PENGHUJUNG MALAM

26 3 0
                                    

DALAM keheningan malam, lantunan doanya menggema ke seantero dunia, tidak lain untuk sang buah hati, doa yang dikhususkan demi masa depan yang cerah. Lambat laun rasa marah, benci, takut terhadapnya hilang. Aku mulai mengerti apa yang dilakukannya tidak lain hanyalah untuk kebaikanku. Ibu aku sering menemukannmu di penghujung malam. Berlama-lama dengan lingkaran tasbih yang yang terus berputar, bersimpuh menghadap-Mu Robby, untuk mengharap keridloan-Mu dan sebongkah doa tulus teruntuk sang buah hati. Apakah ia meminta harta ataukah  tahta,  tidak. Masa depan cerah, hidup bahagia fiddin waddunya wal akhirah yang selalu digemakannya dalam doa-doanya. Aku bangga dan terkesima olehmu Ibu, aku bangga denganmu Ibu.
Sholat Tahajjud yang dilakukan setiap hari meemiliki faidah yang tidak sedikit. Apa yang diimpikannya mudah terkabul. Allah akan menjaganya, semua urusannya akan diberi petunjuk agar cepat selesai dengan baik, jika ada permasalahan Allah akan membantu mencarikan solusi, hatinya akan menjadi tenang.
***
“Khofif......”
“Khofif.........!” aku tidak mendengar panggilannya, karena asyiknya tv yang menghipnotisku dengan acara-acaranya yang kian ku gandrungi.
“Khofif.....” Ibu menghampiriku.
“Ia Bu.” Aku menghadap ke arahnya.
“Tasbihnya Ibu putus, tolong disambung.” Seraya menyerahkan manik-manik yang tercerai berai dengan yang lainnya. Aku mengangguk tanda menyetujuinya. Ibu mengatakan tolong, itulah suatu pelajaran bagiku, bahwa apa-apa jika kita menginginkan sesuatu dan mengharap bantuan orang lain, janganlah lupa diawalnya kata minta tolong tidak dilupakan, bukankah itu benar adanya. Apakah kita hanya mau menyuruh tanpa meminta bantuan dulu, ya kalau orang yang disuruh mau, kalau tidak, ya.... inilah arti dari kata tolong yang Ibu ucapkan kepadaku.
Ucapkan kata tolong jika kita membutuhkan pertolongan dari orang lain, meskipun dia seorang anak kecil jangan sungkan-sungkan kata tolong diucapkan. Jika orang lain merasa dihargai dengan kata tolong itu, maka orang lain juga akan menghargaimu dan tidak akan merasa direpotkan, dengan senang hati akan dibantunya akan dihargai.
“Tasbih, kau tercerai berai, karena benangnya terputus, tidak bersatu, mungkin seperti ini keadaan Ibuku, ya, seperti mu tasbih, tapi ia masih bisa menghadapi segala masalah dalam hidupnya dan kuat menanggung beban yang sangat berat. Tasbih aku menyatukan kalian lagi biar bersatu berputar dan terus berputar dengan dzikir-dzikir yang Ibu lantunkan. Dan aku ingin menyatukan keluarga ku yang sekarang tercerai berai anak dan seorang ayah tidak bersatu. Tasbih, walaupun masih ada luka, aku ingin keutuhan,  keluarga yang sakinah, mawaddah dan rahmah.”
“Tasbih. Aku masih bisa menyambung yang putus dari kalian, berarti aku juga bisa menyatukan terputusnya ikatan yang suci. Masih ada waktu untuk menyambungnya kembali apa yang sudah tercerai berai. Masih ada kesempatan bagiku mengembalikan yang hilang dalam hidupku ialah keutuhan keluargaku.”
Aku sudah menyelesaikan apa yang Ibu suruh. Tasbih yang sudah kusam manik-maniknya, karena sering jari-jari lentiknya memutar tanpa kenal rasa lelah. Aku tidak bisa membangunkan tidur istirahatnya. Diwaktu siang itu, ia beristirahat seulas rasa lelah tergambar diwajahnya.
Aku melangkah kekamar belakang. Kamar dimana di khususkan untuk sholat, semacam musholla kecil didalam rumah. Aku taruh tasbih diatas sajadahnya, ku raba sajadah itu, tempat dimana Ibu meneteskan air mata, meminta penuh dengan harapan, memohon, mengadu semua apa yang menjadi tanggungannya. Lebih-lebih untuk kesadaran Kak Irul yang entahlah sampai kapan ia akan sadar. Sekarang Kak Irul jarang pulang kerumah, Ibu sudah menasehatinya, memarahinya, memberi pengertian, tapi itu baginya bagaikan angin yang berlalu. Ibu tidak memukul Kak Irul, karena dia sudah dewasa, tapi kalau aku tetap masih kena pukulannya, aneh ya!
***
“Khofif.....” Ibu memanggilku.
“Ia Bu, ada apa?” jawabku sambil menghampirinya diruang tengah.
“Kakakmu tidak pulang lagi?” tanyanya.
“Tidak Bu.”
“Kemana anak itu. Apakah dia sadar kalau Ibu sangat mengkhawatirkannya.” Ia beranjak dari tempat istirahat sejenaknya dan berlalu keluar rumah. Ibu tanya ke Paman dan Bibi, ia berharap mengetahui kemana saja anaknya pergi sehingga tidak menghiraukan kalau dirinya punya rumah. Tidak menghiraukan kalau dirinya sangat dikhawatirkan.
Kak Irul 5 tengah malam, ketika semua orang terlelap. Malam minggu malam bagi anak pemuda begitupun Kak Irul, tapi selama ia keluyuran malam tidak pernah meminta uang kepada Ibu. Ia tidak menuntut apa-apa kepada Ibu, namun ketika Kak Irul mendengar marahan Ibu kepadaku, maka ia akan marah. Ia tidak ingin aku kena marahannya Ibu.



DIBALIK SELENDANGMUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang