Sorkha mengibaskan tangannya menandakan ia mengusir semua dayang-dayang yang melayaninya. Tepat ketika para dayang tersebut tak terlihat lagi, sosok asap hitam berkumpul lalu membentuk sosok Sautesh dengan sebuah ramuan hitam di tangannya. Dewa tersebut menghampiri Sorkha yang tengah mengunyah buah Karh, buah surga yang diperuntukan para dewa.
"Rencana apa kali ini?" tanya Sorkha saat menatap botol ramuan ditangan Sautesh.
Bibir kiri Sautesh yang telah rusak karena luka bakar berkedut. Ia menatap dingin pada Sorkha. Detik kemudian ramuan tersebut ia letakkan di meja.
"Saatnya menguji pasukan kita," sahut Sautesh dengan suara serak."Takdir itu sudah dekat, Sorkha. Saatnya tiba, pasukan kita akan menjadi lebih kuat dengan ramuan itu."
"Ramuan apa ini?" tanya Sorkha mengamati cairan dalam botol tersebut.
"Kehidupan setelah kematian, ia menamakannya begitu."
"Ia?" Sorkha mengernyitkan keningnya, ditatapnya Sautesh untuk mencari jawaban.
Sautesh tersenyum. Namun, karena sebagian wajahnya rusak senyumnya menjadi lebih mengerikan.
"Ia yang tak tertandingi, akan memuluskan jalan kita berdua," ucap Sautesh penuh teka-teki.***
Rauman bergerak menunduk hormat saat sosok agung dengan aura paling suci berdiri di hadapannya.
"Hormat dan salam kepada Sang Alam Semesta," sapa Rauman dengan penuh hormat.Sang Alam Semesta, Cygnus, tersenyum lalu mengangkat tangannya tanda menerima hormat dari Dewa Rauman. Sosok muda dan begitu halus, itulah dia Sang Alam Semesta. Matanya memancarakan sebuah cahaya terang yang akan menerangi kehidupan manusia. Sedangkan senyumnya adalah restu. Siapa yang membuat Sang Alam Semesta tersenyum maka akan selalu damailah alam ini. Sosok welas asih yang akan memberikan semua hal untuk kebaikan para manusia. Dia, alam semesta adalah penentu dari segala dewa.
"Suatu kehormatan Anda datang secara pribadi ke tempat hamba, Yang Mulia."
Rauman membuka percakapan ketika Sang alam Semesta telah menerima salamnya.
"Aku kemari untuk membicarakan sesuatu," sahut Sang Alam Semesta, "Sesuatu yang seharusnya kulakukan sejak lama," tambahnya. Senyumnya yang lembut membuat Rauman mengerutkan dahi. Tak biasanya Sang Alam Semesta akan membicarakan sesuatu dengan para dewa, terlebih dewa takdir seperti dirinya.Sang Alam Semesta berjalan mendekati cermin takdir. Tatapannya menelusuri garis-garis takdir yang diliputi sebuah benang beraneka warna. Benang kehidupan baru berwarna hijau, benang kemakmuran berwarna biru, benang kesejahteraan berwarna orange, benang merah untuk perjodohan, dan benang kematian berwarna hitam. Semuanya saling terhubung antara penyebab dan yang diakibatkan.
"Sampai hari ini semua terlihat seperti biasanya," ucapnya pelan. Ia kemudian kembali menatap Dewa Rauman.
"Rauman, ada satu hal yang aku minta kau harus melakukannya." Sang Alam Semesta menatap Rauman dengan serius. Meskipun kata-katanya terdengar lembut bagaikan manusia remaja, tapi dari tatapan itu Rauman tahu ada suatu hal besar yang sedang direncanakan alam semesta.
"Hamba siap mendengarkannya, Yang Mulia."
Sang Alam Semesta mendekat lalu mulai menceritakan suatu hal. Hal besar yang membuat Rauman harus menekan perasaannya. Berkali-kali ia harus menghela napas untuk menetralkan jantung yang terus berdetak-detak. Berkali-kali pula Sang Alam Semesta menceritakan hal demi hal yang membuat Rauman menggeleng tak percaya.
Pandangan keduanya bertemu, jalinan pemahaman satu sama lain. Lalu Rauman mengangguk. Ia telah siap, siap akan segala konsekuensi rencana besar alam semesta.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE DESTINY (TAKDIR)
FantasyZarkan Tar, Sang Mahadiraja dari Samhian. Mempunyai kekuatan setingkat dewa tertinggi. Keabadian dan segala keberuntungan selalu berpihak kepadanya. Raja yang sangat dihormati oleh para rakyat dan negara lain. Hingga suatu hari, ramalan besar datan...