2 | Play Instrument

5K 475 5
                                    

SALAH satu kegiatan kesukaan Haechan adalah menghabiskan seharian penuh di kamar dan berkutat dengan alat musik andalannya. Tidak heran, orang tua Haechan sengaja memberikan Haechan kamar yang luas agar bisa sekaligus menjadi tempat untuk berkarya. Bisa dibilang kamar Haechan sebesar ruang tamu rumah biasa karena piano pun muat masuk ke dalamnya dan masih tersisa banyak space.

Piano adalah alat musik kesukaannya. Walaupun terkadang ia mengatakan berkali-kali bahwa ia benci bermain piano, pasti ujungnya Lee Haechan akan kembali memainkannya. Maniak.

Dua jam terlewati begitu saja, lalu tiba di saat yang sangat Haechan sendiri tunggu, menulis lirik.

Ah iya, Haechan itu orangnya tertata. Ia mengatur dengan baik berapa jam ia harus melatih kemampuan vokalnya, berapa jam harus berkutat dengan tuts pianonya, dan juga berapa jam untuk menulis lirik yang sebenarnya sudah sangat membludag dalam pikirannya.

Aku ingin, terbang...
Menyusulmu...
Tapi, aku tidak mampu...

Kemudian terdengar bunyi kertas disobek.

"Too cheesy, ugh," katanya.

Padahal lirik tadi tidak buruk juga. Entahlah, selera musik Haechan sangat tinggi. Mengingat ia juga pribadi yang sensitif.

Terlalu lama berpikir membuat Haechan menjadi susah berkonsentrasi lagi. Ia membutuhkan banyak hiburan.

Lalu Haechan beranjak dari tempat duduk dan memutari kamar untuk mencari referensi. Tidak, lebih tepatnya Haechan berdiri tepat di depan rak buku yang dipenuhi oleh banyak koleksinya. Namun lebih banyak lego dan action figure sih daripada buku.

Haechan mengoleksi novel, namun hanya beberapa. Ia lebih suka membaca ensiklopedia. Jangan heran, itu yang membuat Haechan pintar.

Ditariknya buku ensiklopedia yang sebenarnya sudah Haechan hapal isinya. Namun ada sesuatu terjatuh dari dalam buku tersebut yang membuat Haechan kepo.

Diambilnya sekumpulan kertas tersebut dan betapa terkejutnya seorang Lee Haechan karena kembali menemukan kumpulan lirik lagu yang hilang setahun yang lalu. Ternyata ada di selipan buku ensiklopedia, toh?

Ia membawa kumpulan kertas itu dan merapikan tepat di atas pianonya.

Ternyata Haechan salah. Ini tidak sepenuhnya lirik lagu. Isinya penuh dengan not balok dan sudah dipastikan, ini lagu kosongan alias tanpa lirik.

Karena kelewat kepo, Haechan memainkan salah satu lagu yang tercantum di sana, pikirannya terhenti. Ia menerawang jauh ke belakang.

"Hyuck, kalo yang ini bagus, gak?" tanya seorang wanita yang dengan telaten mencarikan nada yang bagus untuk di tulis dalam secarik kertas.

"Sebentar, Noona." laki-laki itu memainkan nada tersebut yang digabungkan dengan nada sebelumnya. "Ah, iya! Bagus ini bagus, Donghyuck suka!" lanjutnya. Sangat senang.

"Sebentar ya, biar Noona yang tulis disini," kata wanita itu. Lalu menggambar not balok dengan telaten. Laki-laki itu masih memandangi orang yang ia panggil Noona itu.

"Nah, udah! Sekarang, ini jadi lagu pertama buatan Donghyuck, yeyyyyy!!" kata wanita itu. Mereka berdua senang sekali dengan hasil karya mereka.

Haechan mengambil catatan lirik lagu tersebut dan baru saja menyadari ada instrumen lagu yan masih kurang dari lagu milik mereka "T-tapi Noona, kok gak ada liriknya, sih?"

"Next time, ya. Nanti Noona bikinkan lirik kalo kesini lagi," kata wanita itu terlihat meyakinkan.

"Janji, Noona?" tanya Haechan.

"Iya, Hyuck, Noona janji."

Haechan butuh penyegaran. Bagaimana mungkin kenangan yang ingin ia lupakan tiba-tiba kembali kepada kita. Ini semua salahnya. Ini semua salahnya karena sudah memainkan lagu sialan itu.

"Sialan," batin Haechan.

* * *

hi!

aku memutuskan untuk hiatus sebentar karena unbk dan utbk menungguku hehehe!

semoga di sela-sela waktu unbk & utbk, aku masih ada waktu buat update cerita ini

yang tadinya niat bakal selesai cepat, akhirnya pun gak bisa karena aku terlalu maksain buat publish cerita ini sekaligus biar selesai cepet...

see you laterrrr!

EXAGGERATED✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang