Chapter 12 : Bad Dream

6.1K 302 0
                                    

Hello ada yang kangen sama aku nggak?

Ato kangen Xavy?

Awas cerita ini dapat menyebabkan kebingungan dan rasa panas/siapkan es batu di dekat kalian >.<

Sebelum baca ada baiknya kalo kalian
.
.
VOTE
.
.
COMMENT
.
.
FOLLOW
...............
.
.
.
WITHOUT FURTHER DO
LETS GET STARTED
.
.
.

Tangan Nate meraih leherku dan aku tahu dia sudah teralihkan. Aku membiarkan Nate memelukku lebih erat dan cumbuannya semakin liar. Dia mengangkat tubuhku dan mendudukkan di meja pantry. Nate baru saja melepaskan gaun rumahanku ketika suara ponselnya berbunyi. Dia seketika menghentikan cumbuannya dan berjalan cepat mengambil ponsel dan keluar dapur. Sementara aku meraih gaunku dan memakainya kembali.

Kemudian aku mengambil cangkir dan menyeduh teh. Nate kembali setelah setengah gelasku habis dia tampak memakai jaket kulitnya dan hanya menatapku sejenak. Kemudian dia pergi begitu saja. Aku menghela napasku dan meminum tehku sambil berjalan ke sofa dan mengecek email.

Nate lagi tidak pulang dan kali ini hampir dua bulan. Aku khawatir sesuatu terjadi padanya. Satu bulan ini aku bekerja di toko bunga di seberang jalan. Pemiliknya sangat akrab padaku dan dia juga banyak sekali membantuku saat keuanganku buruk. Dia adalah wanita tua yang rumahnya hanya empat mil dari rumahku. Saat aku pulang aku melihat Nate duduk di sofa dan langsung berdiri menghampiriku ketika dia melihatku. Saat aku melihat matanya aku seperti melihat Nate yang pertama kali mencoba mengajakku berkenalan. Dia menarikku duduk di sofa dan berjalan mengambil tas yang dia taruh di sudut meja.

"Lihat apa yang aku bawa."

Aku menganga saat Nate mengeluarkan bertumpuk-tumpuk uang dalam pecahan seratus dolar dari tasnya. Darimana dia mendapatkan semua ini?

"Orang itu langsung mengajakku ikut dengannya ketika aku menyetujui penawarannya dan ini adalah upahku membantunya menjual senjatanya. Kau lihat, kita akan memiliki hidup yang bagus. Aku akan memberimu rumah yang lebih bagus. Sebutkan saja. Aku akan memberikannya."

Aku tahu seharusnya aku tidak merusak ataupun mengganggu kebahagiaan yang di rasakan Nate tapi aku juga tidak bisa membiarkan Nate seperti ini. Ini uang yang sangat banyak.

"Senjata apa saja yang kau jual?" Tanyaku.

"Secara teknik aku tidak menjual. Aku hanya mempertemukan penjual dan pembeli. Membantu transaksi berhasil. Tapi sejauh yang kulihat ada banyak sekali senjata tembak dari yang hanya pistol hingga tembak sniper dan ... Oh nuklir. Aku mendapat banyak sekali uang dari itu. Ada apa kau bertanya seperti itu?" Kata Nate mengerutkan dahinya di akhir kalimat.

"Bukankah ini terlalu berbahaya?"

"Aku baik-baik saja Laura."

"Aku tahu tapi pekerjaanmu ini berbahaya dan uang ini salah."

"Jadi, kau tidak menyukai pekerjaanku? Apa itu yang kau maksud?" Aku mencoba menahan rintihanku saat Nate tiba-tiba saja mencengkeram rahangku.

"Aku mengkhawatirkanmu Nate. Pekerjaanmu ini terlalu beresiko dan aku tidak mau sesuatu yang buruk terjadi padamu." Kataku dengan suara bergetar. Namun Nate malah mencengkeram rambutku dan menariknya dengan keras. Aku seharusnya sudah terbiasa dengan ini, aku mencoba untuk tetap tenang walaupun suaraku tetap saja bergetar.

"Sekarang aku tahu. Kau tidak mencintaiku lagi. Itu sebabnya apapun yang aku lakukan adalah kesalahan untukmu. Apa kau tidak lihat aku melakukan ini untukmu," Kata Nate begitu dingin, kemudian tangannya mendarat di pipiku. Aku menggigit pipi dalamku menahan perihnya.

CAPTIVATED BY THE CEO ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang