Gugatan

2.4K 368 178
                                    

"Pulang sama aku chaewon, biar dia pulang sama produser yang udah mau mati itu" kata yujin.

Minju masih nangis ga karuan, dia mau menjelaskan sama yujin tapi dia sendiri ga ingat pernah melakukannya sama ryujin.

"Yujin" panggil minju.

Minju cuma bisa manggil nama yujin disela tangisnya, dia takut pada yujin yang kalau marah bisa membolak balikkan dunia.

"Ayo chaewon!" Tegas yujin sudah tak mau melihat wajah minju.

"Aku pulang sama minju, terserah kalau kamu mau ikut pulang sama kita" kata chaewon meluk minju yang lagi nangis sesugukan.

Yujin berdecak melihat chaewon yang begitu perhatian ke minju, padahal minju tak pernah bersikap baik pada chaewon.

"Aku mau pulang sama kamu" cicit minju ke yujin.

"Chaewon ayo" ajam yujin tanpa memperdulikan minju.

Chaewon sibuk pada hp memanggil ambulance untuk membawa ryujin yang terkapar.

Yujin cuma berdecak dan pergi dari sana. Ia tak kuat melihat minju yang menangis sejak ia datang sampai selesai baku hantam.

.
.
.
.

Yujin pulang kerumah papanya, ia membuka dan membanting pintu masuk cukup keras membuat om papa hampir jantungan.

Papanya ngliat yujin yang masuk dengan muka kusut, pakaian brantakan, dan ada bekas darah di bajunya.

Om papa langsung menahan yujin yang matanya tampak nyalang.

"Kamu dari mana?!"

Yujin cuma diam belum menatap papanya.

"Kamu brantem?!"

Yujin masih diam dengan matanya yang merah bercampur bekas tangis dan emosi.

"Yujin!" Teriakan om papa cukup membuat yujin tersadar dan menatap papanya tak lagi berapi api.

"Kenapa nak?" Tanya om papa lembut.

Mata yujin bergetar, tetesan air mata tam sanggup ia bendung. Yujin menaruh keningnya di bahu om papa.

"Yujin salah apa pa" kata yujin menahan tangisnya.

Om papa cuma bingung dan menepuk pelan punggung anaknya.

"Yujin ada salah apa pa?!" Bentak yujin yang menggigit bibir bawahnya menahan tangis.

Papanya hanya menepuk punggung yujin menenangkan. Ia tak tau yujin sedang kenapa.

Kaki yujin tak lagi bisa menahan tubuhnya, ia jatuh terduduk. Kakinya ia tekuk menaruh siku di lututnya dan telapak tangan yang sibuk menahan air mata yang akan jatuh.

Yujin nangis sesugukan, bahunya bergetar, sakit hatinya membuncah.

Om papa terus mengelus punggung anaknya yang terlihat rapuh.

"Sudah nak"

"Minju pa"

"Kenapa minju?"

"I love her, but i ha..te her" kata yujin dengan suara bergetar.

Papanya makin bingung tapi gamau bertanya langsung takut tangis yujin semakin keras.

"Ayo istirahat, besok kita bicarain lagi" papa sultan memapah yujin yang malam itu tampak tak berdaya.

Setelah di pastikannya yujin mandi dan tidur, papanya keluar dari kamar anak sematawayangnya dan segera menekan layar ponselnya.

Seperti biasa om papa punya jalur tersendiri untuk mengetahui apa yang terjadi.

.
.
.
.

Minju menginap di rumah chaewon malam itu. Minju juga sama menangis sampai ketiduran.

Minju hanya bercerita tak tau apa yang terjadi di jepang karna dia mabuk. Hanya itu yang chaewon dengar dari sepupunya itu.

Paginya minju masih meringkuk di kasur milik chaewon tanpa berniat kemana mana.

Minju takut menghubungi atau menemui yujin sekarang tapi dia sangat merindukan yujin suaminya.

Tiba tiba minju merasa mual ingin muntah, dengan cepat ia menuju closet chaewon dan memuntahkan isi perutnya.

Chaewon yang mendengar suara muntahan langsung menyusul minju dan mengusap tengkuk minju.

"Kenapa ju?" Tanya chaewon.

"Ngga tau, perut aku sakit"

Minju kembali memuntahkan apa yang bisa ia muntahkan karna minju sendiri belum makan sejak kemarin.

"Makan dulu yuk" ajak chaewon.

Minju mengangguk, ia merasa butuh asupan dan gamau mati sebelum bertemu dan menyelesaikan masalahnya dengan yujin.

Chaewon menyiapkan sandwich untuk sarapan pagi minju. Terlihat minju pucat dan selera makannya tak lahap, ia hanya banyak minum jus.

DING DONG

Bel rumah chaewon berbunyi, chaewon menyuruh asisten rumah tangganya untuk segera membukakan pintu.

Tiba tiba minju mual lagi dan mencari washtafel terdekat untuk ia muntahkan makanan yang baru ia makan.

Chaewon masih senantiasa membantu minju. Chaewon meletak kecurigaan bahwa minju hamil.

"Chaewon, minju" suara tersebut membuat mereka menoleh.

Itu om papa, papa mertua minju, papanya yujin.

"Eh om, cari papa ya?" Tanya chaewon.

"Cari minju"

Om papa mendekat dan melihat minju.

"Kamu... hamil?"

Minju kaget atas pertanyaan om papa, masa iya hamil.

"Pa, minju mau minta maaf"

"Sudah minju, papa udah tau. Papa ga nyangka"

"Ga gitu pa" kata minju memohon.

"Udah berulang kali papa minta kamu ga shooting, apalagi pergi keluar negri tanpa suami" kata papanya kecewa.

Minju hanya bisa menunduk dan menangis lagi.

"Kalo kamu hamil, papa ga yakin itu cucu papa. Papa kecewa berat sama kamu nak" jelas om papa.

Tangis minju semakin keras dan chaewon berusaha menenangkan minju. Chaewon tau bagaimana kalutnya minju sekarang yang sendirinya gatau dia hamil anak siapa.

"Yujin gamau cerai, jadi tolong kamu segera kirim surat gugatan ke rumah"

Om papa kalau murka lebih tajam.

































------

PRÈCIOUS [S5]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang