Benda pipih yang tergeletak di samping bantal tiba-tiba menyala dan mengeluarkan dering nyaring yang memenuhi sebuah ruangan temaram. Seorang lelaki shirtless di atas tempat tidur melenguh pelan dengan mata yang masih terpejam, gurat kesal menjejaki wajahnya karena tidurnya terusik. Lantas ia meraih ponselnya dan membaca caller ID di sana.
Rio is calling.
"Shit!" ia mengumpat. Gumpalan selimut menumpuk di kakinya ketika ia beranjak ke posisi duduk. Bukannya mengangkat panggilan itu, Keanu malah meletakkan ponselnya kembali ke atas tempat tidur hingga suaranya berhenti.
Keanu mendengus keras kemudian melakukan perenggangan kecil pada lehernya yang terasa kaku. Saat ia memejamkan mata tadi, kamar yang sudah lama tak ditidurinya ini masih terang benderang oleh cahaya matahari, sekarang ruangan itu membuat pupilnya melebar karena penerangan hanya bersumber dari sisa-sisa sinar matahari yang sebentar lagi akan lenyap di hari ini.
Rio is calling.
Kali ini Keanu terpaksa mengangkat panggilan itu, belum sempat ia mengucapkan halo, Rio sudah lebih dulu menyela, "Woy! Lo udah siap belum?" nadanya terkesan tidak sabaran.
"Belum. Gue ketiduran, lo duluan ajalah."
"Gue udah dekat rumah lo ini, gue tungguin aja. Buruan!"
Begitu percakapan itu terputus, Keanu segera bangkit ke kamar mandi. Di bawah guyuran shower entah mengapa ia merasa kacau akhir-akhir ini. Seperti sekarang, ia melupakan janji akan berangkat dengan Rio ke pernikahan teman SMA mereka. Padahal Rio sendiri sudah mewanti-wanti sejak tiga hari yang lalu, tujuan temannya itu tentunya supaya ada alasan untuk menolak ajakan Mikha. Bagi Rio lebih baik diejek Maho bareng Keanu dari pada dikira pacar Mikha.
Entahlah...
Rasanya ia seperti hilang arah.
Ia bahkan tidak merasa nyaman dengan suara-suara di cafenya sehingga ia pulang ke rumah. Ada sesuatu yang membelengu dalam pikiriannya, tetapi ia tidak tahu apa tepatnya.
Keanu bersiap secepat yang ia bisa. Ia memilih mengenakan kemeja berlengan panjang berwarna biru gelap dan celana hitam berhubung pernikahan yang akan ia hadiri berkonsep internasional. Rambutnya yang tertata rapi membuat parasnya semakin menawan ketika ditambahkan kacamata berbingkai hitam tanpa minus yang digunakan sebagai aksesoris agar terlihat mature.
"Untung nyokab gue lagi nggak ada, kalo nggak udah dituduh macem-macem gue ke kondangan dijemput elo," ucap Keanu saat menghampiri Rio di ruang tamu.
Rio bangkit berdiri, mengekori Keanu yang berjalan ke luar. "Bantuin temen apa susahnya, sih."
"Bantuin sih bantuin, tapi ujung-ujungnya gue yang kena getahnya."
Rio kontan tergelak. "Kayak lo dikira homo terus diancam bakal dikawinin sama Vezia? Hahaha tenang aja bray, lo nggak akan dikawinin sama Vezia kok. Ngeliat sikon sekarang, kayaknya lo cuma kebagian peran sebagai tamu undangan aja, bukan mempelai laki-laki."
"Berisik lo! Pergi sana sendirian, mending gue naik motor aja."
"Yaelah gitu aja ngambek, udah capek-capek nih gue jemputin elo."
Dengan tampang bersungut, Keanu memasuki mobil Rio. Melihat air muka temannya yang sekeruh kubangan hujan, Rio jadi takut-takut untuk melirik ke arah Keanu untuk sekadar memastikan. Setelah ia memutar setir untuk berbelok ke jalan protokol, barulah ia berani menyampaikan hal dalam benaknya. "Nu, lo belakangan ini kacau banget tau nggak? Sensi kayak cewek lagi PMS. Kenapa sih lo?"
Bukannya menjawab, Keanu malah membuang pandangan ke luar jendela. Kekisruhan dalam pikirannya terlalu rumit diurai untuk sekadar mendapat penyelesaian, segalanya terlanjur kusut dan gumpalan turbulen itu dapat ditarik konklusi kalau saja ia tidak kepergok berduaan dengan Rio di kamar, mungkin ibunya tidak akan mengajukan perjodohan padanya dan Vezia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Endorphins in YOU (Completed)
Roman d'amour(TAMAT) Tidur berdua sama sahabat cowok? Why not? Tapi beneran tidur loh ya, bukan tidur abal-abal. Cium temen sendiri? Why not? Vezia dan Keanu, sepasang sahabat dengan level tak lazim yang diancam akan dinikahkan kalau tidak segera menemukan penda...