RIDLO DAN BAKTI

4 1 0
                                    

Bagian Ketiga Belas


Ridlo dan Bakti



Sudah dari dulu seorang Ibu adalah panutan kita. Di masa Rasulullah SAW sudah ada gambaran dan cerita yang sampai sekarang diceritakan dari mulut ke mulut, bahkan tertulis dibuku-buku sejarah yang tak pernah usang.


Al-Qamah adalah seorang sahabat Rasulullah. Ia melakukan perbuatan-perbuatan baik, amalan-amalan yang bisa mengantarkan ke jannah-Nya. Suatu hari al-Qamah jatuh sakit seusai dari peperangan, tambah hari sakit yang dirasakannya tambah parah. Rasulullah datang menjenguknya, Rasulullah bertanya kepada istrinya tentang perbuatan al-Qamah, tapi istri al-Qamah berhenti setelah menceritakan hubungan al-Qamah dengan Ibunya.


Setelah Rasulullah mendengar cerita tentang al-Qamah Beliau memerintahkan sahabatnya untuk menjemput Ibu al-Qamah, tapi Sang Ibu tidak mau menemui anaaknya yang lagi menahan rasa sakit. Sahabat Rasulullah silih berganti menjemput, tapi semua itu tidak pernah meenggoyahkan dan meluluhkan hati sang Ibu terhadap anaknya.


"Ibu, jika Ibu tidak mendatangi al-Qamah, maka Rasulullah SAW yang akan mendatangi Anda" setelah mendengar Rasulullah SAW akan mendatangi dirinya sang Ibu pun berkenan mendatangi al-Qamah. Sakit al-Qamah tidak bisa meluluhkan rasa sakit hati Ibunya. Seorang Ibu yang telah mengandung, melahirkan, menyusui, merawat sampai dewasa, tapi al-Qamah dengan keras mengusir Ibunya, hanya karena seorang istri. Sang Ibu sakit hati atas perbuatan al-Qamah.


Mendengar tidak ada ridlo dari Ibunya, maka Rasulullah SAW memerintahkan kepada sahabat-sahabatnya untuk mengumpulkan kayu bakar. Melihat para sahabat mengumpulkan kayu bakar Ibu al-Qamah bertanya.


"Ya Rasulullah. Mau diapakah anak saya?" sambil menghadap kepada Rasulullah SAW.


"Saya akan membakarnya, karena siksa akhurat sanggat pedih"


"Ya Rasulullah. Anak saya akan dibakar didepan saya?" tanya Ibu al-Qamah. Raut wajahnya ketakutan dan meskipun sakit hati ia masih memiliki hati yang sangat menyayangi anaknya.



"Ya Rasulullah. Saya merelakan al-Qamah, saya telah memaafkan kesalahannya" setelah Ibu al-Qamah mengatakan Bahwa telah memaafkannya seketika lidah al-Qamah yang awalnya tidak bisa mengucapkan kalimat Tauhid seketika itu dengan lancar keluarlah kalimat tauhid dari kedua bibirnya. Semua sahabat yang mengetahui hal itu mengucap hamdalah dan rasa syukurnya memuji kebesaran Allah SWT dan kecintaan terhadap Rasulullah SAW.


Al-Qamah meninggal dengan mendapat ridlo dari Ibunya. Usai pemakaman Rasulullah bersabda bahwa RIDLO ALLAH TERGANTUNG RIDLO ORANG TUA.


Bagaimana kita bisa mendapatkan keridloan dari Allah jika orang tua tidak meridloinya. Ibu memang seorang perempuan yang keberadaannya adalah suatu anugrah dari Allah SWT, jika seorang Ibu sudah tidak ada, maka kita akan ømerasakan ada yang kurang dalam hidup. Ibu adalah inspirasi dan motivasi dalam hidup anak-anaknya.


Ibu merupakan malaikat pelindung anak-anaknya. Bahkan Ibu tidak pernah sungkan mengatakan "Malaikat kecilku" kita dianggap sebagai Malaikat kecil dalam hidupnya.


***


Setiap aku melangkah yang diharapkan hanyalah sebuah keridloan yang tak lain ialah keridloan seorang Ibu. Jika orang tua sudah meridloi kita, maka jalan sulit akan mudah dilalui. Kenapa begitu? Karena ridlo Allah SWT juga menyertainya.


Dalam al-Qur'an surah al Isra ayat 23 menyebutkan. "Waqadlaa robbuka alla ta'buduu illaa iyyahu wa bilwaalidaiini ihsaanan yang artinya: Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada Ibu dan Bapakmu dengan sebaik-baiknya"


Al-Qur'an mengharuskan kepada kita untuk berbakti kepada orang tua, jika kita sudah melaksanakan hak mereka dan kewajiban kita tanpa disadari dan tanpa dipinta orang tua sudah meridloinya. Orang tua sudah menyayangi kita sebelum kita dilahirkan.


"Pantaskah kita mendurhakainya?"


"Pantaskah kita menelantarkannya?"


"Pantaskah kita selalu menjauh darinya?


"Pantaskah kita tidak menghiraukannya?"


"Pantaskah kita mendiamkannya?"


"Pantaskah itu teman?"


"Pantaskah Khofif melakukan itu semua?"


Tidak Ibu. Khofif tidak pantas melakukan itu. Khofif hanyalah anak kecilmu meskipun khofif sudah dewasa aku tetap anak kecilmu, anak kecil yang selalu mengharapkan kasih satang mu Ibu.


Padahal sedari kecil Ibu tidak pernah rela anaknya berpisah walaupun hanya satu jam. Itulah Ibu kita teman, sampai dimanapun dan kapanpun serta bersama siapapun kita tetap anak kecilnya. Dimata orang tua kita bukan orang tua tetap dalam posisi sebagai anaknya. Anak yang selalu dikasihani, disayangi, dicintai dan dirindukan kala kita sudah tidak ada disampingnya.


"khofif, bersabarlah atas apa yang terjadi pada dirimu" pesan Ustadku.



DIBALIK SELENDANGMUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang