9. Penyelamat kelas

996 52 0
                                    

Keadaan kelas yang seperti pasar saat ini membuat Keira ekstra untuk mengendalikannya. Berbagai cara yang Keira lakukan namun tetap saja keadaannya tak berubah;sangat berisik.

Ketiga laki-laki yang sedang memejamkan matanya pun ini sangat terusik dengan keadaan kelas yang betul-betul riuh. Pasalnya, tiga laki-laki ini baru tiba dirumah pada malam tadi akibat dari liburannya di pantai selama tiga hari kemarin. Al yang sudah beberapa kali memperingatinya hasilnya tetap sama;nihil. Jangankan Al, ketua kelas yang sudah turun tangan pun tidak sanggup untuk menghentikannya.

"Kalian bisa diam tidak? Saya sedang mengajar di kelas sebelah sangat terganggu dengan suara bising kalian!" Ibu Sesi, dengan tiba-tiba memasuki kelas yang di ketuai oleh Keira itu.

Suasana kelas yang tadinya seperti pasar, kini seketika hening di saat Ibu Sesi, guru mata pelajaran matematika masuk dengan aura kemarahan yang luar biasa.

Ucup yang berada dalam posisi berdiri di atas meja dengan sapu di genggamnya seolah dirinya sedang melakukan konser di lengkapi gitar, tersontak kaget saat hadirnya guru killer itu dengan wajah polos tak berdosanya namun tidak merubah posisinya sama sekali.

"Ucup, kamu ngapain naik-naik ke atas meja?" dengan sorotan mata yang sangat menyeramkan membuat Ucup tersontak turun dan di iringi rasa takut.

Ucup yang ditegur pun turun dengan gelagap "hehe m-maaf Bu." dengan suara gagapnya si pemilik nama Ucup itu gemetar tak karuan.

"Udah salah, masih aja cengar-cengir," guru itu semakin menunjukkan amarahnya "kamu NANTANGIN?"

"Ng-nggak Bu."

Makhluk yang berada dalam kelas itu semuanya terdiam dan menunduk.

"Ketua kelas, ikut saya!" ucap guru itu, lalu pergi begitu saja.

Ibu Sesi, guru mata pelajaran matematika yang sangat di takuti oleh semua siswa-siswi SMA Bhakti Nusa karena cara mengajarnya yang sangat tegas dan tidak bisa main-main jika pelajarannya sedang berlangsung. Berandalan-berandalan sekolah pun tak ada yang berani macam-macam dengan guru ini, karena jika ada yang macam-macam dengannya, selama seminggu tidak akan menginjakkan kaki ke sekolah.

Mendengar penuturan terakhir Bu Sesi, Keira langsung menatap semua anggota kelasnya penuh ancam "KALIAN SEMUA JANGAN ADA YANG KELUAR-KELUARAN KALO GAK MAU DI JEMUR ATAU BERSIHIN PERPUSTAKAAN!!!" seolah memberi peringatan kepada semua makhluk kelasnya sebelum sang ketua kelas beranjak pergi untuk mengekori Ibu Sesi.

Baru saja Keira melangkah keluar, suara riuh kelas IPA 1 mulai terdengar lagi dengan pembicaraan yang seakan menyalahkan Ucup sebagai dalang dari segala. Padahal perempuan-perempuannya saja yang sangat riuh dengan ke gosipan yang tiada habisnya dan ke kontrolan bacot yang tidak bisa lagi di bendung. Alhasil ketua kelaslah menjadi korban dari segalanya.

Menjadi ketua kelas memang sangat beresiko jika memiliki makhluk kelas yang sangat susah untuk di atur. Keira hapal betul pasti setelah ini akan ada hukuman bagi dirinya dan teman-teman kelasnya.

Saat sudah sampai di pintu kantor, Keira berhenti sejenak langkahnya agar sedikit bersikap lebih tenang untuk menghadapi guru killer itu. Dikiranya sudah merasa sedikit tenang, Keira melanjutkan langkahnya.

"Duduk!!" memerintah Bu Sesi kepada Keira untuk duduk berhadapan dengannya.

Suasana saat ini sangat mencengkam. Tatapan Ibu Sesi sangat terlihat jelas dengan kemarahan yang luar biasa terhadap kelas yang di ketua oleh Keira itu yang seakan-akan menjadi santapan lezat untuk guru killer yang sedang di hadapan Keira ini.

Keringat sudah tampak jelas bermunculan di bagian sekitar pelipis Keira. Bahkan AC yang berada di dalam kantor guru pun seketika hilang fungsinya. Namun, Keira berusaha bersikap santai walaupun jantungnya saat ini sudah berpompa lebih cepat dari biasanya. Berhadapan dengan guru killer ternyata sama saja seperti seseorang yang sedang jatuh cinta;Deg-degan.

RaRaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang