20. Sebuah Peringatan

633 25 2
                                    

Kalau bukan karena ulah si penguasa Bhakti Bangsa, Andra tidak akan berada di sebuah Club malam.

Jika tidak begini, si penguasa Bhakti Bangsa itu akan semakin kurang ajar untuk menginjakkan kaki yang bukan wilayahnya. Bahkan perbatasan sudah ada penjaga pun, Melvin sukses menemui ketua PMR milik Bhakti Nusa. Sebagai pemimpin, seharusnya Melvin mengerti maksud Andra yang merintahkan Bobby dan Ucup berjaga. Bukannya malah di terjang untuk melawannya.

Melvin itu sebenarnya memiliki otak untuk berfikir atau tidak sih?

Dan Andra sebagai pemimpin yang baik, tidak akan tinggal diam jika warganya jatuh ke tangan pemimpin berengsek itu. Apalagi yang diincar sebagai korbannya adalah Keira. Mungkin Andra akan berbuat sesuatu agar Melvin berhenti menemui perempuan campuran itu.

Saat memasuki sebuah bangunan yang lampunya sudah memancar bagai pelangi, pendengaran Andra langsung terpenuhi dengan suara dentuman musik yang begitu sakit untuk telinganya terima. Matanya pun tidak tinggal diam untuk mencari si penguasa Bhakti Bangsa. Namun pencariannya cukup sulit karena Club malam ini banyak sekali orang-orang yang menghabiskan waktu malamnya.

Walau ini bukan yang pertama kalinya Andra menginjakkan sebuah Club, namun suara dan bau ruangannya membuat Andra sesak. Berbeda dari Club yang sering Andra singgahi. Berkelas, dan tentunya tidak sesak seperti ini.

"Hai! Cari siapa? Sama aku aja yuk!"

Wanita dengan pakaian kurang bahan dan rambut merah menghampiri Andra. Lagatnya penuh godaan. Rambut merahnya terus dimainkan seolah memikat Andra agar tergoda dengannya.

Andra tidak menggubris, lebih memilih untuk melanjutkan pencariannya.

Pada saat langkahnya menuju tangga yang menghubungkan ruang VIP, tanpa aba Melvin keluar. Dahinya mengkerut karena terkejut, langkahnya terhenti dan menatap penuh pertanyaan "punya nyali datengin gue disini?"

Bukkkk.

Satu pukulan mendarat dari tangan penguasa Bhakti Nusa, itu membuat tubuh Melvin terhempas ke tembok yang tak jauh dari tempatnya. Padahal kakinya baru saja menginjakkan tangga akhir, namun Andra lebih agresif dari dugaannya.

Tanpa basa-basi, Melvin pun membalas. Dan saat ini dua penguasa sudah asik dengan dunianya.

Orang-orang yang berada didalam Club menyadari perkelahian dua penguasa ini, banyak diantaranya siswa-siswi dari kalangan Bhakti Bangsa. Dentuman musik dihentikan oleh DJ yang mengisi, lalu semua pasang mata tertuju pada objek yang kini sedang asik beradu jotos. Tak sedikit orang-orang yang melihat untuk mengabadikan perkelahian yang fenomenal ini. Banyak benda pipih keluaran anyar yang merekam untuk sebuah breaking news.

"Ini sebuah peringatan untuk lo. Kalo lo masih nekat nemuin warga gue terutama Rara, gak segan-segan gue akan bertindak lebih dari ini."

Keduanya sudah saling berada di jarak yang cukup berjauhan. Karena tidak akan mungkin kalau dua penguasa ini mati pada posisi yang tidak memungkinkan. Perihal teman Melvin, mereka tidak akan mendengar karena posisi ruang VIP kedap suara. Mustahil bagi Melvin untuk minta pertolongan pada teman-temannya.

"Ini juga peringatan untuk lo," senyumnya penuh arti, membuat Andra nyaris tak tertahan untuk melayangkan pukulannya lagi, "Rara memang warga lo. Tapi jangan coba-coba untuk menyentuhnya, karena perempuan cantik itu udah milik gue." Sombongnya, lalu pergi meninggalkan Andra yang masih membatu ditempatnya.

"Sialan."

Andra memekik dalam hati. Karena penguasa Bhakti Bangsa itu semakin dilarang semakin menjadi. Entah peringatannya tadi didengar atau malah masuk telinga kanan lalu keluar telinga kiri.

*****

"Anjing Vin! Muka lo kenapa? Tadi keluar gak papa kok sekarang macem badut di acara ulang tahun sih?" Gara memang minta dihajar seperti Andra tadi. Mulutnya tidak bisa terkontrol.

Baru kakinya melangkah masuk, teman-temannya yang sedang asyik bernyanyi ria dengan terkejut langsung menghentikan aktivitasnya dan tertuju pada Melvin semua.

"Siapa yang nyipok lo sampe kayak gini? Gila tuh cewek, udah gak dipake berapa Minggu sampe sebrutal ini." Alza juga, tidak beda jauh.

"Andra kesini."

Tiga temannya terkejut tak percaya, sampai Gara yang tadinya sedang berdiri ikut duduk bersama agar pembicaraan Melvin terdengar jelas "serius lo?"

"Masa gue bohong. Kalo gue bohong, gak mungkin muka gue babak belur gini."

"Ngapain dia kesini? Kok lo gak kasih tau? Kita kan bisa bantuin lo buat ngehajar." Kata Dino penuh emosi.

Melvin berdecak, seolah tidak terima dengan penuturan Dino tadi "lo bego, harusnya turun. Ini malah pada di dalam, teman macam apaan."

Gara tidak terima, lalu menghadiahi Melvin sebuah pukulan sayang "lo nya gak minta, yaudah kita diam disini."

"Ck, udah terjadi gak usah diungkit. Lebih baik pulang, bersihin luka lo Vin, takutnya infeksi." Alza menengahi.

"Gak! Gila lo ya, gue bisa mati sama mama kalo pulang dengan keadaan kayak gini."

"Ya mau gimana? Gue gak bisa bantu buat bersihin."

Semua laki-laki yang berada diruangan beradu argumen. Empat dari dua tidak ada yang mengalah sampai darah Melvin pun mengering, "kalo gini, gue bisa mati karena kehabisan darah," kesalnya, lalu berdiri dengan susah payah "anter gue ke rumah Rara. Biar dia aja yang obatin."

Sebuah kaki sukses menyentuh tulang kering milik Melvin, dan itu membuat Melvin mengaduh kesakitan "goblok lo Vin, lagi kayak gini sempat-sempatnya nyamperin Rara. Kayak orang susah lo, ke klinik aja gak mampu."

"Ya gak ada salahnya dong, sekalian temu kangen." Alisnya bermain, seolah menantangi teman-temannya.

"Udah sana di obati, nanti infeksi." Geram Dino. Tak lama Melvin menuruti dan keluar dari ruangan VIP dengan Gara yang mengekori.

Melvin itu laki-laki macam apa sih?

Tingkahnya langka, sama seperti badak bercula yang mulai musnah di tanah air tercinta ini. Berpenampilan garang namun stylist. Bertopeng pemimpin namun banyak sisi lemahnya.

Melvin Venoza Alaska, nama lengkap itu sukses memikat hati ketua PMR Bhakti Nusa. Racunnya telah menyebar, sampai memabukkan. Telah sukses membuat ketua PMR yang ramah menjadi gelisah. Itu membuat Melvin tidak ingin terlepas dan akan berjuang sampai titik darah penghabisan.

****************************

Aye aye

Kembali gaiisss..

Pagi-pagi loh, tumben wkwkwk

Vote dan komennya ya!

Mon maap nih, di chapter ini gak banyak katanya. Hehehe

Biar nikmat bacanya, ditemanin es teh manis sama Roma kelapa. Pasti nikmat hahahahaha

RaRaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang