Chapter 6 [Section 1] : Indestructable Man

10.3K 388 8
                                    

Xavier's suit

=====

Aku mendesah semakin keras saat tangan Xavier menyentuh payudaraku yang telanjang, sementara mulutnya memberiku tanda kepemilikan di leherku. Astaga, aku bahkan bisa merasakan ereksinya di pahaku.

Saat aku merasa udara semakin dingin Xavier mengangkatku sambil terus menciumiku dia berjalan melintasi ruang tamu dan membuka pintu yang ternyata adalah kamarnya. Dia merebahkanku di seprai motif zebranya dan cumbuannya semakin agresif. Aku harus menghentikannya.

"Xavier." Kataku memegang kepalanya dan memaksanya untuk berhenti. Dia menatapku seperti aku ini pengganggu.

"Aku tidak bisa bercinta denganmu sekarang." Xavier menggenggam kedua tanganku dan menahannya tetap di kasur.

"Dan kenapa itu?" Xavier menyapukan bibirnya ringan ke sudut bibirku.

"Aku baru saja menstruasi." Aku menyengir padanya dan Xavier mendesah dengan keras dan menenggelamkan wajahnya di bahuku. Sial, aku bisa merasakan berat badannya sekarang. Oh, aku senang dengan sensasi menggelitik di payudaraku karena dada Xavier menekanku.

"Kau adalah alasan kematianku." Xavier bergumam dekat sekali dengan telingaku sementara aku hanya terkekeh mendengarnya.

"Maafkan aku." Aku berbisik. Xavier menjauh dari bahuku dan menatapku.

"Kau dapatkan tidurmu dan aku akan mengerjakan beberapa kertas oke?" Kata Xavier yang tampak hanya menatap bibirku sambil mengusap dengan jarinya.

"Kau masih akan bekerja?" Aku mengerutkan dahiku.

"Terkadang. Lagipula apa yang harus kau lakukan agar bisa menghasilkan 1000 dolar per hari." Aku memutar mataku saat menangkap nada sombongnya.

"Baiklah. Tapi, jangan terlalu lama." Aku mengusap rambut di wajahnya yang sudah berusia hampir seminggu.
"Yes, mam."

Xavier menggunakan kausnya lagi kemudian berjalan keluar dari kamar. Aku kemudian merapatkan selimutku dan menatap langit-langit kamar. Apa aku menyukai Xavier? Tentu saja. Itu sangat jelas sekali. Apa aku menyukai hidupku saat ini? Ya. Aku ingin tetap seperti ini. Hidup yang normal dan pria super seksi kaya raya yang kuasumsikan menyukaiku. Aku ingin hidup di lingkaran itu selamanya dan kuharap Tuhan mengabulkannya.

Saat kesadaranku mulai lenyap aku merasakan ranjang bergerak dan seseorang memelukku. Hidupku saat ini sudah sempurna.

Keesokan harinya aku terbangun karena ciuman beruntun yang mengenai wajahku dan kebanyakan berkonsentrasi di pipi, hidung, dan bibirku. Oh aku tahu ini siapa tanpa perlu bertanya. Xavier. Aku mencoba mendorong wajahnya menjauh dan bergelung dengan selimut tetapi Xavier menurunkan selimutku lagi dan menciumiku lagi.

"Baiklah baiklah aku bangun." Aku berkata sambil membuka mataku dan perlahan duduk. Aku mendengar Xavier terkekeh.

"Aku menunggumu di ruang makan." Xavier kembali mencium bibirku. Lebih lama. Sebelum akhirnya keluar dari kamar.

Aku merebahkan tubuhku lagi dan menghela napas. Aku bahkan tidak bisa menyembunyikan senyumku yang kurasa semakin lama semakin lebar. Apa aku sudah menyukai Xavier? Sialnya ya. Aku suka perasaan ini. Aku sangat menyukainya hingga rasanya aku ingin menggigit tanganku sendiri.

Aku segera beranjak turun dari ranjang dan berlari ke pintu yang kuduga adalah kamar mandi. Yes, aku sungguh benar. Beberapa menit aku sibuk dengan pancuran air dan sabun yang super wangi akhirnya aku memutuskan untuk menyelesaikan mandiku dan mencari handuk.

Oh fuck.

Aku baru saja ingat kalau aku tidak membawa baju ganti, bra dan celana dalam, aku selalu membawa pembalut di tas tanganku jadi aku tidak terlalu khawatir. Sial. Ya, jika kalian berpikir aku hanya berbohong pada Xavier soal menstruasi kalian salah besar. Aku benar-benar menstruasi dan aku butuh baju luar dan dalam. Fuck.

CAPTIVATED BY THE CEO ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang