-6

81 6 0
                                    

Bismilahirohmanirohim....

"Harga pupuk semakin tinggi tapi kualitasnya semakin kurang bagus mi, bisa-bisa panen kita kali ini gagal mi, belum menghadapi serangan hama"

"Mau gimana lagi abi, memang sudah begini jamannya berbeda dengan jaman dulu, para petani subur makmur sandang pangan murah, sekarang jaman semakin sulit ...."

Terdengar percakapan abi sama umi dari kejauhan mereka sedang mengobrol di teras rumah sambil menikmati gorengan ubi bikinan ummi yang super nikmat.

Tidak istimewa hanya goreng ubi yang biasa ummi ambil dari kebun tapi rasanya gurih renyah pokoknya aku selalu nagih dan selalu makan paling banyak. Entahlah ummi mencampurkan bumbu rempah apa didalamnya tapi yang kulihat ubi singkong yang diambil dari kebun ummi bersihkan kemudian dikukus,setelah dikukus kemudian ummi kasih bumbu rempah-rempah yang juga diambil dari kebun kami, didiamkan sebentar baru kemudian digoreng dengan minyak panas, ummi memang jago dalam hal memasak.

Namun berbanding terbalik dengan diriku, aku memang tidak terlalu menyukai kegiatan memasak aku suka makannya doang , tapi bukan berarti aku tidak membantu ummi didapur. Seperti kebanyakan perempuan desa lainnya. Ya, kami memang sudah terbiasa bekerja didapur dari mulai cuci piring, bersihin rumah dan lain-lain.

"Itulah tugas perempuan harus pandai ngurus rumah dan suami kelak jika sudah menikah."

ummi selalu bilang begitu jika sedang mencari alasan agar aku membantunya didapur, mesti tidak semahir ummi aku juga selalu berusaha agar masakanku enak seperti yang dibuat ummi.

Tapi ga tau kenapa aku selalu tidak suka jika ummi bilang "tugas perempuan itu memasak, bersihin rumah."

Aku yang masih dalam keadaan labil dan keras kepala selalu saja tidak setuju dengan ucapan ummi itu.

Kenapa sih perempuan harus identik dengan memasak, ngurusin rumah dan sederet pernak-pernik yang lainnya??
Apakah tugas perempuan dilahirkan hanya untuk itu ....??

Hanya untuk melayani seorang suaminya saja ?

Lalu bagaimana jika setelah menikah seorang suaminya tidak memperlakukannya dengan adil,apa harus diam saja ...??

Selalu muncul dalam benakku berbagai pertanyaan jika ada yang membahas tentang perempuan. Seperti tak rela hatiku jika perempuan selalu diidentikan dengan dapur saja. Darah mudaku selalu mendidih, apalagi kebanyakan para perempuan didesaku mereka yang belum cukup umur sudah dinikahkan oleh orang tua mereka, padahal  banyak sekali potensi yang ada pada mereka hanya saja tidak ada keberanian dalam diri mereka untuk mengutarakannya, mereka kebanyakan hanya pasrah menerimanya.

Dan bukankah istrinya Rosulullah juga seorang pebisnis, para perempuan di jaman Rosulullah juga ada yang ikut berperang seperti  Nusaibah binti ka'ab sijago pedang yang dijuluki ummu umarah pahlawan wanita islam yang gagah berani melindungi Rasulullah dan membela islam.

Hatiku semakin bergejolak  betapa mulia Nusaibah binti Ka'ab, sungguh mujahidah sejati.

Kemudian pahlawan wanita lainnya adalah Khaulah binti Azur yang dijuluki "THE BLACK RIDER" ksatria berkuda hitam. Berperawakan tinggi langsing dan tegap ia juga perempuan gagah berani yang mengobarkan api semangat kepada para mujahid dan mujahidah lainnya. Ia datang ke medan perang memakai pakaian serba hitam dan cadar yang terlihat hanyalah kedua bola matanya saja, dia mengibas-ngibaskan pedangnya seperti singa yang siap menerkam setiap mangsanya dan sebentar saja ia sudah berhasil menumbangkan tiga lawannya. Hal ini sontak menjadi pembakar api semangat bagi para anggota perang yang lainnya.

Nailah binti al-farafishah beliau adalah istri dari khalifah utsman bin affan. Sicantik yang pemberani itulah julukannya. Beliau sangat ahli dibidang sastra dan khalifah ustman bin affan pun selalu memujinya.

Bergetar hatiku jika mengingat kisah-kisah para perempuan di jaman Rasulullah sungguh mereka siap mengorbankan jiwa raga sepenuhnya demi membela islam.Sementara diriku ...?? yang sudah menikmati islam di jaman merdeka tidak ada lagi pedang yang terhunus, tidak lagi menyaksikan darah dimana-mana, bisa melakukan ibadah dengan tenang dan khusyuk masih saja bermalas malasan.

Dari kisah para pahlawan islam pada jaman Rasulullah kita harusnya mengerti bahwa memang perempuan juga boleh melakukan aktivitas di luar rumah sesuai kemampuannya. Selama tidak menyalahi kodratnya sebagai perempuan. Dan bukankah dunia ini juga memerlukan pemikiran dan pendapat-pendapat dari kaum wanita ?

Lalu kenapa wanita masih diidentikan hanya dengan cukup mengurus dapur  saja ??

Allaahuakbar, Allaahuakbar...

Sayup-sayup lantunan takbir dari kejauhan terdengar, rumahku memang tidak begitu dekat ke mesjid, sungguh terdengar menyejukkan telingaku. Hatiku yang terus gundah, tertekan dan tak tau harus berbuat apa, seketika hanyut dalam suara adzan yang berkumandang.

Hening jiwaku, kepalaku mendingin sejenak, nafasku tenang, hatiku damai,bibirku basah, asik menjawab semua seruan yang paling indah. Seruan yang memanggil setiap hamba untuk segera bertemu dengan Allaah Dzat yang maha Rindu, rindu pada setiap hamba-Nya.

Selesai melaksanakan sholat ashar aku menatap pada sebuah benda yang terletak di pojok sebelah meja belajarku, aku melangkah menghampiri meja kecil itu. Alqur'an peninggalan kakek yang sudah agak usang tergeletak sedikit berdebu, beberapa hari tidak kubaca. Lalu kuambil sapu tanganku kugunakan untuk mengelap permukaan Alqur'an yang terkena debu, perlahan kubaca do'a untuk almarhum kakek kemudian aku tenggelam dalam ayat-ayat Allaah yang amat menentramkan.

Aku membaca surat annisa,yang isinya lebih banyak membahas tentang perempuan.

"Wahai sekalian manusia, bertakwalah kepada Rabb kalian yang telah menciptakan kalian dari jiwa yang satu dan dari jiwa yang satu itu DIA menciptakan pasangannya, dan dari keduanya DIA memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak."
( An-Nisa:1)

Ayat pertama kubaca beserta artinya, jelas tertulis jiwa yang satu tercipta untuk jiwa yang lainnya. Jadi, kita perempuan diciptakan dari tulang rusuk laki-laki adalah benar.

Kembali aku tenggelam dalam ayat-ayat Allah yang begitu menentramkan   meski terkadang aku mengernyitkan keningku, tak sedikit makna Al-qur'an yang tidak aku fahami.

Setelah selesai aku membaca Al-Qur'an, kuselonjorkan kakiku yang agak kesemutan, aku seperti nenek-nenek saja, sedikit-sedikit kesemutan padahal aku melipat kakiku hanya sebentar. Kemudian aku melipat mukena ku, aku rebahkan badanku di tempat tidur.

Sesudah menerima kelulusan dan alhamdulilah aku lulus dengan nilai yang memuaskan, aku punya lebih banyak waktu untuk bermalas-malasan. Sesekali aku ke mesjid bantuin k zahra ngajarin anak-anak kecil mengaji. Oh Tuhan aku hanya ingin mimpiku terwujud jadi kenyataan, membuat abi sama ummi bangga padaku. Mungkin tidak sekarang tapi suatu hari nanti.

Angin semilir yang masuk dari jendela yang kubiarkan terbuka seolah sengaja mengelus-ngelus kepalaku, membelai manja menghilangkan semua penat yang ada.

Benar saja aku serasa berada dipangkuan nenekku,aku selalu tertidur dipangkuannya, apalagi jika sambil diceritakan dongeng padaku, lengkap sudah indahnya masa kecilku. Perlahan mataku mengecil, telingaku kusap-usapkan perasaan ada yang mendongengkanku, ah tak ada dongeng...! Apa lagi dongeng yang kudengar dari sang nenek, hanya bisikan angin juga rintihan lirih para ilalang di luar jendela kamarku, lalu aku tak ingat apa-apa lagi.

                           ●●●●

Jum'at berkah...
Jangan lupa Al-kahfi..

Instagram@shoofin_ge

💘💘💘

AIR MATA LANGITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang