(11)

57 13 1
                                    

Dia si irit ngomong itu
adalah orang pertama yang
memuji masakanku

*****


Aida berjalan mengekori Zian menuju ketempat parkir, ya ini kedua kalinya Aida akan diantar Zian pulang padahal Aida sudah berusaha untuk menghindarinya karena takut ia akan bertanya macam macam tentang pekerjaannya

"Pake"

Zian menyerahkan helm berwarna merah kepada Aida dan Aida pun langsung mengambilnya lalu memakainya.

"Naik"

Lagi-lagi Aida hanya mengikuti perintah Zian tanpa membalas ucapannya.

Hanya keheningan yang menemani mereka dijalan karena baik Aida maupun Zian tidak ada yang berniat untuk membuka suara.

Zian tiba-tiba menepikan motornya ke pinggir jalan yang membuat Aida sedikit bingung. Apa ban motornya bocor? Baru saja Aida ingin bertanya tapi Zian sudah membuka suara terlebih dahulu.

"Gue laper"

"Yauda makan"

Aida langsung menutup mulutnya dan menggerutuki ucapannya barusan.

"E-eh maksudnya kalo emang lo laper, lo bisa cari makan dulu atau beli makanan yang bisa bikin lo kenyang"

"Lo bisa masak?"

"Emm.. bisa sih tapi-"

Tanpa menunggu perkataan Aida, Zian malah langsung menyalakan kembali motornya dan berjalan menyusuri jalan yang cukup ramai, Aida yang belum siap merasa kaget dan reflek langsung memeluk pinggang Zian.

"Zian lo mau bikin gue mati ya?" ucap Aida yang langsung melepaskan tangannya yang sebelumnya berada di pinggang Zian.

Bukannya menjawab, Zian malah diam saja seperti tidak melakukan kesalahan apapun. Tanpa Aida ketahui sebenarnya Zian sedang terkekeh dan tersenyum tipis melihat tingkah Aida barusan. Oamygat Zian senyum?!!!

Zian memberhentikan motornya didepan rumah yang amat besar dan menyuruh Aida untuk turun dari motornya.

"Kita ngapain kesini? Ini kan bukan rumah gue. Jangan-jangan lo mau nyulik gue ya?" tuduh Aida, sedangkan Zian hanya mengabaikan ucapan Aida dan malah masuk kedalam rumah tersebut.

"Zian ini rumah siapa? Ngapain kita kesini?" tanya Aida yang kini berjalan membuntuti Zian yang mulai masuk kedalam rumah tersebut.

"Ck, Ini rumah gue jadi lo gausa mikir yang macem-macem dan satu lagi gue ngajak lo kesini buat minta lo masakin makanan buat gue" jawab Zian yang membuat Aida membulat mulutnya.

"H-ah, jadi ini rumah lo? Kenapa lo harus capek capek ngajak gue kesini buat masakin lo? Kenapa lo ga beli atau pesen makanan jadi aja?"

"Lo gamau masakin gue?"

"Ya ga gitu-"

"Yauda"

Aida menggerutu kesal dalam hati sambil terus mengikuti Zian menuju kearah dapur. Sesampainya di dapur Aida segera mencari bahan makanan yang bisa ku masak sedangkan Zian ia sudah melongos pergi begitu saja, mungkin ia ingin berganti pakaian.

Setelah 15 menit berlalu, Zian kembali dengan pakaian santainya.

"Em.. Zian kok rumah lo sepi banget sih? Emang nyokap sama bokap lo kemana?" tanya Aida yang memecahkan keheningan diantara mereka.

"Kerja"

Aida memanyunkan bibirnya setelah mendengar jawaban Zian yang teramat sangat singkat, jelas dan padat itu.

Aida segera menyelesaikan masakannya ini dan tidak lagi berniat untuk bertanya pada Zian. toh, percuma juga kan nanya sama dia.

Setelah semua masakannya selesai, Aida segera menghidangkannya dimeja makan dan menyuruh Zian untuk menyantapnya.

"Makan"

Aida yang sedari tadi sibuk memainkan ponselnya langsung berhenti dan menoleh kearah Zian.

"Gue ga laper, lo aja yang makan"

"Makan" kali ini Zian berkata dengan nada yang tidak bisa dibantah dan mau tidak mau Aidapun harus menuruti ucapannya.

"Iyaiya"

Aida mengambil piring dan mulai menaruh masakan yang dibuatnya ke atas piring tersebut lalu menyantapnya.

"Masakan lo enak, gue juga" ucap Zian yang membuat Aida menghentikan makannya.

"Hah? Ma-makasih. lo orang pertama yang muji masakan gue, hehe.."

Zian hanya mengangguk kecil. Aida sangat senang sekaligus bersyukur karena masih ada orang yang menyukai masakannya karena selama ini ketika ia membuatkan masakan untuk ibu dan kakaknya, mereka selalu berkata bahwa masakan Aida selalu kurang enak. Entah itu keasinan ataupun hambar padahal saat Aida mencicipi rasanya sudah pas. Huh, Aida jadi rindu kepada ibu dan kakaknya itu.

INI AKU!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang