Hari baru telah lahir beberapa menit lalu, di bawah payungan langit yang masih terselimut pekat tanpa satupun kerlip di tawang, entah karena polusi ibu kota atau mungkin tertutupi kumulus mendung. Tetapi tak mengapa, setidaknya lampu-lampu gedung yang berjejer di kaki langit cukup menghibur, pun dengan papan-papan reklame raksasa yang sedikit menarik perhatian mata para penghuni kendaraan yang masih berlalu-lalang di jalanan ibu kota.
Sepasang anak manusia di dalam mobil hitam yang melaju dalam kecepatan sedang, tak sekalipun menyuap kata ke udara sejak mobil itu melaju di jalan protokol. Mereka berdua hanya diam ditemani lampu-lampu jalan yang bergantian menyinari wajah mereka kala terlewati. Benak mereka memiliki kemelut masing-masing, saling sibuk bertempur dengan pikiran dan asa.
Look at the stars
Look how they shine for you
And everything you do
Yeah they were all yellow
(Coldplay – Yellow)
Tatkala lagu Yellow milik Coldplay mengalun di dalam mobil, mereka tergerak bersenandung bersama. Lagu ini ada di daftar teratas dari band favorit mereka sejak SMP, lagu yang selalu berhasil membuat mereka pecah dari pertengkaran dan berbaikan kembali. Layaknya kini, lagu tersebut membuat mereka kembali berpijak di dunia. Menyadari eksistensi satu sama lain.
Vezia menyuak rambut panjangnya yang sudah berantakan lalu menghela napas panjang, kemudian ia menoleh pada Keanu yang sama kacaunya. Kemeja batik pria itu tak lagi rapi, lengannya sudah digulung asal-asalan sebatas siku dan mengekspos menyeluruh jam fossil di tangan kirinya yang menggenggam kemudi.
Vezia tak pernah menampik ketampanan Keanu. Pria yang memiliki jejak british dari ayahnya itu tidak memiliki rambut pirang seperti orang western kebanyakan, melainkan hitam sepekat malam, tetapi kontur rahang dan mata biru gelap miliknya sudah cukup menginterprestasikan garis keturunannya dalam sekali kejapan mata. Belum lagi tingginya yang mencapai 185cm dan punggung lebar yang bagi Vezia sangat pas dijadikan papan penggilasan cucian itu. Vezia sangat yakin bahwa Tuhan sangat bangga memamerkan salah satu ciptaannya itu.
Tetapi tetap saja, menikah dengan Keanu adalah opsi terakhir di dalam hidupnya, dan Vezia yakin Keanu pun demikian.
"Udah puas mandanginnya, buk? Udah banyak banget gue sedekahin ketampanan gue di ingatan lu," goda Keanu dengan nada mengejek.
Vezia memutar malas bola matanya, "Duh, pengen kentut deh gue."
"Awas lo kalo kentut gua turunin!" ancam Keanu.
"Berani lo nurunin gue, gue sumpahin lo bisulan tujuh turunan," ancam Vezia galak.
"Sialan lo."
Your skin
Oh yeah, your skin and bones
Turn into something beautiful
You know, you know I love you so
"You know I love you so~~"
Mereka sedikit terkejut karena bersamaan menyanyikan bait terakhir dari refrain itu, meski berusaha menyembunyikannya namun kecanggungan terlanjur membekap. Bahkan Vezia merasa atmosfer dingin yang menyelubungi mereka semakin mengetat.
Vezia mendesah kasar, "Gila ya, rasanya kayak baru bangkit dari kubur terus ditampar kenyataan kalo gue nggak dapat jodoh sampai akhir tahun, ujung-ujungnya bakal dikawinin sama lo. Ngenes banget hidup gue."
Keanu berdecak kesal. "Lo kira gue nggak merasa dirugikan di sini? Di luar sana masih banyak perempuan with size kualitas import dambaan gue. Terus, kenapa gue harus nikah sama lo? Bingung gue dari mana mereka punya ide kayak gitu."
"Hahaha..." Vezia tertawa sumbang, sama sekali tak tersinggung akan perkataan Keanu karena saling menghina di antara mereka sudah kelewat biasa. "Ini tuh sebenarnya lucu, Nu. Coba lo pikir, nikah sama lo? Yakali nggak ada gregetnya. Kita sama-sama tau satu sama lain, nggak ada rahasia apapun, nggak ada yang baru di antara kita. Gitu doang sampe mampus, bosenin banget nggak sih?"
"Agree! gue bahkan tau pertama kali lo mens."
"Pertama kali lo wet dream."
"Merek pembalut yang lo pake setiap bulan."
"Merek sempak lo lengkap dengan ukurannya."
"Ukuran beha lo."
"Ukuran titit lo."
"Njer, kapan-kapan lo tau ukuran harta gue?" sahut Keanu disusul gelak tawa.
"Lo pikir? dulu kan lo paling malas mandi, siapa lagi kalo bukan emak gue yang mandiin elo barengan sama gue?" timpal Vezia senewen.
Keanu tertawa geli, "Itu sih pas jaman belum ada bulu! Sekarang titit gue udah bermetamorfosa, emang jakun doang yang pubertas? Titit juga bisa!"
"Bangga amat ya lu, Bang! Kayak tuh mamoth lu menang Asian games aja." Vezia ikut tergelak. Lihatlah, bagaimana bisa mereka menikah kalau hal-hal seperti ini nggak ada malu-malunya. Saling mengenal seumur hidup membuat mereka bukan hanya sekedar teman atau sahabat, tetapi seperti saudara kandung atau mungkin saudara kembar. Sama-sama mirip gilanya, maksudnya.
"Lo mau kemana sih, Nu? Nggak pulang ke rumah? Gue ngantuk nih?"
"Pulang? Lo kira gue cuma mau putar-putar lepas suntuk tengah malam? Males banget pulang ke rumah yang ada dipetuahi macam-macam. Lah elo kenapa ikut mobil gue? Rumah lo kan disebelah rumah gue. Kepeleset dikit juga sampe."
Vezia mengangkat bahu tak acuh. "Mana gue tau. Lo keluar ya gue ikut keluar juga. Masa iya gue di kandang macan sendirian. Lo pasti mau tidur di café, kan? Gue ikut."
"Anak gadis nggak boleh ikut cowok malem-malem."
"Gue baru tau kudanil punya gender."
"Sialan lo!"
Keanu mengarahkan setir ke arah kanan, meskipun kepalanya menghadap spion luar tetapi ia tahu bahwa pandangan Vezia masih tersemat padanya. Sepertinya Vezia sedang tenggelam dalam pikirannya sendiri, dan Keanu sama sekali tak merasa risih dijadikan objek utama dalam kehanyutan.
"Keanu..."
Panggilan lirih itu membuat Keanu menoleh pada Vezia, "Iya, Aluna?"
Vezia bergeming mendengar nama panggilan semasa kecilnya. Hanya Keanu yang masih memanggilnya dengan nama itu, meskipun sudah sangat jarang.
Vezia, menarik napas panjang. "Apa kita lupain aja target nikah yang konyol itu?"
_TBC__
Gimana gaessss.
klik bintang yahhh
KAMU SEDANG MEMBACA
Endorphins in YOU (Completed)
Romance(TAMAT) Tidur berdua sama sahabat cowok? Why not? Tapi beneran tidur loh ya, bukan tidur abal-abal. Cium temen sendiri? Why not? Vezia dan Keanu, sepasang sahabat dengan level tak lazim yang diancam akan dinikahkan kalau tidak segera menemukan penda...