Chapter 9 : Do What You Want To Do

8K 330 8
                                    

Hai ... Hello
Kalian dapat Chapter baru :D
Jangan lupa buat
Yang di atas cast nya Ben, setuju nggak?
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
FOLLOW
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
VOTE
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
COMMENT
.
.
.
.
.
.
.

WITHOUT FURTHER DO
LET'S GET STARTED

Keesokan harinya aku terbangun di pelukan Xavier. Walaupun aku akhirnya harus merelakan malam panas ku dengan Xavier untuk mengurusi Ben yang mengepak setengah dari isi lemari kakaknya untuk dia bawa sendiri ke rumahnya, walaupun aku tahu Ben ketakutan karena Xavier terus memelototinya sepanjang waktu dan hanya berkata jika perlu. Semalaman penuh aku hanya mencoba menengahi Xavier yang seakan ingin menghajar Ben saat Ben berbicara. Aku membiarkan Xavier tidur lebih dulu, akan ada lain kali. Mungkin pagi ini? Ah, apa aku terdengar terlalu murahan?

Aku mencoba melepas lengannya yang melingkari pinggangku, tapi kupikir aku membangunkannya. Aku mendengar gemerisik di belakangku serta gumaman Xavier.

"Apa yang kau lakukan?" Aku berbalik dan tersenyum tipis melihat Xavier masih memejamkan matanya walaupun tangannya dengan jelas menahanku tetap di ranjang.

"Aku butuh kamar mandi dan makanan." Aku berbisik di depan wajahnya.

Xavier mengerjabkan matanya dan kemudian iris birunya terlihat jelas. Bibir Xavier mendekat dan mengecupku beberapa kali sebelum dia akhirnya bangun dari ranjang sambil sesekali menggaruk bagian belakang kepalanya sambil menguap. Oh dia terlihat seksi. Bolehkah aku melompat ke pangkuannya?

"Pukul berapa ini?" Xavier bertanya dengan tangannya yang masih saja enggan meninggalkan tanganku sendiri. Aku berdiri dan melangkah di depannya.

"Enam pagi." Xavier memutar bola matanya padaku dan menarikku duduk di pangkuannya.

"Kau membangunkanku pukul enam. Di akhir pekan?" Xavier menenggelamkan kepalanya di antara payudaraku dan menghembuskan napasnya seperti seseorang yang sedang kesal.

"Aku tidak membangunkanmu. Aku butuh ke kamar mandi jadi aku terbangun, jadi kau harus melepaskanku." Kataku sambil memutar mataku sesekali. Xavier mendongak dan menatapku.

"Okay."

Aku memekik saat Xavier menggendongku seperti aku adalah anak lima tahun dan dia berjalan ke pintu yang tidak jauh dari walk in closet nya. Xavier mendudukkanku di sebuah wastafel raksasa yang terbuat dari sesuatu yang mirip sekali seperti marmer dan aku mengedarkan pandanganku pada kamar mandinya yang luar biasa dan bath up nya, astaga, aku tidak pernah melihat bath up sebesar itu.

Saat tatapanku kembali pada Xavier aku melihat kilauan gairahnya meradiasiku dengan cepat dan tubuhku bereaksi. Aku mencoba mengabaikannya, walaupun aku tidak mau tapi aku butuh mandi dan makanan, aku tidak mau terlihat buruk ataupun pingsan di tengah-tengah bercumbu.

"Terima kasih. Kurasa." Aku tersenyum kecil padanya dan Xavier masih tetap diam di depanku dengan tatapan seksinya.

"Kau bisa meninggalkanku sekarang." Kataku bergumam.

"Kau sangat cantik dengan kausku." Xavier mengecupku sekali kemudian dia berjalan keluar kamar mandi.

Aku beranjak turun dan aku mengambil sikat gigi yang masih terbungkus rapi dan menggunakannya. Kemudian aku melepas kausku dan berjalan ke bawah pancuran air. Aku tidak pernah mandi begitu lama, kecuali kalau aku ingin berendam. Saat keluar dari kamar mandi aku hanya menggunakan jubah mandi dan melihat kaus dan jeans tergeletak di atas ranjang yang sudah rapi beserta pakaian dalam wanita. Aku berasumsi kalau itu untukku dan aku memakainya. Aku keluar dari kamar dan melintasi ruang perapian dan melihat Ben duduk santai menikmati kopinya sambil menonton berita pagi, aku tidak tahu kalau dia ada di sini, sedangkan aku melihat Xavier tampak sibuk di dapur memasak-yang dari aromanya itu adalah-pancake.

CAPTIVATED BY THE CEO ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang