Kayla's POV
Sebenci itukah Jonah padaku?
Aku masih dengan keadaan yang menyedihkan. Menangis tiada henti, lengkap dengan goresan luka yang kubuat diatas lengan kiriku.
Kini sudah pukul 10 malam, tapi aku tak ingin tidur. Apapun yang aku lakukan, akan berujung tangisan.
I'm weak, right?
Kini, tubuhku dan pikiranku sedang tak bersahabat. Aku kembali meraih silet yang berada di dalam tasku dan membuat garis garis panjang di sekitar nadi kiriku.
Tubuhku sibuk menyakiti diriku, tetapi pikiranku menyatakan tak seharusnya aku melakukan ini. Pikiranku tahu ini hal bodoh, tapi tubuhku bilang ini ide bagus.
Jonah's POV
Sudah 40 menit aku mencari posisi tidur yang nyaman. Tapi tetap saja aku tidak bisa tidur.
Perasaanku tidak enak sedari tadi. Nama Kayla terus melesat di pikiranku.
Untuk mengobati rasa khawatirku, aku bangkit untuk menge-check keadaan Kayla.
Tok tok tok
"Kayla, kau sudah tidur?" Ucapku tapi Kayla tak menjawab.
Awalnya, aku berpikir bahwa dia sudah tidur. Samar-samar aku mendengar Kayla merintih dari dalam kamar sontak membuat rasa khawatir menguasai perasaanku.
"Kayla, kau tidak apa apa? Buka pintunya kumohon!" Ucapku sembari mengetuk keras pintunya.
Masih tidak ada respon darinya, membuatku secara lancang langsung memutar kenop pintu kamarnya.
Tidak terkunci!
Aku membuka pintunya perlahan, mataku mencari keberadaan Kayla.
"Astaga!" Ucapku tersentak dengan kondisi Kayla yang sedang menyayat dirinya sendiri dengan benda tajam. "Apa yang kau lakukan?!"
Kulihat darah yang mengenai selimut putihnya. Aku lantas melihat lengannya yang penuh dengan darah.
Tanpa basa basi aku membawanya menuju ruang keluarga dan mengobati lukanya. Beruntung ia tidak menyayat nadinya terlalu dalam.
Dia melakukannya lagi.
Setelah membersihkan darahnya, aku memerban lengannya perlahan. Ia masih saja menangis.
"Kayla?" Ucapku lembut tetapi ia hanya diam acuh padaku. "Tentang foto itu, sungguh bukan aku yang melakukannya, tapi aku akan mencari tahu siapa orang dibalik semua ini, aku janji." Lanjutku.
Setelah selesai dengan aktivitasku, aku menatapnya lekat.
Kayla menatapku dengan pandangan penuh tanya. "Jadi, kau bukan orang dibalik ini semua?" Tanyanya dengan suara parau.
Aku mengangguk. "Lalu, siapa yang memiliki foto itu selain kau?" Tanyanya lagi. "Itu yang hendak aku cari, Kay." Jawabku. Ia menunduk "Orang orang membenciku." Bisiknya yang masih bisa aku dengar.
Entah mengapa kalimat itu menyakiti hatiku, padahal seharusnya sumber dari segala sumber masalah ini adalah aku. Aku yang menciptakan masalah ini.
"Aku berjanji padamu, aku akan mengurus semua ini, tapi satu hal yang aku minta padamu," Jedaku membuat ia mendongak dan menatapku.
"Kau harus kuat dan berani, kuat dengan segala omongan mereka dan berani dengan mereka, jangan pernah sekalipun kau tunduk pada mereka!" Ucapku padanya.
🍁
Kini sudah pukul enam pagi, tapi Kayla tak kunjung bangun. Aku pun membiarkannya tertidur hingga ia puas, karena ia mengerti semalam adalah hari terburuknya.
Tapi sebelum aku menginjak keluar rumah untuk pergi ke sekolah. Aku menyempatkan diri untuk membuatkan Kayla semangkuk sereal.
Merasa sudah selesai dengan tugasku, aku pun pergi ke sekolah.
Sekolah berjalan lanjar seperti biasanya. Hingga bel pulang pun berbunyi.
"Bro, ikut basket kan?" Tanya Matt.
"Ya tentu, tapi aku tidak bisa lama lama." Jawabku.
Kami berdua berganti jersey basket di ruang ganti lalu pergi menuju lapangan.
Aku sibuk men-dribble bola dan memasukkannya ke dalam ring. Mataku menangkap dua perempuan sedang duduk menonton anak anak basket.
Sepertinya mereka tidak asing.
Aku mencoba mengingat dimana aku bertemu dengan mereka.
Ah aku ingat. Aku pernah menitipkan tasku kepada mereka saat aku hendak bermain basket.
Baru saja aku hendak menembak bola ke ring. Tiba-tiba pikiranku menemukan suatu jawaban. Jawaban dari masalah Kayla yang aku tidak yakin akan kebenarannya.
Jika saat itu aku menitipkan tasku pada mereka berdua, juga ponselku ada didalam tasku kala itu. Apa mereka morogoh tasku dan mengambil ponselku? Lalu mereka mengambil foto itu?
Emosiku sudah hampir menguasaiku. Aku melempar bola basketku kesamping dengan kasar dan menghampiri dua perempuan itu.
"Permisi." Ucapku dengan wajah datar.
"Ya?"
"Siapa nama kalian?" Tanyaku.
"Aku Cattie dan ini Ara." Oh aku tidak peduli.
"Sepertinya kalian terlibat masalah denganku, bukan begitu?" Ucapku dengan senyum miring.
"Huh? Apa maksudmu? Kami hanya menonton dari sini, apa itu salah?" Ucap perempuan bernama Cattie itu.
"Tidak bukan itu masalahnya."
"Lalu apa?"
"Jika kau bermasalah dengan Kayla, kau juga bermasalah denganku." Ucapku dengan membungkuk menyatarakan wajahku dengan wajahnya.
Dia menelan ludah gugup. "A-Apa maksudmu? Aku tidak bermasalah dengan Kayla!"
"Ya, kau tidak bermasalah dengannya karena kau sengaja kabur dari masalah itu bukan?"
Dia terdiam.
"Kau membuka hpku dan menemukan 'foto itu' , mencetaknya dan menempelkannya pada papan pengumuman tanpa ketahuan, itu sama saja dengan kabur, pengecut." Ucapku menekan.
Mimik wajah kedua perempuan itu berubah takut.
"Mengakulah kalian, maka aku hanya akan memberikan hukuman kecil. Tapi jika kalian tidak mengaku juga, hidup kalian akan sama hancurnya dengan Kayla." Ancamku.
"Apa-apaan?! Kau siapa hah?!"
"Aku hanya menyuruh kalian memilih, itu saja."
____
Gantung dulu wkwk, maap ya gaes slow apdet :'(
Tapi mumpung aku libur, aku bakal rajin apdet owkwowk
Well sorry for the typo(s) soalnya aku ngetik ini di hp lagii, aku kangen laptopku huhu :((
KAMU SEDANG MEMBACA
✰ 𝐁𝐫𝐨𝐭𝐡𝐞𝐫 ✰ 𝘑𝘔 (DALAM TAHAP REVISI)
Hayran Kurgu"I love you." "I love you too." "Really?" "Yes, 'cause you are my brother." Ketika semuanya sudah terlambat, ketika waktu sudah merenggut kesempatan, apa yang bisa kita lakukan? ⚠ warning : sedang direvisi ⚠ Highest rank ; » 11 on #fiksipenggemar »...