(13)

67 13 1
                                    

Entah bagaimana
ceritanya, sekarang kau menjadi orang yang dapat membuatku merasa lebih baik disaat aku sedang terluka.

*****


Setelah bel pertanda pulang berbunyi begitu nyaring, Aida segera membereskan buku-bukunya dan bergegas untuk pulang. Namun ketika ia sampai diambang pintu ia terkejut karena ada Zian yang sedang bersender didinding dekat pintu depan kelasnya.

"Loh Zian lo ngapain disini?" tanya Aida.

"Nunggu lo"

"Hah?Nungguin gue? Ada apa emangnya?"

"Nganter lo balik"

"Eh tapi-""

"Cepet"

Baru saja Aida ingin menolak ajakannya tapi Zian sudah berjalan duluan dan memerintahkan Aida untuk mengikutinya menuju ke parkiran.

"Naik"

Setelah memberikan Aida helm berwarna merah seperti kemarin, Zian mulai melajukan motornya.

Mereka berhenti disebuah caffe yang cukup terkenal dikalangan remaja saat ini. Disini terlihat sangat ramai dengan anak-anak sekolah lainnya dan tidak sedikit pula orang yang berpacaran.

"Kok kesini?" tanya Aida bingung.

"Laper"

Mereka berjalan memasuki tempat tersebut. Mereka duduk dikursi paling pojok dekat jendela, disini Aida bisa melihat dengan jelas pemandangan diluar.

"Mau pesan apa kak?" tanya seorang pelayan dengan ramahnya sambil menyerahkan buku menu kepada mereka berdua.

"Apa?" tanya Zian sambil menatap Aida.

"Samain aja deh"

Ketika menunggu pesanan mereka datang, Aida sempat mendengar bisik-bisik dari gerombolan perempuan centil yang berada dimeja yang tidak jauh dari mejanya dan Zian berada.

"cakep banget yaampun tuh cowok"

"iya eh itu muka udah kaya artis, mulus banget gila"

"sebelas dua belas sama manurios itu mah yampunn"

"eh tapi itu cewek siapa ya?"

"pacarnya kali"

"ga mungkin lah, masa cowok cakep kaya gitu mau sama cewek yang biasa biasa aja. Mendingan gue kemana mana kali"

"yeu itu mah maunya lo"

"iyalah penampilan gue aja lebih oke dari tuh cewek"

"tapi kayaknya dia lebih cocok sama gue deh"

"apasi kok lo jadi ikut ikutan"

"yauda si santai gausa ngegas gitu"

Yap, mereka sedang membicarakan Aida dan Zian bahkan mereka sempat bilang Aida biasa biasa saja? ya ampun jujur sekali mereka. Aida jadi merasa minder jika berada didekat Zian, mereka secara tidak langsung berbicara bahwa ia tidak pantas untuk Zian. Sebentar, kenapa Aida jadi merasa tidak terima? Oh sudahlah, kenyataannya memang seperti itu bukan?

"Gausah didengerin" ucap Zian sambil melirik Aida sekilas kemudian kembali sibuk dengan ponselnya.

*****

Aida turun dari motor Zian ketika sudah berada didepan rumah Aida. Aida mengembalikan helm yang dipakainya tadi kepada Zian, namun tiba-tiba ada yang menarik rambutnya dari belakang bahkan ia hampir terjungkal kebelakang jika Zian tidak menahan tangannya.

"Hm bagus ya lo mentang mentang gue sama ibu gak ada dirumah lo jadi seenaknya jam segini baru pulang" ucap Tia sambil menjambak rambut Aida dengan kejamnya.

"A-aduh kak sakit" rintih Aida yang merasa sakit karena Tia menjambak rambutnya cukup kuat.

"Gue kan udah pernah bilang sama lo kalo lo gak boleh enak enakan selama gue sama ibu pergi"

"Ma-af kak"

Aida tidak bisa lagi menahan dirinya untuk menangis, jambakan dari kakaknya itu begitu kencang sampai rasanya rambut Aida ingin lepas.

"Lepasin dia" ucap Zian dengan nada dinginnya.

Yaampun Aida bahkan lupa jika Zian masih berada disini bahkan masih menggenggam erat sebelah tangannya.

"Lo siapa? gausah ikut campur sama urusan gue dan dia. Mending sekarang lo pergi dari sini" usir Tia dengan ketus.

"Lepasin dia" kali ini Zian berbicara dengan ekspresi datarnya dengan nada yang tidak bisa dibantah kan, bahkan sekarang Zian menunjukkan wajah garangnya yang membuat Tia sedikit takut lalu memilih melepaskan tangannya dari rambut Aida dan pergi meninggalkan Aida dan juga Zian.

"Lo gapapa?" tanya Zian dengan khawatir.

"Enggak kok, gue gapapa"

"Siapa?"

"Dia kakak gue, hm.. maafin sikap dia yang tadi ya"

"Lo sering disakitin?"

"E-enggak kok"

"Lo bisa cerita kapan aja sama gue, gue bakal selalu ada buat lo"

Zian mengelap air mata Aida yang masih tersisa dengan tangannya yang lagi-lagi mwmbuat jantung Aida terasa gak karuan karena perlakuannya.

"Makasih Zi"

Zian mengangguk, "gue balik ya, hubungi gue kalo ada apa-apa"

INI AKU!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang