23. Sebuah Peringatan (2)

309 16 0
                                    

Sudah dua puluh menit lamanya bola orange itu disiksa oleh Melvin untuk masuk ke dalam ring secara berulang. Kancing baju seragamnya dibuka keseluruhan, menyisahkan kaos polos hitamnya. Melvin tak sendiri, ada Dino yang menemani di pinggir lapangan. Temannya itu tidak ingin bergabung, karena hanya membuang tenaga di pagi hari yang cerah ini.

"WOY VIN! HP LO ADA NOTIF. COBA LIAT, KALI AJA DARI BETINA BHAKTI NUSA." Dino yang berada di tepian lapangan berteriak memberitahu.

Melvin pun menghampiri dengan cepat, mengecek pesan yang masuk dihandphonenya.

Ini peringatan terakhir untuk lo! Jangan harap lo bisa ketemu sama warga gue lagi. Terutama Rara! Karena semakin lo melunjak, gue akan semakin bertindak!!

Alis Melvin mengkerut, rahangnya mengeras dengan tangan yang mengepal "ANJING!"

"NGATAIN GUE LO? NGACA! LO LEBIH ANJING DARI PADA GUE." Dino tak terima, mengira kalau Melvin mengumpat untuk dirinya.

Melvin mendelik, menatap Dino dengan aura yang menyeramkan "gue diancam."

"Sama siapa anjir. Berani-beraninya tuh orang ngancam pangeran Bhakti Bangsa yang ganteng rupawan ini?" Kepalanya menggeleng, seolah tak terima.

"Andra, baru aja dia ngirim pesan ke gue."

"Anjir, serius lo? Ngancam apaan?"

"Suruh jauhin Rara," Melvin berdiri, lalu meraih bola basket yang diletakkan tak jauh dari jaraknya "BANGSAT!" sambil berjalan, bola itu dipantulkan dengan keras ke permukaan lapangan, lalu ditinggal begitu saja tak peduli bola itu memantul ke arah mana.

"SIALAN GUE DITINGGAL!" Dino yang masih berdiam, tak lama menyusul Melvin yang sudah berjalan menuju kelasnya.

*****

Andra menelusuri koridor dengan langkah yang cukup cepat. Matanya mengedar ke seluruh, untuk mencari seseorang yang sedari tadi belum terlihat batang hidungnya.

Mengingat pesan yang sudah di kirim beberapa menit tadi, Andra harus berhati-hati. Karena, Melvin lebih liar dari dugaannya. Tidak lucu jika Melvin berbuat yang gila lalu Andra kalah telak lagi. Itu tidak akan terjadi. Untuk yang ini, Andra akan lebih berusaha sekuat tenaga agar masalah yang tidak begitu dimengerti ini selesai dengan baik.

"ANA!"

Perempuan itu menghentikan langkahnya, menengok ke sumber suara "apaan?"

"Hm~" bukannya langsung berbicara, Andra malah menggantungnya terlebih dahulu. Pasalnya, Andra sedikit malu jika terus terang untuk menanyakan keberadaan Keira "Rara dimana?" Bibirnya digigit, merasa canggung dengan hal yang membuat dirinya jatuh.

"B-bhhaahahaa," perempuan ini tertawa hampir terpingkal, memegangi perutnya seolah sangat terkocok dengan pertanyaan yang Andra lontarkan "APA? SIAPA? COBA ULANG?"

Andra mendelik, menarik nafas kasar lalu membuangnya "Anjing, gue serius."

Ana mengusap matanya yang basah akibat tertawa "Cih, buat apaan nanyain Rara? Mau diculik lagi? Terus di ajak muter-muter gak jelas?"

"Na," Andra menggiring Ana untuk sedikit menepi, karena letak berdirinya menganggu siswa-siswi yang berlalu lalang "gue gak main-main."

"Ya teruuuuussss?"

Jika Ana adalah seorang laki-laki, besar kemungkinan kepalan tangan Andra sudah melayang sekarang juga "Ck, Rara dimana? Sama lo kan?"

"Iya sama gue di UKS, kenapa sih emang?"

Tatapannya semakin menajam, membuat Ana sedikit mundur beberapa senti "jagain dia baik-baik, jangan sampe ilang!"

Dahi perempuan ini mengerut bingung, lalu disusul tertawa yang begitu menggelitik "Ndra Ndra! Rara bukan bocah umur lima tahun, harus banget apa gue jagain? Bucin banget najis."

Sumpah, rasanya Andra benar-benar ingin menonjok perempuan ini "Gak gitu Na," tangannya melambai ke udara, bersyarat bahwa bukan itu maksudnya "pokoknya jagain dia baik-baik! Kalo sampe dia ilang, siap-siap lo yang kena sama gue."

"Ya tap-" Ana melotot tak percaya, memaki Andra yang sudah menjauh dari dirinya.

Si penguasa ini berjalan menuju kantin, untuk menyusul dua temannya yang sudah lebih dulu disana.

Dari jarak sepuluh meter, Noval dan Al sudah dapat terlihat dengan jelas yang sedang memegang cup es berisi air berwarna.

Andra duduk disebelah Al, lalu menyeruput es milik Noval yang masih tersisa banyak "ketemu Ndra?"

Yang ditanya menggeleng, menarik nafas lalu membuangnya "cuma ketemu sama Ana, terus gue suruh dia buat jagain."

"Bego," Satu umpatan Andra dapat dari Noval "Ana dipercaya, gak bakal becus. Jalan aja suka kesandung, apalagi suruh jagain Rara."

Al sempat tertawa, lalu sedikit mikir "tapi Ndra, gak mungkin Melvin sampe nekat kesini kalo udah dapet peringatan gitu."

"Melvin selalu diluar dugaan, ini cuma ancang-ancang aja. Biar Rara juga aman."

"Sedikit gak percaya sih gue," Noval menggantung omongannya, melihat sisi kanan dan kiri supaya tidak didengar oleh orang lain "itu beneran Melvin sama Rara taken?" Alisnya dinaikkan, menuntut Andra untuk menjawab.

"JANGAN TANYA GUE." Intonasinya ditekankan, dengan wajah yang dipalingkan ke sembarang arah.

"Cih, cemburu kan lo?" Alis Al bermain, menggoda Andra yang wajahnya sudah tidak enak untuk dipandang.

Secara tiba-tiba, telapak tangan Noval mendarat pada punggung Andra, lalu mengelusnya dengan lembut untuk memberikan dukungan "gak papa cemburu, namanya juga perasaan," gigi taringnya ditampakkan "Tenang, sebagai temen gue selalu dukung lo di gardu terdepan."

"Hilih, bohong yang berlebihan."

Tatapan tajam Al dapatkan dari Noval, dengan hitungan detik tulang keringnya ditendang brutal "bacotan lo gak guna."

"Anjing, sakit bego." Al mengumpat, memegangi tulang keringnya yang kesakitan.

Melihatnya, Andra memejamkan mata malas dengan pelipis yang dipijat perlahan "berisik lo! Beli es sana, gue traktir." Tangannya terulur untuk merogoh saku celana, membuka dompet yang selalu dibawa kemana-mana.

"Asekkk ditraktir bos." Dengan cepat, Al beranjak dari duduknya. Mengambil alih uang berwarna biru itu dari tangan Andra "lo apa nih? Mari-Mas?"

"Ck, jangan itu ah, yang elitan dikit apa. Nutri-Sari aja deh rasa jambu." Request Noval dan mendapat anggukan dari Andra bahwa pesanannya disamakan.

Sebelum pergi, Al sempat memamerkan cengiran khasnya pertanda bahwa merasa senang dengan traktiran yang diberikan Andra, lalu berlompatan ria untuk menuju penjual minuman.

"Ndra, lo yak-"

"ANDRAAAAAAA!!! RARA ILANG!!!"

***************************

Jadi, kalean team Andra apa team Melvin nehh???

RaRaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang