Hah? Apa? lo hampir dijambret? Yampun tapi lo gapapa kan? Gada yang luka kan? Ga ada yang lecet kan? Omaygat omaygat siapa yang udah berani ngejambret sahabat gue? Wah mesti dikasih pelajaran tuh orang! Gimana ciri-ciri penjambretnya Ai? lo masih inget mukanya kan? Ayo cepet kita lapor polisi biar tuh penjambret cepet ditangkap" ucap Reni dengan heboh sambil memutari badan Aida.
Aida sudah menduga bahwa reaksi Reni akan seperti ini dan lihatlah sekarang mereka berdua menjadi pusat perhatian teman-temannya dikelas karena kehebohan Reni.
"Ck, lo kan udah janji sama gue kalo lo gabakal heboh dan teriak-teriak kayak gini. Lo galiat apa kita jadi diliatin gitu"
"Ya maap gue kelepasan barusan, tapi lo beneran gapapa kan Ai?"
"Ya seperti yang lo liat sekarang, gue gapapa"
"Huhh syukurlah. Eh tapi gimana ceritanya? lo ga jelas ah nyeritainnya setengah setengah"
"Gimana gue mau ngelanjutin ceritanya sedangkan lo aja dari tadi ngoceh terus"
"Oh iya, salah dong gue?"
"Menurut lo?"
"Ehehe yaudah cepet ceritain"
Aida pun mulai menceritakan kejadian semalam yang ia alami ketika ia dijambret sampai di tolong dan diantar pulang Zian.
"Oemji jadi lo ditolongin lagi sama Zian? Duhh kayaknya Zian emang ditakdirin buat jadi malaikat penolong lo deh Ai" ucap Reni setelah Aida selesai bercerita.
"Lo ngomong apa deh Ren, udah ah jangan ngaco gitu"
"Ya kan siapa tau gitu Ai"
Aida tidak menjawab lagi dan kini melanjutkan kegiatan menulisnya yang tadi sempat tertunda.
*****
Hari ini adalah hari ke seminggu Aida bekerja dan ia harus tetap bersemangat walaupun sebenarnya ia sudah sangat lelah.
Seorang pria dengan hodie hitam dan topi berwarna putih memasuki cafe dan duduk di kursi paling pojok. Aidapun langsung menghampirinya untuk bertanya apa yang ingin dia pesan.
"Silahkan mas, mau pesan apa?" ucap Aida Sambil memberikan buku menu kepada pria itu, namun ketika melihat wajah pria itu ia sedikit terkejut karena pria itu adalah Zian dan Zian pun sama terkejutnya tapi setelahnya Zian kembali memasang muka datarnya.
"Matcha latte satu" ucap Zian.
"Oke, silahkan tunggu sebentar"
Aida beranjak meninggalkan meja tempat Zian duduk itu. Setelah selesai membuat pesanannya, Aida kembali lagi dengan membawa matcha latte pesanan Zian.
"Silahkan dinikmati"
"Sejak kapan?" tanya Zian yang tiba-tiba menatap Aida tajam.
"Hah? Apanya?" tanya Aida yang tidak mengerti.
"Lo kerja"
"Oh baru sih, baru seminggu"
"Kenapa?"
"Hah? Apanya yang kenapa?"
"Lo kerja disini"
"Hmm anu-, gue cuma mau cari pengalaman aja. Iya cari pengalaman"
Zian mengerutkan dahinya dengan tatapan mengintimidasi pertanda bahwa ia tidak percaya. Baru saja Aida ingin kembali ke dapur untuk menghindarinya tapi Zian kembali bicara lagi.
"Kapan pulang?"
Sekarang Aida seperti orang bodoh karena mendengar perkataan Zian barusan yang menurutnya agak aneh. Aida segera melihat jam yang melingkar dipergelangan tangannya lalu menoleh kearah Zian.
"Sekitar dua puluh menit lagi" jawabnya.
"Ok, gue anter"
"E-eh gausah. Gue bisa pulang sendiri kok jadi lo gaperlu repot repot buat nganterin gue pulang"
"Gada penolakan"
KAMU SEDANG MEMBACA
INI AKU!
Teen Fiction"Mengapa aku harus dilahirkan kedunia ini jika ibuku saja tidak menginginkan kehadiranku" - Aida Maharani "Lo harus yakin kalo suatu saat nanti ibu lo akan berubah dan dia akan menyayangi lo layaknya seorang ibu yang sayang sama anaknya. Jadi lo ja...