TERUNTUK UNTUKMU

21 3 0
                                    

“ORANG yang hidup bagi dirinya sendiri akan hidup sebagai orang kerdil dan matinya pun sebagai orang kerdil, akan tetapi, orang yang yang hidup bagi orang lain, akan hidup sebagai orang besar dan mati sebagai orang besar” Petuah bijak Sayyid Qutb menyadarkan ku akan keberadaan Ibu. Ia berjuang hidup hanya untuk aku dan Kakakku.
“Apakah aku akan seperti itu nanti?” batinku bertanya sendiri. Seorang Ibu yang mendedikasikan dirinya, perjuangan, kerja kerasnya, untuk membahagiakan buah hatinya, sehingga banyak kebohongan yang ditutupi, tidak lain hanya demi kebahagiaan anaknya. Ialah kebahagiaan Kak Irul dan diriku sendiri.
“Apakah Ibu memikirkan kebahagiaan dirinya?” pikiranku pun luput dari pertanyaan itu.
Kau selalu ada untukku
Tanpa mengenal waktu dan siapa aku
Tidak pernah merasa jemu
Yang ku tau kau selalu memberi
Dan memberi
Kau sebenarnya adalah kata
Tidak pantas ku ucapkan
Karena begitu sempurnanya dirimu
Kau punya sebuah nama yang selalu disandang
“Ibu”
Sekarang, esok dan akhir nanti
Nama yang tak pernah terhapuskan
Aku hanya bisa menirumu
Tidak bisa sepertimu
Karena aku tak sesempurna
Kasih sayang yang kau tera
Siang malam, tidak pernah berubah
Selalu ada untukku
Karena aku intan, mutiara berlianmu
Kata pahlawan Pantas untuk mu
Kau malaikat ku
Menjaga dan melindungiku
Seperti sang purnama yang menyinarinya
Kau memang seorang ratu
Hingga kau terpanggil “Ibu”
Ibu dalam hidup dan matiku
Aku mengharap ridlomu.
Tak ada kata yang pantas menorehkan perjuangannya, semua yang dilakukannya penuh pengorbanan dalam hidupnya. Ibu semoga sehat selalu.
***
Ibu..........
Relung hati yang rindu
Berharap penuh diri ini
Merebahkan diri dipangkuanmu
Hari demi hari
Aku menempa, mengukir, masa depan
Tawa, tangis, sedih dan bahagia
Kini aku lalui tanpa mu Ibu.
Tidak lain hanya mewujudkan masa depan cerah
Kau lepaskan aku
Meskipun tak rela
Karena dikau yakin, akan masa depan ku
Hanya demi kebahagiaan ku
Kau tahan rindu buah hatimu
Ibu........
Ku tanpa henti
Menyebut namamu dalam lantunan doaku
Untukmu Ibu
Ku rajut hari-hari
Tanpa kenal lelah
Untuk memenuhi keinginanmu
Dan keinginan buah hatimu, aku.

***
Masa kecil jadi kenangan dalam hidupku, tapi aku melaluinya tanpa seorang Ibu dan Ayah, namun tidak pernah mematahkan semangatku untuk menjadi orang yang lebih baik, karena  aku yakin, sampai dimana seseorang berusaha ia akan mendapatkannya. Ya pasti ada jalan dimana ada semangat Allah pasti akan memberinya jalan. Bismillah.
Sembilan bulan
Bukankah itu waktu yang lama?
Menahan rasa sakit, was-was, dan tidak enak badan.
Dua tahun
Bukankah waktu menyapih
Apakah aku sadar perjuangannya?
Apakah aku menghargai kasih sayangnya?
Apakah aku sudah membalas jasanya?
Tidak
Ternyata tidak
Aku tidak pernah melakukan itu
Rasa payah, susah, sedih, bahagia
Campur aduk dalam batinmu
Karena ku
Berjuang keras dengan hentakan nafas
Itu karena ku
Seribu rasa sakit ditanggungnya
Hingga nafaspun kau rela jadi taruhannya
Ah! Ternyata aku asyik dalam duniaku sendiri
Ego meracuni memori otakku
Semua harus ada dan terpenuhi
Itu sekarang yang terjadi
Begitu dosanya aku
Tidak bisa membalas jasamu
Maafkan aku wahai surgaku
Karena ku tau
Ridlo Allah
ada pada keridloanmu
kau
wanita sempurna
karena surga dibawah telapak kakimu
Jadi ingat lagunya anak-anak yang aku gandrungi sejak masih kecil, tapi sudah lupa siapa vokalisnya.
Surga ditelapak kaki Ibu....
Itulah hadis Nabi Muhammad
Kalau kita berbakti padanya
Diakhirat mendapat surga......
Surga ditelapak kaki Ibu.......
Itulah hadis Nabi Muhammad
Kalau kita durhaka padanya
Diakhirat mendapat siksa.
Sekaranglah kita memulainya berbakti, jangan tunggu besok ataupun nanti. Dan waktu ini juga mendoakaannya, jangan menunggu kalau sudah tiada, karena jika kita terus menunda dan menundanya, maka tunggulah penyesalan yang akan menggantikannya.
Tidak ada kata terlambat, untuk membuktikan bakti kita, tidak ada kata jemu untuk sang ratu kita, bukankah Nabipun bersabda berbaktilah kepada Ibu dan itu diulang sampai tiga kali, setelahnya berbaktilah kepada ayah. Ibu seseorang yang telah merawat kita, ia menanggung rasa sakit, ketika mengandung, menyusui, dan merawatnya. Itu semua bukanlah tugas yang ringan, butuh kesabaran dan kerja keras untuk bisa. Apakah semua itu bisa kita bayar, sedangkan langit dan seisinya tidaklah sepadan dengan apa yang telah dikorbankannya.
Ketika kita dalam kandungan, dan mengalami kesulitan Ibu tidak akan bilang selamatkanlah aku, tapi “Selamatkanlah anakku dokter” bukankah itu keputusan yang berat. Ia rela meninggalkan kesenangan dunia ini hanya satu makhluk Tuhan yang diamanahkan kedalam rahimnya. Bukankah ini suatu kehormatan dari Allah memberinya amanah yang tidak bisa dipikul oleh seorang laki-laki namapun didunia ini. Ya, itu Ibu kita, agama, dunia dan akhirat semoga Ibu memberi keridloannya untuk kita, sekarang bukannya untuk m,erenung, tapi beraksi selama Ibu masih menghembuskan nafas.
Aku ingin selalu mencium kedua pipinya, dan tangannya. Selalu menyelimuti kala tidurnya. Selalu menuangkan air minumnya. Memberi kata setiap akan pergi “Assalamualaikum Bu.....” biarlah Ibu melihat langkahku yang tegap. Ia mengatakan dibelakangku semoga kau berhasil Nak. Bukankah itu yang sebenarnya terjadi.
Ada pepatah yang selalu ku ingat sampai sekarang, ini disampaikan oleh Maimun bin Mahran, dimana waktu itu aku membaca cerpen di majalah Cahaya Nabawy tentang perjuangan seorang Ibu dan dibawahnya tertera petuah bijak yang harus aku lakukan. “Siapa yang beristigfar untuk kedua orang tuanya setiap shalat wajib, maka ia telah menunaikan perintah Allah untuk bersyukur kepada keduanya”. (Maimun bin Mahran).
Bacaan istigfar kepada Allah untuk orang tua merupakan rasa syukur yang harus kita lakukan. Apalagi kalau kita bersyukur dengan anggota badan, melayaninya, dan memenuhi semua hak-haknya. Allah akan tambah sayang pada hambanya yang seperti itu, kenapa begitu. Jika orang tua sudah merestuinya, Allah pun juga akan memberi keridloannya. Terus apa yang menghalangi antara doa Ibu dan Allah. Bagiku tidak ada yang menghalangi, karena Ibu seseorang yang telah diamanahi janin dalam rahimnya, menanggung rasa sakit yang tak terkira. Inilah kenapa Allah tidak membatasi doa orang tua dengan-Nya, karena perjuangannya tidak kenal rasa pamrih dan kerja kerasnya tidak mengenal rasa lelah.
Jika ingat Ibu, aku mengingat beberapa deretan kalimat Wakhooliqin naasa bikhuluqin hasanin (Dan pergaulilah manusia dengan baik). Aku harus bergaul dengan keluargaku dengan baik, dan santun, karena akhlak itu bisa meninggikan derajat seseorang disisi Allah. Sebagaimana yang telah di ungkapkan oleh al-Junaid, Beliau berkata: Empat hal yang dapat meninggikan kedudukan hamba ke derajat tertinggi walaupun sedikit ilmu dan amalnya, ialah kesantunan, sifat rendah hati, kedermawanan, dan akhlak yang baik.
Dengan akhlak yang baik semoga saja kita bisa mendapatkan derajat  yang tinggi disisi-Nya. Amin.
Kesantunan adalah akhlakul karimah. Rosulullaah SAW diperintah Allah SWT., agar memberi tauladan dan membenarkan akhlak yang sudah tertimbun oleh kejahiliyahan orang-orang jahiliyah. Dalam kitab Ta’limul Muta’allim disebutkan “Afdlolul ‘ilmu ‘ilmul haali wa afdlolul ‘amali hifdul Haali”
Bahwa paling utamaanya ilmu ialah ilmu tatakrama atau akhlak dan paling utamanya pekerjaan ialah menjaga akhlak agar tetap dengan norma-norma agama Undang-undang.
Jika seorang Ibu jauh dari kita. Apakah kita menahan sebuah rasa yang dinamakan rindu. Rindumu terhadap Ibumu tidak akan bisa menyaingi rindunya sang Ibu terhadap anak-anaknya. Pengorbanan kita terhadap Ibu tidak akan bisa menandingi pengorbanan seorang Ibu terhadap anak-anaknya.
Menahan Rindu
Perantauan memelukku erat
Begitu sulit bergerak terasa sesak
Menahan rasa yang tidak bisa di ucapkan
Begitu berat kata anak remaja
Rasa itu tak terobati tanpa sesosok malaikatku
Ibu.....
Perantauan tak menginginkan aku pulang
Kala mata akan terpejam dalam tidur.
Suaramu tergiang ditelinga, pesan, saran, marahan
Menjadi pembangkit menggapai masa depan cerah
Jika sudah ingat dengan sesosok Ibu, temanku pun bersenandung dengan puisinya. Puisi yang memang ia buat untuk surganya. Ahmad Aidan Syaifani Dahlan sesosok laki-laki yang selama dua tahun menjauh dari Ibunya. Rasa rindu yang ia rasakan tidak bisa tergantikan oleh apapun, hanya demi seorang Ibu dan Ayah ia rela harus menjauh, pergi berkelana mencari ketenangan dalam dirinya
Tentang nasib atau nasab yang melambung seperti asap"
Jiwaku ber emosi dan terus meluap-luap
Tempat tinggalku sekarang tanpa atal
Saban hari meraung meratap
Sekarang, aku sadar!
Tempat bernaunh paling nyaman tak beratap
Adalah peluk sang Ibu, lalu menetap
Ibh, aku jauh!
Ibu, aku mengeluh
Meskipun jauh Ibu, aku tetap kukuh
Pesanmu tak kan pernah kulupa
Juangmu juga tak kan kujadikan sandiwara
Karena kau tulus merawatku apa adanya
Bukan seperti dia yang mendekat
Lalu berlari kearah kiblat  dan hilang
Tak pernah lagi merapat,,,
Ibu, aku jauh
Ibu, kau jauh
Ibu, aku rindu
Ibu, kau melebihiku
Ibu, kau surgaku

DIBALIK SELENDANGMUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang