Bismilahirohmanirohim ....
Di atas langit masih biru, begitu pikirku. Jika ini memang takdir aku akan menerimanya. Entahlah, hatiku semakin tak karuan. Hari ini Zidan ardiansyah akan ke rumah beserta keluarganya.
Aku bergidik ngeri. Membayangkan lelaki tua tinggi dengan rambut klimis duduk di sampingku, mengucap ijab kabul tanda syahnya sebuah pernikahan.
Di atas langit masih biru.
Aku beranjak dari tempat tidur, mau salat ashar, aku ingin kembali mengadukan semua lara yang terus merambah ke sekujur jiwaku.
Wahai, Allah
Izinkan aku membasuh
Semua luks-luka
Luka yang tak bisa
Kuhempas
Luka yang harus
Kupeluk
Kupeluk dengan segenap raga
Yang kian lara
Bulir bening hangat selalu membasahi mukenaku. Selalu, belakangan ini. Sejak aku tau aku tak bisa kuliah seperti yang lain, sejak aku tahu aku akan dijodohkan dengan lelaki tua itu.
Malam merasuki seantero jagat. Seolah tak peduli bahwa tanpa pun dia hadir hidupku kian semakin pekat.
Wahai malam
Kenapa,
Kau lakukan ini
Memelukku dengan erat
Tanpa kau jabat
Sebelum kau dekat hangat
Wahai malam
Tak tahukah
Hadirmu menamvah
Duniaku semakin gelap
Aku takut
Aku takut
Tapi kau malah
Semakin mendekat
Bagaimana aku bisa, menikahi lelaki tua itu yang katanya sudah mempunyai seorang anak perempuan dari istri pertamanya yang sudah meninggal?
Oh, semesta. Takdir macam apa ini?
Dan, itu berarti aku harus mengurusinya?. Tak peduli entah berapa banyak pembantu di rumahnya tapi tugas seorang ibu adalah mengurus anak dan suaminya bukan?. Hah, ibu tiri.
Aku kembali bergidik, mengingat kata ibu tiri yang kental dengan sifatnya yang jahat. Apa aku akan menjadi ibu tiri yang jahat, seperti kebanyakan dalam dongeng-dongeng?.
Tepat pukul 03:00 pagi setelah aku merebahkan gundahku dengan mengadukan kembali kepada sang pemilik semesta. Aku mulai mengantuk. Berkali-kali aku menguap hingga akhirnya aku tak ingat apa-apa lagi, dan masih di atas hamparan sajadah teman setiaku.
**
KAMU SEDANG MEMBACA
AIR MATA LANGIT
General FictionLangit! Ya, seorang gadis tomboy, periang, cerdas, mempunyai banyak teman dan bercita-cita ingin menjadi psikolog dan pengacara ini seketika harapannya hancur lebur. Saat ia dengan terpaksa harus menerima kenyataan menuruti keinginan abinya menikah...
